Bab 3 Persaingan Sengit

4 2 2
                                    

Pagi ini adalah pagi yang heboh. Abelle bangun kesiangan, dan sekarang ia harus buru-buru berangkat jika tidak mau berakhir menyapu kebun belakang sekolah. Abelle hanya sempat cuci muka agar terlihat lebih segar, namun ia memakai banyak semprotan parfum agar sekujur tubuhnya wangi. Ia mengikat rambutnya asal dengan kunciran kuning kesayangannya. Abelle menuruni anak tangga sampai menimbulkan suara seperti dentuman langkah raksasa.

"Ma, aku berangkat!" tangan kanan Abelle menyambar roti isi yang telah dibuatkan Mita di meja makan.

"Mama anterin, Sayang?" Abelle menggeleng cepat, ia jelas tidak mau diantar seperti anak SD.

"Nggak usah, Ma. Aku berangkat dulu." Tangannya melambai ke arah sang ibu. Mita hanya bisa menghela napas.

Abelle berlari menuju halte bus di depan gerbang komplek. Beruntung bus datang pada saat Abelle sampai di halte. Ia melompat ke dalam bus sambil mengunyah roti isi yang masih tersisa di mulutnya. Kakinya tak bisa diam karena takut bel sudah berbunyi.

Sepuluh menit lagi.

Abelle menggigit bibir, tangannya mengepal. Lima menit terasa lama sekali untuk melihat gerbang sekolah.

Akhirnya setelah keringat mengucur deras, Abelle sampai juga di sekolah. Ia langsung lompat dari bus dan berlari sebelum gerbangnya ditutup oleh pak satpam gemuk berkumis. Abelle sangat lega karena ia tidak terlambat.

Kondisi lobi cukup ramai, tapi Abelle tetap nekat berlari. Karena terburu-buru, Abelle tak sengaja menyenggol seseorang. Untungnya orang itu tak sampai tersungkur jatuh.

"Ah, maaf, maaf! Nggak sengaja." Sepersekian detik kemudian ia kaget saat menyadari orang yang ditabraknya adalah Bintang.

"Hati-hati dong! Udah tahu di lobi nggak boleh lari-lari." Bintang mengibaskan tangan di lengan bajunya seolah baru saja ketempelan debu kotor.

Abelle kaget dengan respon itu. Ia bingung harus berkata apa lagi selain, "maaf, nggak sengaja." Setelah itu Abelle langsung naik ke kelasnya di lantai dua.

Semua yang ada di dalam kelas dibuat kaget oleh Abelle yang membuka pintu dengan keras. Bel masuk berbunyi tepat saat Abelle masuk kelas. Napasnya terengah-engah dan rambutnya basah karena keringat. Keisha yang duduk di depan Abelle melihat temannya itu dengan heran. Tetapi Keisha tidak sempat bertanya tentang apa yang terjadi karena Pak Abi sudah masuk ke kelas.

"Siap, beri salam!" Rayka, sang ketua kelas mengomando yang lain untuk berdiri.

"Selamat pagi, Pak Abi!" Seisi kelas mengucapkan salam.

***

"Start level 7.1" Terdengar suara pemandu beep test dari pengeras suara milik Coach Jeffrey.

Baru saja Abelle ingin berteriak menyemangati sekali lagi, tapi Celine memutuskan untuk berhenti. Celine berjalan lunglai ke tepi. Ia menenggak air dari botolnya seperti unta kehausan.

"Celine, level 7.1. Lumayan, tapi masih jauh dari rekor terakhir, Bintang di level 10." Coach Jeffrey berbicara setengah berteriak dari tempatnya berdiri.

Abelle mendengus kecil. Ia sekarang menyadari maksud dari perkataan Bintang kemarin, perempuan itu bisa menjadi lawan berat bagi Abelle. Ia melirik ke arah dua orang yang berada di samping Bintang beberapa meter dari tempatnya duduk.

"Terakhir, Abelle, Keisha, Bintang. Atur posisi," perintah coach lantang.

"Ready? Set. Go!" Suara keras Coach Jeffrey membuat mereka bertiga langsung berlari.

Abelle mengawali larinya dengan perlahan, begitu juga dengan Keisha dan Bintang. Di level 3 kecepatan mereka mulai bertambah. Abelle merasakan tenggorokannya mulai kering, tapi ia tetap berlari. Keringat membasahi wajahnya. Terdengar sorakan semangat dari teman-teman yang lain.

Between Jersey & Macaron (END✓)Where stories live. Discover now