17. Nona pacar

270 47 10
                                    

“Suka itu tiba-tiba, kalau cinta itu setelahnya.”

𝚅𝚘𝚝𝚎 + 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊!シ︎

Happy reading

17. Nona pacar

“Queen!”

Queen yang sebelumnya sedang bersama Drake, tiba-tiba bertranformasi kehadapan Qing. Dia mengedarkan pandangannya, tapi tempat ini terasa asing. Sebuah ruangan luas, lalu di sisi-sisi bangunannya ada barang-barang seperti mobil dan motor bekas, juga ban dan kayu-kayu yang menumpuk.

Dihadapannya ada Qing yang berdiri dengan wajah tersenyum tipis. Jika Queen tidak salah dengar, laki-laki itu baru saja memanggil namanya. Apakah dia sudah mengingatnya? “Lo manggil gue apa?”

“Queen Leona. Ratu singa nya Rawa, pacarnya Qing Caksusrawa.”

Wajah tersenyum itu mengingatkan Queen pada Caksusrawa yang dia kenal dulu. Wajah dan nada suaranya membawa dia kembali terlempar ke masa lalu, rasanya membahagiakan sekaligus menyakitkan.

“Ratu, kamu marah?” Saat itu Qing menemui Queen dikelasnya ketika jam istirahat.

“Tadi aku beneran jatuh, liat nih!” Qing semakin menggulung seragam putihnya. Terlihat ada luka memar di sikunya, yang mana belum diobati. “Bekalnya jatuh gara-gara Taro!”

Setiap hari Qing akan membawakan Queen bekal. Queen sudah sering menolaknya, tapi itu tidak menimbulkan efek jera. Bahkan Queen seringkali membuang atau memberikan bekal itu pada teman-temannya, tapi Qing selalu menutup mata dan hatinya.

Pernah sekali Queen memakannya, tapi tak lama dia memuntahkannya kembali. Namun masih sama. Keesokan harinya, laki-laki itu kembali membawakannya lagi.

Qing menumpukan dagunya di tumpukan tangannya, dia asik menatap Queen yang sibuk mencatat dengan telinga tersumbat earphone. Namun Qing tahu, pacarnya itu tidak sedang mendengarkan musik apapun.

“Queen Leona. Ratu nya Rawa, pacarnya Qing Caksusrawa?”

Jika diibaratkan sebagai makanan, maka suara Qing terasa seperti makanan penutup yang manis dan lembut. Terlebih senyumannya yang seperti sihir, membuat siapapun yang melihatnya seketika ingin tersenyum. Jika tidak pandai menahan ekspresinya, bisa dipastikan saat ini Queen akan ikut tersenyum.

“Kalau mau senyum, senyum aja kali,” kelakar Qing, ketika tidak sengaja melihat ujung bibir kekasihnya berkedut.

Queen masih tidak ingin menanggapi Qing, dia kembali fokus mencatat. Saat jam pelajaran tadi dirinya sempat tertidur, alhasil dia diberi hukuman untuk kembali mencatat apa yang sudah dijelaskan saat kelas berlangsung. Jika saja tugaskan tidak harus langsung dikumpulkan, Queen akan mengerjakannya nanti.

“Butuh bantuan gak?” tawar Qing. Kekasihnya itu sudah menulis hampir 4 halaman dan masih tersisa beberapa lagi, sedangkan waktu istirahat akan segera berakhir.

“Boleh.”

Qing seketika menegakkan tubuhnya, dia senang karena akhirnya Queen mau menanggapinya. Ketika Qing akan mengambil alih buku kekasihnya, Queen malah menahan bukunya. “Dengan lo keluar dan gak gangguin gue, itu udah sangat membantu!”

Senyuman mengembang itu perlahan pudar, bersamaan dengan bahunya yang merosot. Ditengah-tengah itu semua, perut Qing berbunyi membuat atensi keduanya tertuju pada objek yang sama.

Saat Queen menatap Qing, laki-laki itu lanjut menunjukan deretan gigi putihnya. Sejak pagi dia belum memakan apapun, wajar jika peliharaannya di dalam perut menagih jatahnya. “Kamu gak laper, mau aku pesenin sesuatu?”

CAKSUSRAWA Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum