Bab 5 Tim Tak Terduga

7 2 6
                                    

“Ayo, ayo! Ini latihan terakhir sebelum sparing!” Coach Jeffrey berseru dari tempatnya.

Sambil mengamati anak muridnya, ia juga memberitahu apa yang harus diperbaiki dengan suara lantangnya. Entah posisi kaki yang kurang turun, langkah kaki yang memicu pelanggaran, bahkan ia bisa melihat fokus seseorang yang hampir buyar. Memang benar-benar pelatih handal sejati.

“Oke, sekarang kita coba latihan terakhir, tiga jenis passing sekaligus. Cari pasangan berdua-dua.” Mereka langsung melaksanakan titah Coach Jeffrey.

Abelle yang baru saja melempar bola sehabis latihan lay up celingak-celinguk melihat keadaan sekitar. Ia tidak mendengar jelas perkataan coach nya karena terlalu fokus tadi. Belum sempat bertanya, tiba-tiba Keisha langsung menyeret Abelle.

“Belle, kita berdua, ya.” Setelah Keisha menjelaskan latihan ini, barulah Abelle paham.

“Yah, terus aku sama siapa, dong?” Celine mengeluh karena latihan passing ini hanya dilakukan oleh dua orang.

“Coach, aku nggak dapet pasangan!” Suara di ujung sana membuat Abelle dan yang lain menoleh. Ternyata Intan.

“Nah, sini sama Celine.” Intan menekuk wajahnya saat coach menggiringnya untuk berpasangan dengan Celine.

“Maju dua pasangan, ganti-gantian,” kemudian Coach Jeffrey menyuruh satu-satu pasangan untuk mempraktikkan latihan passing.

Berpasang-pasang murid sudah dipanggil maju untuk dinilai dari teknik passing nya. Coach melihat dari kekuatan menahan bola, kekuatan melempar, dan kesesuaian arah passing. Beberapa kali ia menulis di atas kertas di papan jalannya. Ini adalah penentuan tim untuk sparing melawan sekolah sebelah.

Abelle terkesan melihat teman-temannya yang sudah maju lebih dulu. Mereka semua memiliki ambisi yang sama. Latihan passing dengan durasi empat menit tak henti bukanlah suatu latihan yang mudah. Apalagi coach meminta untuk sambil berjalan ke samping dengan kaki tertekuk seperti kepiting.

Kini tiba giliran Abelle dan Keisha. Mereka berdua melakukan latihan ini semaksimal mungkin. Mereka mengeluarkan aura kompetitif yang kuat meskipun mereka adalah teman dekat. Baik Abelle dan Keisha sama-sama ingin terpilih untuk menjadi pemain sparing nanti.

“Wow, wow, santai!” Keisha hampir terjengkang karena lemparan berkekuatan gajah dari kawannya itu. Melihat reaksi Keisha, Abelle hanya bisa nyengir kuda.

Setelah Coach Jeffrey meniup peluitnya, Abelle dan Keisha pun kembali ke tempat. Sekarang adalah giliran untuk dua pasangan terakhir. Coach memanggil Celine dan Intan serta Vania dan Mega. Abelle memperhatikan raut waja Celine yang memancarkan aura tidak enak.

Ready, set, go!"

Celine memulai lemparan ke arah Intan. Namun Intan malah membalasnya dengan lemparan yang sangat kuat. Celine kewalahan menerima bola itu. Celine melempar lagi dengan kekuatan standar, tapi Intan lagi-lagi membalasnya dengan berlebihan. Ada apa ini sebenarnya?

“Rileks, Intan!” Coach Jeffrey berseru dari pinggir.

Waktu berjalan hingga akhirnya kedua tim terakhir menyelesaikan latihan. Coach Jeffrey memanggil semua anak muridnya untuk berkumpul. Selama beberapa saat ia menuliskan sesuatu di papan jalannya.

“Oke, kalian udah latihan keras dari kemaren. Inget, latihan itu nggak ada yang sia-sia, mau kepilih atau nggak buat sparing nanti, kalian semua tetep sama, ngerti?” Semuanya menjawab mengerti.

Terdengar suara pacu jantung dari bagian terdalam diri Abelle. Akankah ia terpilih lagi untuk sparing kali ini? Sebenarnya Abelle sudah pernah terpilih beberapa kali untuk sparing, tapi tidak ada yang bisa menghentikan ambisinya untuk terus bermain. Ia ingin menunjukkan dirinya kepada semua orang bahwa ia memang terlahir untuk olahraga basket.

Between Jersey & Macaron (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang