Bab 25 Ujung Gua yang Sempit

3 1 3
                                    

Suasana kembali lengang setelah Abelle mengatakan bahwa ia akan pergi. Pergi dari rumahnya, jauh dari ibunya, dan kecil kemungkinannya untuk bisa bertemu Ryan lagi. 

“Berarti saya … nggak bisa kerja di rumahmu lagi …” Ryan menghela napas berat.

“Eh, aku perginya masih bulan depan, kok! Masih banyak yang harus disiapin.” Abelle berusaha mengubah suasana di antara mereka.

Ryan tiba-tiba berdiri sambil meregangkan badan, “oke deh kalo gitu. Mending kita pulang sekarang, nanti dicariin Mama lho.”

Abelle teringat bahwa hari sudah mulai larut. Semoga ibunya belum sampai di rumah dan mendapati tidak ada seorang pun di sana.

Abelle berjalan berdampingan dengan Ryan dan bersiap untuk pulang. Vespa hijau itu kembali berjalan. Kini Abelle tidak begitu merasakan dinginnya angin malam karena jaket Ryan yang ia pakai. Tercium wangi parfum ringan di jaket itu. Otaknya kembali memutar momen saat ia terkejut mendapati Ryan memakaikan jaket kepadanya.

Apa maksudnya ia melakukan itu? Sepertinya Ryan terlalu banyak menonton film.

Beberapa menit berlalu dengan hening, akhirnya sampailah mereka di depan gerbang rumah Abelle.

“Makasih tebengannya Kak Ryan,” ucap Abelle, “oh ya, makasih juga udah pinjemin jaketnya, kak,” Abelle berusaha tidak salah tingkah di hadapan laki-laki itu.

“Sama-sama. Istirahat ya, jangan lupa makan,” balas Ryan dengan senyumnya.

Selesai sudah. Senyum itu berhasil membuat kupu-kupu beterbangan di perut Abelle.

Ia langsung masuk berlari demi menyembunyikan wajahnya. Ryan terkekeh melihat tingkah Abelle. Ia pun langsung tancap gas dan kembali ke rumah.

“Abelle! Dari mana aja kamu?” Abelle terkejut saat mendengar suara Mama yang menggelegar seperti petir.

Ternyata Mama sudah pulang.

“Eh, Mama udah pulang?”

“Jawab Mama dulu. Kamu habis dari mana?”

“Habis dari warung …” Otaknya panik dan tak bisa membuat alasan bohong yang lebih baik.

“Warung? Terus mana belanjaannya?”

Sial.

“Duh … Tadi aku jenguk Kak Ryan karena tadi dia chat lagi nggak enak badan!” Akhirnya Abelle mengeluarkan fakta.

Mita mendelik, “jangan lagi kamu bohong di depan Mama!”

“I … iya, Ma.” Kepala Abelle tertunduk.

“Mama udah pulang dua puluh menit yang lalu, manggilin sampe keliling rumah, ternyata nggak ada. Telepon mama juga nggak di angkat.”

“Batrenya abis, Ma.” 

Mita menghela napas kasar, “tuh, Mama bawa salad buat makan malem. Besok Mama suruh Ryan masuk lagi supaya Mama nggak harus beli makan di luar buat kamu.”

“Makasih, Ma …”

Abelle melirik salad sayur itu. Daun-daun hijau, potongan wortel, irisan kubis ungu, dan satu sachet saus. Selama ini Ryan memang menyuruhnya untuk lebih banyak makan sayur, tapi ia tidak pernah menyajikan sayuran mentah seperti di hadapannya ini. Abelle mengelap muka dengan tangannya. Mau tak mau ia harus makan sayuran itu atau ia akan kelaparan semalaman.

“Kamu makan aja duluan, Mama mau mandi dulu.”

Abelle teringat akan kabar yang mau ia sampaikan kepada Mama, tapi Mama sudah keburu masuk kamar. Akhirnya Abelle memilih untuk makan lebih dulu.

Between Jersey & Macaron (END✓)Where stories live. Discover now