14. Athazagoraphobia

276 69 123
                                    

Cukup hilang dari kepalanya, jangan dari hatinya.”

𝚅𝚘𝚝𝚎 + 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊!シ︎

Happy reading.

14. Athazagoraphobia

“Aku berharap, dia mati saja.”

Ucapan Vanita, membuat orang-orang yang ada di meja itu terdiam. Suara wanita itu memang pelan, tapi bukan berarti mereka tidak bisa mendengarnya. Salah Yoga yang malah mengungkit kecelakaan itu.

Shafana mencoba mengangkat pandangannya, melihat Qing yang ada di sebrang nya kini menunduk. Dia tahu hubungan Qing dan ibunya cukup buruk, tapi dia tidak menyangka bisa seburuk itu. Melihat Vanita, Shafana jadi teringat Queen. Saudaranya itu memperlakukan Qing tidak jauh berbeda.

Dikelilingi perempuan seperti itu, membuat Shafana ingin menjadi yang berbeda. Dia ingin menunjukan, jika ada dia yang siap memberikan curahan kasih sayang pada laki-laki itu.

“Shafana, bukannya kamu mau pulang?” tanya Elina. Dia berusaha mengalihkan situasi, merasa tidak enak dengan apa yang terjadi. Di bawah meja, tangannya menggenggam tangan suaminya. Jika Yoga tidak membahas kecelakaan itu, ini semua tidak akan terjadi.

“Kalau gitu, kamu antar Shafana.” Aditya menyambut usaha Elina. Sejak awal, dia tidak berniat hadir dalam acara makan malam ini. Namun paksaan rekan bisnisnya, membuat dia tidak bisa menolak.

Qing tidak banyak bicara. Tentu dia akan memilih pergi, selain tidak ingin lebih tersakiti, dia juga ingin menjaga perasaan sang ayah yang begitu dia sayangi. Qing datang bersama Aditya, sekarang dia ada di dalam taksi bersama Shafana.

“Om Yoga keliatan tau banyak tentang kecelakaan itu,” ucap Qing. Ada satu perkataan Yoga yang membuatnya merasa janggal. Nada suaranya terdengar kesal, seperti ada sesuatu yang mengganggunya.

Tentu saja, putrinya juga menjadi salah satu korban. Ingin rasanya Shafana mengatakan demikian, tapi mulutnya malah berkata, “Papa aku sama ayah kamu kan temenan, jadi ayah kamu pasti cerita banyak hal.”

Qing mengangguk sekilas. Bisa saja memang seperti itu, mungkin dia hanya terpengaruh akan ucapan Vanita.

“Qing, besok bisa jemput aku?”

_𝑪𝒂𝒌𝒔𝒖𝒔𝒓𝒂𝒘𝒂_

Queen dengan hati riang gembira, berjalan sambil melompati keramik koridor kelas 10. Hari ini dia siap menjahili Qing lagi. Akan dia buat laki-laki itu terus terikat padanya, Queen tidak akan membiarkan Qing melupakannya.

Langkah Queen terhenti di ambang pintu kantin, kebetulan ada dua orang yang sangat dia kenali juga berdiri di sana. Mereka nampak ragu-ragu untuk memasuki kantin, salah satu dari keduanya nampak memegang sebuah kotak makan.

“Udah sana, Qing pasti suka!” Jemima menarik-narik tangan Shafana. Sedikit kesal sebenarnya, saat sahabatnya itu malah ragu-ragu.

“Tapi dia gak lagi sendiri.”

Tentu saja tidak. Qing memiliki banyak teman dan mereka pasti tidak akan meninggalkannya sendirian. Lagipula apa masalahnya? Mereka pasti malah akan mendukung Shafana, mengingat sejak dulu memang Shafana lah yang disetujui untuk bisa bersanding dengan Qing.

“Terus lo mau nunggu Queen bangun?” Jemima tidak akan membiarkan itu. Jemima sudah tahu cerita lengkapnya, tentang Queen yang bukan saudari kandung Shafana.

CAKSUSRAWA Donde viven las historias. Descúbrelo ahora