limo

5.9K 282 0
                                    

Awalnya tadi sepanjang perjalanan melewati koridor, Aira ter takjub-takjub melihat seluruh gedung bangunan setiap kelas maupun ruangan yang ada di AHS, dalam hati gadis itu berkali-kali memuji-muji imajinasi yang Nita tuangkan di dalam cerita karyanya sendiri.

'Ternyata gini ya rasanya hidup di dunia novel, baru sekolahnya aja udah buat gue pengen di sini mulu, gede terus adem banget lagi, gak kayak sekolah di dunia asli' pikir Aira beberapa menit lalu sebelum dia tertampar kembali bagaimana nasib kedepannya.

'Duh gimana gue ngomongnya sama Cika kalo gue gak tau rumahnya si Aira asli, pasti ntar dia curiga sama gue kenapa bisa gak inget sama rumah sendiri' batin Aira bingung sambil menggigit kuku ibu jarinya menatap punggung Cika yang berjalan lebih satu langkah darinya.

Untung saja setelah Aira menunggu di UKS, Cika datang dengan membawa tas Aira yang membuat gadis itu sangat amat lega, dugaannya benar jika Cika tak akan meninggalkan sahabatnya sendiri di UKS. Dan pada saat itu juga Aira tahu nama Cika dari name tag gadis itu, tak mungkin bukan jika dia bertanya nama gadis itu yang berstatus sebagai sahabat Aira.

Dan Aira pun sudah menemukan ponsel milik si pemilik tubuh yang dia tempati itu, tapi dia baru membukanya sebentar untuk mengecek keamanan ponsel tersebut yang ternyata tak ada sandi apapun di sana yang membuatnya lega, dan setelahnya Aira menyimpannya lagi untuk dia cek di rumah saja.

"Em Cik," panggil Aira ragu. Dia sepertinya harus segera bertanya pada teman barunya itu karena dia rasa mereka akan sampai di parkiran sekolah, sedangkan Aira sendiri belum tahu apakah dia membawa kendaraan sendiri, dijemput, atau nebeng dengan Cika.

Cika menoleh, dia lalu menunjukkan raut wajah tak suka. "Kenapa? Sini Ai, lo ngapain jalan di belakang gue coba, lo masih pusing?" balasnya diakhiri dengan nada khawatir membuat Aira meringis.

'Keknya dia sama Aira asli emang bener-bener deket deh, makanya dia keliatan sampe kek khawatir gitu' batin Aira lagi yang tiba-tiba merasa tak enak jika membohongi Cika, tapi apa boleh buat dia tak kenal siapapun di dunia novel selain Cika, jadi Aira akan membohongi gadis itu agar dia bisa pulang.

Dan selanjutnya Aira berlagak seperti orang yang tengah pusing sampai memegangi kepala. "Em iya Cik, gue agak pusing, mungkin karena kena lemparan bola gak tau kenapa gue rada lupa," ujarnya berusaha semaksimal mungkin mendalami rencana yang telah dia susun di kepala.

Seketika Cika menghentikan langkahnya dan memegangi kedua bahu Aira dengan raut muka khawatir dan sedikit panik. "Serius? Lo masih pusing? Tapi lo inget gue siapa kan? Terus lo juga inget nama lo kan? Kayaknya dokter tadi salah deh, katanya lo baik-baik aja cuma pusing doang tapi kenapa sekarang lo malah rada lupa kek orang amnesia?" cerocos gadis itu panjang lebar seperti emak-emak membuat Aira mendengus dalam hati, ditambah mendengar kalimat terakhir yang dikatakan Cika membuatnya sedikit panik jika gadis itu tak percaya padanya.

"Gue inget lo siapa dan nama gue, tapi gak tau kenapa gue tiba-tiba lupa rumah gue dan tadi pagi gue naik apaan pas berangkat sekolah?" balas Aira sebisa mungkin berakting senatural mungkin, mimik wajahnya dia buat seperti pasien amnesia yang tak tahu apapun.

"Ssttt," ringis Aira lagi-lagi berlagak pusing dan seperti orang yang kesakitan sembari memegangi kepalanya, itu dia lakukan karena melihat Cika yang hanya diam menatapnya seperti tengah berpikir, Aira pikir gadis itu sedikit curiga padanya.

"Eh eh apa pusing banget? Kalo pusing banget mending kita balik ke UKS aja Ai, soalnya gue gak punya minyak kayu putih atau apapun yang bisa buat lo gak pusing lagi," ujar Cika dengan wajah kentara sekali terlihat khawatir.

Aira menggeleng, bukan itu tujuannya. "G–gak usah Cik, gue cuma mau pulang, tapi gue tiba-tiba lupa jalan pulang ke rumah gue," balasnya lemah, lebih tepatnya berpura-pura.

AyataTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon