Sewelas

4.8K 266 0
                                    

Seorang laki-laki berpakaian rapi serba hitam dengan style casual tengah berjalan keluar dari bandara dengan diikuti dua bodyguard berbadan kekar di belakang dan dua bodyguard juga di belakangnya. Laki-laki itu merupakan laki-laki semalam yang merencanakan terbang ke tanah kelahirannya ini.

Kacamata hitam yang bertengger di di hidungnya dan mulut yang ditutupi masker membuat laki-laki tersebut menjadi pusat perhatian di tempat itu, beberapa orang yang ada di sana pun menatap kagum hanya dengan penampilan nya yang serba tertutup itu.

Tak lama langkah kakinya terhenti di samping mobil yang sudah terparkir sejak tadi di area luar bandara. "Jalan!" titahnya setelah duduk di kursi penumpang mobil dengan nyaman.

Kacamata di hidungnya dia singkirkan setelah mobil mulai melaju meninggalkan kawasan bandara diikuti mobil lainnya di belakang, mobil tersebut berisikan beberapa bodyguard yang ditugaskan mengawal laki-laki itu.

'Aku gak sabar ketemu kamu baby, i really miss you'  batin laki-laki yang belum diketahui namanya itu. Jangan lupakan bibirnya menyunggingkan senyum tipis, sangat tipis sampai nyaris tak terlihat.

Beberapa menit berlalu, mobil mewah yang laki-laki itu tumpangi dengan supir khusus yang menyetir memasuki gerbang sebuah rumah besar nan mewah tapi terlihat simple. Melihat rumah tersebut mata laki-laki berpakaian serba hitam yang duduk di kursi penumpang itu semakin menyorot penuh kerinduan.

Dengan gerakan pelan laki-laki tersebut turun dari mobil dengan pintu yang terbuka secara otomatis. Kacamata hitam kembali bertengger di hidung laki-laki itu.

"Maaf sebelumnya, apa anda mencari tuan Bagas? Jika iy–"

Ucapan seorang satpam yang menjadi penjaga rumah di sana itu terhenti kala melihat tangan laki-laki yang baru saja keluar dari mobil itu seolah mengodenya untuk diam.

"Saya tidak ingin bertemu dengan tuanmu itu, yang saya inginkan bertemu dengan nona anda!" Setelah berkata tegas laki-laki itu langsung melangkah tegas meninggalkan si satpam.

Terlihat dari raut wajah si satpam terlihat kebingungan setelah mendengar ucapan tersebut. Sepertinya dia kebingungan mengapa laki-laki asing yang dikawal bodyguard satu mobil itu mencari nona nya. "Maaf tuan, yang anda maksud nona Aira? Nona Aira baru saja berangkat sekolah tuan."

Seketika langkah laki-laki asing itu berhenti, kacamatanya dia turunkan sebelum membalikkan badan ke arah satpam yang baru berucap.

Alangkah terkejutnya si satpam saat melihat wajah laki-laki tersebut setelah kacamatanya disingkirkan. "Tuan Sarga!" Reflek nada tinggi yang satpam itu keluarkan.

Sadar dengan apa yang sudah dia lakukan, si satpam sedikit membungkukkan badannya. "Ah maafkan saya tuan, saya benar-benar tidak tahu jika anda tuan Sarga."

Laki-laki yang disebut Sarga itu mengangguk singkat dan mengisyaratkan satpam yang kini sudah berada di hadapannya itu untuk berhenti menunduk. "It's okey, ada yang lain di dalam?" tanyanya dengan raut wajah tetap datar dan dingin.

Entah mengapa satpam di hadapan Sarga terlihat gugup setelah tahu siapakah laki-laki yang tadi dia kira sebagai rekan bisnis tuan rumahnya.

"Em hanya ada nyonya Airin tuan, tuan Bagas dan tuan Alvaro ke kantor sedangkan tuan Airon dan nona Aira ke kampus dan sekolah." Mendengar penjelasan itu Sarga hanya mengangguk sebelum melenggang pergi memasuki rumah begitu saja.

"Huffh! Untung saja saya tidak melakukan kesalahan." Si satpam menghela nafas lega.

                                                    ****

"Kelas gue di mana anjir?" gumam Aira mengumpat, kebingungan karena dia tak tahu dimana kelasnya dan letak kelasnya. Wajar saja Aira di novel seorang figuran yang hanya satu kali muncul, itu pun kemunculannya bersamaan dengan kematiannya, jadi apa boleh buat Aira tak tahu apapun tentang Aira novel.

Gadis itu mengambil ponsel dari saku sembari menghentikan langkahnya di depan perpustakaan yang dia temukan terletak tak jauh dari parkiran. "Aelah! Ini HP juga kenapa sih! Semalem perasaan bisa dibuka pake muka deh, kenapa sekarang gak bisa coba!" gerutu Aira sambil berulang kali mencoba membuka ponsel yang dikunci dengan sandi dan lockscreen.

"Apa nih HP tau kalo gue bukan Aira asli?" lanjutnya masih ngedumel kesal.

"Gue juga bego banget semalem napa gak ganti sandinya langsung? Ini nih contoh bikin hidup sendiri susah!"

Niat Aira ingin menghubungi Cika yang mengaku sebagai sahabatnya, tapi sayangnya dunia seakan tak berpihak padanya. Entah ini kesialan Aira atau memang ponselnya yang eror.

Brukk!

Pukk!

"Anjir! Bangke! HP gue!" jerit Aira dengan histeris saat ponselnya berciuman dengan lantai setelah tubuhnya oleng akibat tabrakan seseorang dari belakang.

Dengan gerakan cepat gadis itu mengambil ponselnya yang terjatuh dalam posisi tengkurap, bisa dipastikan ponselnya kenapa-napa.

Dan benar saja, setelah Aira lihat layar ponselnya retak walau itu hanya anti gores nya saja. 'Huaaa HP sebagus ini masa layarnya retak! Baru aja semalem mainin eh sekarang masa dah retak aja!' batin gadis itu tak rela.

Aira mendongak, menatap tajam orang yang telah menabraknya dari belakang. Namun, baru beberapa detik tatapannya berubah, tadinya yang melotot tajam kini berganti melotot terkejut melihat tak hanya ada satu orang di belakangnya, melainkan ada enam laki-laki di sana yang sama-sama menatapnya dengan tatapan berbeda-beda.

Gadis itu dibuat semakin terkejut kala menyadari bahwa diantara mereka salah satunya ada laki-laki yang dia temui di UKS kemarin. Ya, tak salah lagi dia Calvin, itu artinya Aira sekarang berhadapan langsung dengan enam murid famous di AHS.

'Wanjay! Cakep-cakep banget gila! Nita! Lo pinter banget sih ciptain mereka!' histeris Aira dalam hati, tanpa sadar mulutnya sedikit terbuka menatap paras laki-laki yang berjalan paling depan, tepatnya laki-laki itu lah yang menabrak Aira.

'Ini Rendra bukan? Fiks iya sih! Dia paling cakep soalnya!' lanjut Aira dengan tatapan beralih pada Rendra yang menatapnya datar.

"Mingkem neng! Ileran tuh!" celetuk salah satu dari mereka yang langsung ditimpali yang lain. Dia adalah Panji, dari nada suaranya terdengar menggoda dengan senyum jahil tersungging di bibirnya.

"Kita emang cakep kali, gak usah gitu amat liatinnya!" timpal Neo. Ini nih yang kata Cika orangnya playboy dan suka bergonta-ganti pacar.

Gugup, satu kata itu lah yang Aira rasakan saat dua laki-laki diantara mereka menciduk dirinya menatap mereka dengan pandangan memuja.

"Sorry," ujarnya asal, tak tahu harus mengatakan apa. Padahal awalnya tadi dia ingin marah-marah karena ponselnya yang terjatuh sampai retak. 'Pasti yang paling kalem terus mukanya dingin itu Alan sama Gian!' lanjut Aira dalam hati dengan mata jelalatan menatap keenam laki-laki di hadapannya bergantian dengan tatapan berbinar.

"Caper!" Sontak tatapan Aira beralih pada laki-laki yang berpakaian paling berantakan diantara mereka, dia Calvin yang dicap sebagai laki-laki bermulut paking pedas.

"Apaan sih lo!" Reflek Aira menjawab dengan ketus, rasa gugupnya seketika menghilang berganti rasa kesal.

"Cabut!" titah si ketua. Siapa lagi jika bukan Rendra.

Selanjutnya keenam laki-laki itu berlalu pergi melewati Aira begitu saja dengan Calvin yang terus melirik sinis Aira seolah gadis itu sudah dia cap sebagai musuh.

"Si anjir! Gak minta maaf tuh cowo!" umpat Aira kesal.

"Percuma cakep kalo bad attitude!" Dengan berani Aira meneriaki kepergian mereka tanpa menyadari keadaan sekitarnya.

"Nyesel gue njir muji-muji mereka!" lanjutnya mendengus kasar sebelum melenggang pergi tanpa tujuan.

Tanpa Aira sadari, banyak murid di sekitar sana yang kebetulan lewat melihat interaksinya dengan tiga dari enam siswa famous tadi. Mungkin mulai detik ini gadis itu akan sering menjadi bahan pembicaraan di AHS setelah beberapa siswi diam-diam mengabadikan momen tadi dan disebar luaskan ke grup khusus AHS.

Berakhir sudah ketenangan Aira.

AyataWhere stories live. Discover now