Bab 21 Terlalu Singkat

6 1 7
                                    

Suasana ruang tamu tiba-tiba menjadi lengang. Abelle hanya berdiam diri sejak Ryan menuliskan daftar kesukaannya itu. Lantas ia pergi ke dapur setelah selesai menulis, melanjutkan kegiatan memasaknya yang tertunda. 

Abelle merasakan hawa panas di sekelilingnya. 

Ia menggelengkan kepala cepat. Abelle berusaha menepis fakta bahwa ia baru saja tersipu karena perbuatan Ryan. Daripada ia berpikir terlalu jauh, lebih baik ia mandi. Abelle pun naik ke lantai atas. 

Sementara itu di bawah, Ryan hampir selesai menyiapkan makan malam. Ia telah membuat menu spesial untuk Abelle kali ini. Tapi Ryan pikir setiap hari masakan yang ia buat adalah menu yang spesial. Semoga saja Abelle juga berpikir demikian, karena ia benar-benar menaruh perasaannya di dalam masakannya. 

Jam dinding putih menunjukkan pukul enam lewat. Ryan selalu menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Antara pukul enam sampai pukul setengah tujuh malam, makan malam sudah tersaji di meja makan. Tiba-tiba Ryan terpikirkan sesuatu. Pukul berapa Abelle makan malam sebelum ia bekerja di rumahnya? Apakah ia makan dengan teratur? Semenjak bekerja di rumah ini, Ryan hanya melihat Abelle dan Mita, ibunya, tetapi ia tidak melihat sosok ayah Abelle. Sejak awal Ryan bekerja Mita tidak membahas hal lain selain yang berhubungan dengan tugas Ryan di rumahnya. 

Rasa penasaran Ryan tak bisa dibantah. Tapi mana mungkin ia menanyakan hal itu langsung kepada Abelle? Apalagi kepada Mita. Ryan harus menghargai privasi keluarga mereka karena ia hanyalah “orang luar” di rumah ini. Ryan hanya bekerja, dan tidak seharusnya ia mencampuri urusan keluarga orang lain. 

Tring … tring … tring … Terdengar bunyi instrumen harpa dari ponsel Ryan, menandakan adanya telepon yang masuk. 

“Halo, Om Bagas?”

Halo, Dek Ryan! Gini, Dek. Om mau balikin wadah container ke rumah, tapi Ibu sama Ayah nggak ada di rumah, kayaknya lagi pergi. Lampu depan nya nggak nyala. Apa Om balikin ke Dek Ryan aja, ya?

“Oh, iya Om. Boleh, dititipin ke saya dulu aja, Om. Nanti pas saya pulang pasti mereka juga udah balik.”

Oke, deh. Dek Ryan sekarang lagi ada di mana? Nanti Om ke situ.

Ryan menyebutkan alamat rumah Abelle, sekaligus dengan ciri-cirinya agar ia dapat dengan mudah mencari rumah yang dimaksud. 

Oke, oke. Udah dulu, ya, Dek Ryan. Saya mau jalan ke sana.

“Hati-hati, ya, Om.”

Telepon ditutup. 

Abelle baru selesai mandi dan langsung turun ke bawah. Ia mencium aroma sesuatu yang lezat. Di meja makan tersaji beberapa hidangan yang langsung membuat perut Abelle berbunyi. Udang asam manis, tumis buncis ayam saus jamur, dan … satu masakan di piring kaca yang tidak Abelle kenali. 

Apakah ini ayam? Tapi kelihatannya lebih lembek dan tidak terlihat seperti potongan daging.

“Tema hari ini adalah seafood dan sayur tumis! Silahkan,” seru Ryan semangat. 

“Ini apa?” Abelle menunjuk piring itu. 

“Oh, ini namanya kerang tiram.”

Kerang? Abelle terkejut mendengarnya. Ia belum pernah makan kerang sebelumnya. Sebenarnya dulu ia juga jarang sekali makan udang atau jenis seafood lainnya karena harganya yang selangit. Tapi kali ini hidangan itu ada di depan matanya. 

Abelle mencicipi kerang tiram itu lebih dulu. 

Sangat lezat. 

Ini fantastis. 

Between Jersey & Macaron (END✓)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora