bab-24

8.1K 272 3
                                    

Pantai. Tempat yang selalu menjanjikan keindahan dan ketenangan. Salah satu tempat favorit cessa

"Emmm enak banget" kepala kecil itu bergoyang kekanan dan ke kiri.

Sesuai janji arsen, setelah cessa sembuh ia akan mengajak nya ke pantai. Dan tepat dua hari setelah itu cessa sembuh, dan akhir pekan nya arsen mengajak cessa kepantai dekat sana

"Pelan pelan cill makan nya" sedari tadi arsen terus memperingati cessa yang makan seafood nya dengan rakus

Cessa seolah tak peduli ia melanjutkan acara makan nya, sesekali arsen mengusap ujung bibir nya yang penuh dengan saus.

"Sen nanti kita berenang kan?" Tanya cessa setelah berhasil menelan makanan yang berada di mulut nya

Arsen mengeleng "engga, lu gatau cara berenang yang ada nanti tengelam"

Cessa cemberut "ishh terus ngapain ke pantai kalo ga berenang"

"Kalo lu bisa berenang gua juga kasi cill, tapi lu ga bisa, jadi main air aja di tepi" arsen mencoba memberi penjelasan

"Tapi gua pengen berenang" keukeuh cessa

"kan lu gatau cara berenang"

"ya ajarin dongg arsennnn jelek" rengek cessa

"iya diajarin nanti. Di kolam rumah gua, disini bahaya"

Cessa cemberut

"Orang pengen nya sekarang." gerutu cessa yang masi bisa di dengar oleh arsen

"Sayang, jangan macing macing gitu ya?harus nurut. Atau gua lempar lu ke pantai biar dimakan monster air" Arsen tersenyum, namun bukan senyum ramah malah mengerikan

Cessa yang mendengar kata 'monseter air' pun bergidik ngeri

"Emng disini ada monster air?" dengan raut polos nya cessa bertanya

"Ada.Banyak,dia suka makan bocil keras kepala"
Tambah arsen mengada Ngada

"beneran?" Tanya cessa lagi

Arsen menganguk, ia yakin 100% cessa akan percaya dengan cerita nya, secara cessa itu polos nyerepet bego

Cessa terdiam

"yaudah nanti abis ini kita main Air di tepi aja ya sen?"

Arsen menganguk, lalu mengusap kepala cessa

_______

Seorang pria terduduk di sisi makam, dengan tangan yang terus mengusap batu nisan di hadapan nya

"Kenapa si dulu lu harus ngejar ngejar si brengsek? Andai aja lu ga ngejar dia mungkin lu Masi disini" pria itu menarik nafas menatap dalam nisan yang ada di hadapan nya

"Bell. gua sendiri bel, bunda pergi, lu pergi gua sendiri disini. Gua harus ngapain sekarang bel? Kasi tau?tujuan hidup gua buat apa?" Semakin lama semakin lirih suara yang pria itu keluarkan

Air mata nya tak mampu lagi keluar, 4 taun berlalu setelah pristiwa itu, namun si pria Masi tak mampu menerima kenyataan, dendam di hati nya Masi tercetak jelas, hidup nya semakin kacau saat tuhan lagi lagi mengambil apa yang menjadi alasan ia bernafas

"Tuhan ga adil sama gua bell. Lu bohong, keadilan itu omong kosong"

Ia mendongkan ke atas sana, melihat langit yang mulai mendung, seoalah tuhan pun tau suasana hati nya sangat buruk

"Mana keadilan itu Tuhan? Omong kosong!"

______

"Hahaha arsen kejar gua arsenn" tawa mengelengar keluar dari cessa yang kini sedang berlarian dengan arsen di belakang nya, pantai cukup sepi karena sudah menjelang sore hari, dan juga memang Pantai disini tidak banyak pengunjung

CESSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang