Wolulas

4K 210 0
                                    

Antara jengah, risih, dan juga senang, itulah yang dirasakan Aira saat ini.

Sudah lebih dari satu jam Sarga berada di dalam kamarnya setelah laki-laki itu numpang mandi dan sholat di kamar abang sulungnya.

Laki-laki itu seperti tak ada niatan sama sekali untuk pulang, padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, bahkan tadi mereka sudah melewatkan makan malam bersama sekeluarga di meja makan.

Sialnya Aira merasa bahwa keluarganya sama sekali tak melarang Sarga berlama-lama bersamanya di kamar, seolah itu sudah menjadi kebiasaan Sarga. Memikirkan membuat Aira mengira bahwa memang sebelum dia tersesat di raga Aira figuran, aslinya memang sepasang tunangan itu sama-sama bucin.

"Kakak gak pulang?" tanya Aira yang sejak tadi sudah sangat lelah ditempeli Sarga.

Bagaimana tidak, sudah tiga puluh menit lamanya Sarga terus memeluk Aira di atas ranjang dengan televisi menyala, dan Aira dipaksa untuk mengelus-elus rambut laki-laki itu.

Posisi mereka pun sangatlah dekat, Sarga memeluk Aira erat dengan kepala diletakkan diceruk leher gadis itu, terpaan nafas Sarga di lehernya membuat Aira geli dan bergerak tak nyaman. Dan Sarga pun tetap di posisinya dengan mata terpejam seolah tak terganggu dengan gerakan kecil Aira yang juga terkadang protes.

"Sst, geli kak," ringis Aira yang merasakan bibir Sarga menempel beberapa kali di kulit lehernya. Dia mulai bergerak semakin tak nyaman.

Sungguh, Aira sangat tertekan, kondisi jantungnya sangat tak aman dan matanya terus melirik pintu kamarnya dengan was-was takut jika ada salah satu anggota keluarganya masuk dan menciduk keduanya dalam posisi sedekat itu. Aira tentu saja malu, apalagi jika yang menciduk mereka adalah abang keduanya.

'Ya ampun Nita! Ini gimana sih? Perasaan alur yang gue alamin gak ada di novel lo deh, kenapa peran figuran nya dapet cowo kek Sarga sih! Gue seneng tapi gue gak tahan woe! Jangan sampe gue kelepasan yang bakal bikin Sarga ilfil sama gue!' dalam hati Aira terus protes dan berteriak tak kuat.

"Manggil apa kamu hm?" Suara berat Sarga yang teredam itu mengalun tepat di dekat telinga Aira dengan sedikit berbisik pelan.

'Nah nah, suaranya ini loh! Bikin mleyot anjir! Baru kali ini nih gue ngalamin kek gini, gak pernah tuh di dunia asli gue liat ada cowo kek Sarga, sayangnya ini cuma dunia novel anjay!' lanjut Aira masih dalam hati tanpa melupakan kata-kata kasar yang sering dia ceploskan.

Entah apa alasan Aira di dunia asli tak pernah pacaran atau merespon lebih sat didekati seorang laki-laki, intinya gadis itu memilih-milih laki-laki yang akan dia jadikan pasangan dan menurutnya dari semua laki-laki yang mencoba mendekatinya dia tak pernah menemukan yang sesuai kriteria nya. Dan ya, Aira berhasil mendapatkannya di dunia novel, memang sepertinya selera Aira sangatlah tinggi setinggi visual novel yang sudah pasti dibuat sempurna oleh author nya.

"Ulangi lagi coba, mau aku hukum hm?"

Lamunan Aira buyar, jantungnya sedari tadi yang sudah berdetak tak normal semakin menjadi-jadi. 'Bisa gak sih gak usah pake hm? Gue baper sama fiksi beneran anjirlah! Tapi di sini kek nyata banget tolong! Nita tanggung jawab lo!' Lagi-lagi gadis itu berbicara dalam hati seolah tengah berkata langsung di depan sahabatnya Nita.

"Em k–kakak gak pulang?" Meskipun sedikit takut Aira tetap memberanikan diri mengulang pertanyaannya agar laki-laki yang masih memeluknya itu tersinggung lalu pulang agar dia bisa bebas. Gadis itu tak sadar jika kesalahannya bukan ada di kalimat yang dia tanyakan.

"Kakak? Kamu beneran mau aku hukum hm?" tanya Sarga balik sembari menyingkirkan wajahnya dari leher Aira, menatap gadisnya itu dengan tatapan dalam.

'Mampus! Gue lupa!' maki Aira dalam hati dengan mata reflek membola.

"Eh maaf maaf aku lupa Ata, jangan hukum aku please," mohon Aira yang cepat-cepat meminta maaf sebelum mendapat hukuman yang bisa membahayakan jantungnya.

Pasalnya tadi Aira sudah mendapatkan hukuman itu saat dia tak sengaja memanggil Sarga dengan panggilan kakak padahal laki-laki itu sudah menegaskan dirinya agar memanggil dengan nama spesialnya sebelum Aira menempati raga Aira figuran. Bukan hukuman berat yang Aira terima, melainkan sangat ringan berupa ciuman di seluruh wajahnya. Sangat bahaya untuk kesehatan jantung Aira bukan?

Berbeda dengan Aira yang memelas dan sudah memasang puppe eyes seperti anak kucing atau anjing, Sarga justru mati-matian menahan dirinya untuk tak khilaf mencium Aira lagi seperti tadi. Sarga pikir cukup sekali itu saja sebelum Aira menjauhinya karena semakin risih padanya karena Sarga sadar jika sedari tadi saat Aira dia peluk erat gadis itu merasa kurang nyaman, tapi Sarga tak bisa menahan rasa rindunya lagi untuk memeluk gadisnya itu.

"Stop Aya, jangan masang muka kayak gitu atau kamu mau aku kasih hukuman beneran?"

"Eh iya, maaf, tapi beneran gak kasih hukuman lagi kan?" balas Aya menatap balik mata Sarga yang terus menatapnya lekat.

Sarga tersenyum lembut lalu menggeleng. "Aku juga minta maaf udah buat kamu risih karena gak bisa nahan buat gak meluk kamu."

Aira meringis, rupanya laki-laki itu menyadari gelagatnya sejak tadi, dia jadi merasa tak enak pada tunangan nya itu. Entah sadar atau tidak tangan gadis itu terangkat membalas pelukan Sarga yang mengendur.

Hal tersebut mampu membuat Sarga malah kembali mengeratkan pelukannya.

"Maaf, mungkin karena efek aku amnesia dan lupain kamu jadinya aku agak risih sama kamu, tapi aku yakin nanti lama-lama juga aku bakal biasa dan nyaman sama kamu kayak dulu lagi," balas Aira dengan suara pelan, ucapannya kali ini benar-benar tulus dalam hati.

'Ya bener, gue bakalan terbiasa atau bahkan bakalan balik bucin akut sama nih cowo kalo gue nanti dah nyaman sama dia' batin Aira membalas senyum manis Sarga sembari mengusap rambut tebal laki-laki berparas sempurna di dekapannya itu.

AyataWhere stories live. Discover now