Wolulikur

3.1K 173 14
                                    


"Anj–"

"Istighfar aja Cik, ngumpat mulu," potong Aira saat Cika hampir saja mengumpat lagi ketika keduanya akan berdiri dari posisi jatuh mereka.

"Lo juga ngumpat dodol!" balas Cika kesal membuat Aira nyengir kuda.

"Gue mah istighfar dalam hati Cik."

"Bacot," balas Cika malas sambil menepuk belakang roknya yang baru saja bertabrakan langsung dengan lantai koridor.

"Kalo jalan hati-hati kakak," ujar Cika saat menyadari siswi yang baru saja menabrak dirinya dan Aira baru saja bangkit berdiri.

'Eh protagonis cewe nya cok! Kenapa nih cewe? Keliatan kek abis dikejar setan' batin Aira awalnya sedikit terkejut dengan fakta bahwa ternyata yang menabrak dirinya dan Cika adalah Rania-protagonis perempuan yang sudah dua kali ini dia lihat.

"M–maaf," ujar Rania dengan kepala menunduk takut sampai kacamata yang dia pakai sedikit merosot. Terlihat sekali jika dia memiliki sifat penakut.

Cika mengangguk tak masalah. "It's okey, jangan nunduk gitu napa, gue gak bakalan gigit lo kok," balasnya dengan santai.

Berbeda dengan Aira yang masih diam menyimak sambil celingukan melihat ke arah belakang Rania, dia sedang mencari makhluk atau sosok yang mengejar Rania, siapa tahu memang benar-benar hantu.

"Jangan percaya, dia sebenernya kanibal," timpal Aira sembarangan yang pada intinya dia hanya bercanda, atau lebih tepatnya dia mencoba membuat Rania tak se-takut itu berhadapan dengan dirinya dan Cika.

Plak!

"Sembarangan kalo ngomong!" ketus Cika sambil memukul pelan bahu Aira.

Aira memutar bola matanya malas. "Berchandyaaa, gitu aja baper najis!"

Reflek Rania yang menyimak keduanya pun tanpa sadar langsung terkekeh kecil sampai melupakan bahwa dirinya tadi sedang dalam bahaya.

"WOE! CUPU! MAU KEMANA LO!"

Teriakan dari arah belakang mampu membuat Rania beserta Aira dan juga Cika langsung menoleh ke belakang dengan ekspresi berbeda-beda. Rania dengan mata membulat panik, sedangkan Aira dan Cika mengerutkan keningnya bingung.

Tapi itu hanya sesaat, Aira yang sudah paham siapa Rania pun sadar bahwa sekarang Rania sedang dalam posisi hampir dibully atau akan menjadi mangsa bullyan para siswi yang sok berkuasa di AHS.

Berbeda dengan Cika yang menatap beberapa siswi yang lari ke arah mereka dengan tatapan heran. "Mereka pada kenapa dah?" tanyanya heran.

"A–aku duluan ya, sekali lagi maaf udah nabrak kalian," ujar Rania sebelum dia berlari kencang meninggalkan Aira dan Cika di tengah koridor.

"Lah, dia kenapa Ai? Apa dia yang lagi dikejar-kejar sama mereka?" tanya Cika sekali lagi dengan heran sambil melirik ke arah beberapa siswi yang baru saja melewati gadis itu dan Aira.

Cika dan Aira terus menatap kepergian Rania yang sempat dikejar beberapa siswi tadi sebelum para siswi tersebut berhenti karena bel masuk berbunyi nyaring.

"Iya, dia yang waktu itu dibully," balas Aira dengan santai sambil melanjutkan jalan, begitupun juga Cika yang juga mengikuti temannya tersebut.

Cika menunjukkan ekspresi terkejut. "Anjir! Jadi dia cewe yang waktu itu? Gue lupa cuy, dia juga murid baru beberapa hari lalu kan?" ujarnya dengan sedikit kata kasar yang sudah seperti menjadi kebiasaan.

"Hm pikunan lo, padahal lo liat sendiri waktu itu gimana dia dibully banyak orang, gue kasian tapi gue juga gak mau ikut campur dan berakhir dapet masalah juga," balas Aira dengan tatapan lurus ke depan sedikit melamun.

AyataOnde histórias criam vida. Descubra agora