12. Atermoiements

242 58 95
                                    

“Ingatannya mungkin hilang, bukan berarti perasaannya ikut terbuang.”

𝚅𝚘𝚝𝚎 + 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊!シ︎

Happy reading

12. Atermoiements

Entah ada keajaiban apa hari ini, tapi suasana kantin ramai oleh orang-orang yang keheranan melihat Drisa, Inka, Jemima dan Shafana duduk di meja yang sama. Padahal mereka terkenal tidak akur, tapi hari ini, apa ayam betina yang berkokok?

“Lo pake bh dari depan apa belakang?” tanya Inka.

Shafana meringis ngilu mendengarnya. Dia mengedarkan pandangan, melihat reaksi dari orang-orang disekitar mereka.

Dengan santai Jemima menjawab, “Belakang.”

“Gue depan,” ucap Drisa, lalu menatap Shafana. “Lo?”

“Depan,” bisik Shafana.

Senyuman Drisa dan Inka kian berkembang, sedangkan Jemima hanya mampu menggebrak meja. Jika bukan karena terpaksa, dia tidak akan mau semeja dengan mereka.

No wing or wing?” Inka lanjut bertanya.

Wing.”

Untuk pertama kalinya, Drisa tersenyum ke arah Shafana. Dia senang, karena Shafana memiliki jawaban yang sama dengannya. Melihat Jemima kesal, itu juga yang membuatnya semakin senang.

Sama seperti Shafana yang kurang suka dengan pembahasan mereka, pun dengan Qing dan teman-temannya. Jarak mereka sebenarnya cukup jauh, tapi suara Drisa, Inka dan Jemima bisa terdengar hingga jarak 10 meter.

“Kalian gak ada pembahasan lain, apa?” tanya Daiva yang mengambil duduk di sisi Drisa.

“Lo!” Drisa punya pertanyaan yang pas untuk laki-laki itu. “Kalo tidur, pake atau gak pake baju?”

Daiva yang ditanya seperti itu tentu gelagapan, dia menatap teman-temannya untuk meminta bantuan. “Ya pake, lah!”

Harjun yang sudah tidak tahan dengan pembahasan Drisa, segera menyumpal mulut perempuan itu. Tiga buah permen karet, dia masukkan ke dalam mulut Drisa. “Perempuan itu harus menjaga ucapannya!”

Drisa akan melayangkan protes, tapi permen karet dalam mulutnya terasa enak. Jadi dia urungkan, tapi bukan berarti sorot matanya tidak menatap Harjun penuh permusuhan.

“Kalian serasi deh,” celetuk Taro.

Drisa sampai tersedak mendengarnya, beruntung Harjun dengan sigap memukul-mukul punggungnya. Ketika permen karet yang menyangkut di tenggorokannya berhasil terlepas, Drisa segera menenggak air sampai habis.

“Biasanya yang suka ribut kaya kalian, hubungannya bakal awet!” Kavi tidak ingin kalah.

“Harjun kan ganteng, termasuk tipe ideal cewek-cewek, lah. Masa lo gak mau sih, sama temen gue?” Daiva merangkul Harjun yang masih berdiri di belakang Drisa. “Kasian teman kita ini jadi sad boy, gara-gara lo.”

Tanpa berkata, Harjun melepaskan rangkulan Daiva. Dia tidak setuju dengan ucapan sahabatnya.

Sorry aja, ya.” Drisa bangkit, sambil menarik Inka. “Tapi hati gue udah ada yang punya.”

Pernyataan Drisa tentu mengundang banyak pertanyaan, seputar siapa orang yang perempuan itu maksud? Karena sejauh yang mereka tahu, di sekolah ini Drisa tidak sedang dekat dengan siapapun.

CAKSUSRAWA Where stories live. Discover now