Telulikur

3K 179 0
                                    

Mobil sport berwarna full hitam yang dikendarai Sarga bersama Aira berhenti tepat di depan sebuah apartemen mewah yang letaknya lumayan jauh dari AHS.

Melaju dari sekolah sampai berhenti di depan apartemen, kondisi di dalam mobil tetap begitu hening dikarenakan tak ada satu pun yang memulai pembicaraan.

Penyebabnya mungkin karena Aira yang sungkan membuka suara atau lebih tepatnya takut karena tahu bahwa Sarga sedang marah padanya.

Sarga melirik ke arah gadisnya, senyum miring terukir di bibirnya kala melihat Aira yang terlihat memejamkan matanya seolah gadis itu tidur dan sudah menyelam ke alam mimpi. 

Sarga tak mudah tertipu begitu saja, laki-laki itu tersenyum dan hanya diam berlagak percaya dengan tidur Aira yang hanya pura-pura. Sarga bisa melihat sendiri bola mata gadisnya itu tadi sedikit bergerak, memang sangat jeli sekali mata laki-laki itu.

Mungkin dikarenakan Aira tak nyaman dengan suasana di mobil yang hening dan begitu menegangkan, maka dari itu gadis tersebut memutuskan berpura-pura tidur saja, menurutnya itu pilihan terbaik.

Padahal dibalik itu Aira menjadi tak tahu kemana Sarga membawanya, gadis itu pikir dia akan langsung diantarkan pulang ke rumah, tapi sayangnya itu salah besar karena Sarga serius dengan ucapannya sendiri waktu laki-laki itu di kantor. Sarga akan menghukum Aira dengan caranya sendiri.

Sarga tanpa berujar satu patah katapun langsung keluar dari mobil dengan wajah datar dan dingin andalannya.

Aira yang mendengar suara pintu mobil terbuka lalu kembali ditutup pun merasa ada yang janggal. Gadis itu membuka sedikit mata bagian kanannya.

'Lah? Anjir gue ditinggal gitu aja?' batin Aira keheranan saat tak menemukan Sarga di dalam mobil maupun di luar.

'Eh eh bentar, ini gue dimana anjiir?' lanjut Aira masih dalam hati, dia sudah sepenuhnya membuka mata dan baru sadar dengan posisi berhentinya mobil Sarga. Karena panik dan agak terkejut, dia reflek menegakkan badannya tanpa menyadari Sarga sudah ada di samping pintu mobil bagian dia duduk.

"Wah parah tuh cowo! Gak tanggung jawab banget! Masa gue gak dianterin pulang sih?" Secara spontan Aira menggerutu secara terang-terangan di dalam mobil berpikir bahwa Sarga sudah sepenuhnya pergi dari sana.

Deg!

Jantung Aira rasanya seolah berhenti berdetak, matanya melotot terkejut kala dia bersiap akan membuka pintu mobil ingin keluar tiba-tiba saja dia melihat Sarga sudah ada di luar dengan tatapan datar dan wajah dingin khasnya.

'Mati lo Ai! Masalah tadi belum selesai, ehh sekarang malah nambah masalah lagi!' batin Aira merutuki dirinya sendiri dalam hati sembari meringis setelah mengalihkan tatapannya dari Sarga.

Tak ingin semakin membuat suasana semakin runyam, Aira memutuskan keluar dari mobil setelah memantapkan hatinya untuk jangan terlalu panik dan takut berhadapan dengan Sarga.

Setelah berdiri tepat di hadapan Sarga yang hanya diam dengan tatapan menghunus tajam padanya, Aira setengah menyengir dan meringis. "Hehe, kirain tadi kamu udah ninggalin aku," ujarnya dengan suara amat pelan.

"Hm." Hanya itu yang Sarga katakan sebelum laki-laki tersebut berlalu meninggalkan Aira begitu saja.

"Lah? Jencek!" umpat Aira kasar.

Sadar jika dia kebiasaan terus berkata kasar, Aira menepuk mulutnya sekilas sebelum berlari kecil menyusul kemana perginya Sarga.

Mengapa Aira tidak langsung pulang sendiri saja? Jawabannya simpel, Aira masih belum hafal jalan pulang, bahkan nama komplek perumahan nya pun Aira beluk tahu. Maka dari itu lebih baik Aira mengikuti Sarga saja, masalah dia sekarang ada di mana itu urusan belakangan.

"Ata! Tungguin!" panggil Aira berlari kecil dengan kaki mungilnya yang tak terlalu panjang. Entah mengapa gadis itu cepat sekali terbiasa memanggil Sarga dengan sebutan spesialnya Aira figuran.

Sarga yang dikejar sama sekali tak mengubris panggilan Aira, laki-laki itu cuek dan terus melanjutkan langkahnya dengan lebar sampai ke lobby apartemen. Sarga berhenti sebentar menoleh sekilas ke arah Aira yang baru sampai di sampingnya, dan setelah itu Sarga kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Aira menuju ke arah lift.

Melihat itu Aira cepat-cepat kembali mengikuti Sarga dengan beberapa kali berdecak kesal, dia tak ingin ditinggal Sarga lalu berakhir seperti anak hilang di sana.

"Ck! Jadi cowo ngambekan amat! Gitu doang marah!" dumel Aira dengan suara pelan sembari tetap mengikuti Sarga dari belakang dengan langkah kecilnya yang dipercepat.

Sama-sama diam selama berasa di lift, Sarga terlihat hanya cuek, berbeda dengan Aira yang tak tahan lagi untuk tak bertanya.

"Ataaa," panggil Aira yang kini berjalan sejajar dengan Sarga, tetap mengikuti kemana Sarga pergi.

Sang empu yang dipanggil seolah tak mendengar panggilan dari Aira. Hal tersebut membuat Aira cemberut kesal, tanpa dia sadari Sarga sempat melirik nya sekilas saat gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Ataa! Kalo dipanggil tuh nyaut! Ntar kalo budek beneran loh!" cetus Aira kembali menatap Sarga dengan raut wajah kesal.

'Shit! Tahan Sarga!' Diam-diam Sarga menahan gemas pada Aira sampai mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya.

AyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang