Bab 19 Sedikit Lagi

3 1 3
                                    

Coach Jeffrey dan Coach Lea memantau latihan khusus DBL kali ini. Setelah dua bulan berjalan sejak sparing terakhir, Coach Jeffrey mengencangkan latihan khusus DBL dan juga latihan untuk ekskul. Pemilihan pemain terpilih untuk mendaftar di DBL tinggal satu minggu lagi. Semua anggota latihan khusus DBL sedang saling bersaing. Hubungan kedekatan menjadi buram karena persaingan mereka.

“Lima kali puteran lagi, go!” seru Coach Lea dengan peluitnya.

Sekarang Abelle dan yang lainnya diperintahkan untuk memutari lapangan lima kali lagi. Sambil men-dribble bola dan berjalan miring seperti kepiting, tentu latihan seperti ini bisa saja membuat kaki mati rasa. Tapi Abelle tetap berusaha kuat melewati ini demi bisa terpilih untuk DBL.

“Ayo, speed, speed! Setengah jam lagi kita istirahat!” Coach Jeffrey berseru.

Setelah lima belas menit terlewati, Abelle mengira kedua pelatihnya itu akan memberi waktu istirahat. Tapi kenyataannya sebaliknya.

Bagus. Seluruh badan Abelle hampir mati rasa setelah satu jam latihan nonstop sedari tadi.

“Sekarang latihan latihan combination defense! Cari pasangan dua-dua!”

Latihan ini lagi. Sudah pasti Abelle mengincar Keisha untuk menjadi pasangannya.

Coach Jeffrey terus memberikan arahan agar anak-anaknya bisa melakukan defense dengan benar dan tidak mudah ditembus lawan. Latihan ini terhitung sulit karena mereka tidak bisa memprediksi karakter lawan secara langsung. Jadi, mau tak mau mereka harus menyesuaikan diri dengan lawan.

Setengah jam yang hanya diisi dengan latihan defense itu akhirnya terlewati. Abelle dan yang lainnya bernapas tersengal-sengal.

“Istirahat sepuluh menit!” Coach Lea membunyikan peluit lagi.

Abelle langsung beranjak ke tempat tas nya berada dan menenggak air putih. Ia terlihat seperti unta kehausan. Setelah itu ia meluruskan kakinya.

“Nggak kerasa seminggu lagi udah penentuan DBL,” celetuk Celine.

“Iya, aku makin deg-deg an,” balas Abelle.

“Kalo salah satu dari kita nanti kepilih buat DBL, jangan saling ngelupain, ya. Soalnya nanti yang terpilih harus keluar kota dan tinggal di asrama sana,” timpal Keisha membawa suasana sedih.

“Iya, yang terpilih nanti bakal keluar kota. Aku bakalan seneng banget sih kalo bisa kepilih. Tapi, ya, pasti nggak akan ngelupain kalian, lah,” jelas Abelle sambil memandang langit sore.

“Bener, ya? Kita pokoknya harus tetep kontak walaupun nanti ada yang pindah dari sini!” Celine berseru, ia ingin tetap bisa terhubung dengan teman-teman dekatnya itu.

“Eh, aku mau ke toilet dulu, ya. Mau cuci muka.” Keisha dan Celine mengiyakan, kemudian mereka lanjut mengobrol tentang masa depan.

Abelle mencuci mukanya karena lengket dengan keringat. Ia membasahi rambutnya sedikit agar terasa sejuk. Air keran yang dingin itu menyegarkan Abelle yang kegerahan setelah latihan.

Brak! Pintu terbuka dengan keras sampai mengagetkan Abelle.

Seseorang masuk ke dalam toilet.

Bintang.

Kali ini apa lagi yang akan ia katakan? Abelle sudah muak dengan omong kosongnya itu.

“Ada apaan, sih?” Abelle berbicara lebih dulu dengan nada malas.

“Aku kasih kamu kesempatan buat undur diri dari basket. Atau aku buat Coach Jeffrey yang ngeluarin kamu!” Ancaman tak berbobot itu lagi.

“Kamu pikir aku gila? Nggak akan aku keluar dari basket.” Abelle malas menanggapi.

Between Jersey & Macaron (END✓)Where stories live. Discover now