Limolas

4.4K 271 1
                                    

Di pinggir lapangan utama AHS terdengar suara heboh dari banyak murid yang mengerumuni suatu objek yang menjadi tontonan mereka. Banyak dari mereka yang seolah tak suka dengan pemandangan gratis yang menjadi tontonan tapi tak ada yang berani buka suara dengan tegas.

"Bersihin!" tegas seorang laki-laki yang menjadi pusat perhatian pertama. Sedangkan di depan laki-laki itu ada seorang gadis yang menunduk takut.

Protagonis utama laki-laki, yaang baru saja berkata tegas itu tak lain adalah Rendra si leader dari geng motor yang lumayan terkenal di kota Jakarta. Sepertinya laki-laki itu merasa terusik yang membuatnya mengeluarkan hawa-hawa tak enak dan bau-bau kekejamannya sudah tercium.

"M–maaf." Dengan terbata-bata gadis yang ada di hadapan Rendra meminta maaf untuk yang kedua kalinya, tanpa berani menatap laki-laki itu.

Kejadian awalnya tadi saat Rendra berjalan ke arah parkiran melewati lapangan seorang diri tanpa para temannya tiba-tiba dari arah berlawanan ada seorang gadis asing berlari kecil menuju nya tanpa melihat jalan, gadis itu yang membawa es tak sengaja membuat es tersebut tumpah di Rendra sampai mengenai seluruh seragamnya di bagian depan sekaligus sepatunya. Tentu saja Rendra menahan amarahnya mendapatkan gangguan kecil meskipun gadis itu tak sengaja.

"Gue gak perlu maaf dari lo! Cepet bersihin sepatu gue!" Dengan kejam Rendra menjulurkan sepasang kakinya dengan sepatu yang telah basah dan memerintah dengan tegas.

"Kasian si Ana, gue gak tega liat dia sampe mau nangis gitu."

"Salah sendiri nyari masalah saman Rendra!"

"Heh dia kan gak sengaja anjir."

"Tapi kan bisa jalan tuh matanya juga dipake, tuh cewe jalan sambil lari malah gak liat-liat, ya tanggung sendiri lah akibatnya!"

"Tapi Ana gak sengaja guys, kasian dia."

"Ya terus lo mau apa? Mau bantuin dia? Sok atuh silahkan kalo berani."

Seperti itulah kira-kira celetukan para murid di sekitar lapangan yang mengerumuni Rendra dan gadis yang diduga bernama Ana. Di sana mereka semua hanya menonton karena tak berani menegur Rendra, mereka masih sayang posisi mereka di AHS karena bisa saja jika mereka menolong akan terancam dikeluarkan dari AHS.

"Pake rok lo!" sentak Rendra lagi dengan tatapan tajamnya terus tertuju pada gadis di depannya yang sudah bersimpuh bersiap membersihkan sepatu Rendra dengan sapu tangan yang entah dari mana.

Di lain sisi para teman Rendra baru saja sampai di dekat lokasi kejadian itu, mereka semua terlihat kebingungan melihat keramaian yang tercipta di dekat lapangan utama AHS.

"Eh ada apaan tuh?" tanya Panji pada salah satu siswi yang ada di dekat mereka.

Sontak siswi yang ditatap langsung oleh Panji itu menahan untuk tak menjerit saat itu juga. Agak lebay memang, tapi ketampanan para teman Rendra termasuk laki-laki itu sendiri banyak membuat hati para kaum hawa lemah.

"Em i–itu kak, k–kak Rendra lagi marah sama temen sekelas aku." Siswi tersebut sampai terbata-bata saking gugupnya menjawab pertanyaan dari Panji. Sepertinya dia adalah adik kelas Rendra dkk termasuk juga Aira.

"Thanks."

Setelah mengatakan satu kata tersebut Panji dan temannya yang lain segera mendekati objek yang dikerumuni banyak murid.

Bersamaan dengan itu, Aira dan Cika yang tengah berjalan menuju ke parkiran sembari mengobrol ringan pun berhenti karena salah fokus dengan suasana ramai di dekat lapangan utama.

Bruk!

Namun, saat kedua gadis itu berhenti dari arah belakang tiba-tiba ada seseorang menabrak sedikit punggung keduanya. "Anjing! Kalo mau berhenti tuh bilang-bilang atuh!"

AyataUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum