Nemlikur

2.9K 171 1
                                    

"Em a–aku laper," cicit Aira takut akan aura yang dikeluarkan Sarga, alhasil dia sedikit tergagap dalam menjawab. Untuk sementara dia singkirkan dulu tentang perasaannya karena tatapan tajam Sarga yang tak kunjung mereda.

Namun setelah Aira menjawab, tatapan Sarga perlahan melembut dengan mimik wajah tak seseram tadi. "Kenapa gak bilang sama aku dulu hm? Kan nanti bisa aku masakin," balas Sarga dengan lembut.

'Anj–astaghfirullah, kan tadi lo ngambek dan gak mau keluar woe! Pake segala kamarnya kedap suara lagi! Kalo udah gini malah nyudutin gue!' Aira hanya bisa teriak emosi dalam hati dengan perasaan dongkol.

"Jangan bikin bahaya diri kamu sendiri Aya! Aku gak mau lagi liat kamu masak!" lanjut Sarga dengan tegas, padahal Aira belum sempat menjawab pertanyaannya tadi.

Aira berdecak lirih, dia langsung menarik tangannya yang telah selesai diobati Sarga. "Situ nya kan ngambek, gue panggil sampe teriak-teriak pun gak keluar-keluar!" ketus gadis itu dengan berani, mencoba abai dengan tatapan dingin tadi dari Sarga yang membuatnya takut. Entah sadar atau tidak, gadis itu menggunakan kosa kata seperti biasanya saat dia berbicara dengan teman.

Mendengar itu seketika Sarga merasa bersalah dan juga kesal dengan kosa kata yang digunakan Aira. Tapi sepertinya rasa bersalah lebih mendominasi. "Maaf," ujar Sarga pelan lalu langsung menarik Aira ke dalam pelukannya dengan erat.

"Maaf," ulang Sarga terus berlanjut. Bahkan saat Aira dengan sengaja hanya diam saja, laki-laki itu terus merapalkan kata tersebut berulang kali, tapi tetap saja Aira diam tanpa membalas pelukan laki-laki itu.

"Maafin Ata yang kayak anak kecil, maaf karena ngambek sampa Aya cuma gara-gara tadi sore, tapi Ata cemburu liat Aya sama cowo lain," ujar Sarga lumayan panjang membuat Aira menggigit ujung bibirnya dalam diam.

Tak tahu saja Sarga bahwa tunangannya itu tengah menahan gemas akibat mendengar suaranya yang bak anak kecil meminta maaf pada ibunya.

'Si anjir! Emang boleh se-gemesin ini?' batin Aira menahan gemas.

Aira paling tak tahan jika dihadapkan dengan yang menggemaskan, dan pertahanan gadis itu runtuh setelah permintaan maaf dari Sarga yang terdengar begitu menggemaskan di telinga Aira, apalagi Sarga memanggil dirinya sendiri dengan panggilan spesial Aira, lebih tepatnya Aira figuran.

Alhasil Aira tak tahan untuk tak membalas pelukan erat dari Sarga. Sang empu yang merasakan balasan pelukan dari Aira pun tersenyum tipis.

"Maaf Aya," ujar Sarga sekali lagi sebelum Aira membalas ucapannya.

"Iya Ata, udah aku maafin kok, ini juga salah aku yang gak bisa jaga perasaan kamu, tapi sebenarnya aku gak bermaksud deket-deket cowo dan tadi sore itu gak sengaja, aku gak boong sumpah," balas Aira kembali lagi menggunakan aku-kamu.

Sarga menggeleng lalu melepaskan pelukan mereka. "Gak! Ini sepenuhnya salah aku yang cemburuan," sangkalnya tak ingin Aira menyalahkan dirinya sendiri.

Aira tersenyum manis. "Biar adil ini salah kota berdua," balasnya membuat Sarga tersenyum lebar sampai mata laki-laki itu sedikit menyipit.

Dan ya, itu semakin terlihat menggemaskan di mata Aira. Gadis itu reflek menepuk pelan puncak kepala Sarga lalu mencubit pelan pipi kiri laki-laki itu. Aira melakukannya hanya reflek, dan selepas itu gadis tersebut kaget sendiri dengan sikap berani yang dia lakukan.

Tentu saja Sarga tak marah, laki-laki itu justru malah salah tingkah dengan kedua telinga yang perlahan memerah diikuti pergerakannya yang sedikit menjauh dari Aira. Sarga lakukan itu karena tak tahan dengan degupan jantungnya yang begitu kencang, dia takut jikalau Aira sampai mendengarnya.

Beruntungnya Sarga, Aira tak menyadari itu, gadis tersebut malah mengira bahwa dia telah berbuat lancang dengan mencubit pipi laki-laki itu. "Ah maaf Ata, aku tadi cuma reflek, gak sakit kan?"

Dan lagi-lagi, Aira mengelus pipi kiri Sarga, berpikiran bahwa cubitan nya begitu keras, padahal tak berasa apa-apa bagi Sarga. Justru sikapnya malah membuat Sarga semakin meleleh.

"Gak, aku mandi dulu."

Setelah mengatakan itu, Sarga pergi begitu saja meninggalkan Aira sendirian di dapur. Melihatnya membuat Aira mengerutkan keningnya dan langsung berpikiran macam-macam.

"Apa dia marah lagi sama gue?" gumam gadis itu sebelum tersadar dari lamunannya memikirkan kepergian Sarga.

"Eh iya! Gue kan belum mandi njir!"

Aira menepuk dahinya sekilas, baru sadar jika badannya sejak tadi terasa lengket dan tak nyaman. "Huffh! Lanjut masak aja kali ya, lagian dia udah pergi, nungguin dia selesai mandi mah lama keburu mati kelaparan gue."

"Semoga aja dia gak marah beneran," gumam Aira lagi sebelum melanjutkan kegiatannya yang tertunda tanpa memikirkan resikonya nanti jika Sarga tahu dia malah melanjutkan memasak.

Aira begitu tak peka dengan sikapnya tadi yang mampu membuat Sarga gugup dan salah tingkah, maka dari itu gadis tersebut berpikir jika Sarga marah padanya.

__________

Maaf kalo ceritanya bosenin/alurnya lambat ygy 🙏😭
And makasi bnyk buat yg udh setia baca dan vote+komen💋🖤

AyataWhere stories live. Discover now