5

39.7K 4.1K 26
                                    

Keadaan Alana sungguh buruk hingga tabib istana tidak mampu menyembuhkan luka bakar itu dengan sempurna. Bahkan reaksi racun itu membuat Alana buta dan kulitnya muncul bercak merah seperti cacar.

Luka bakar Alana sangat parah hingga membuat kulit punggunya mengelupas, Alana hanya menangis karena membayangkan dirinya akan hidup dengan keadaan yang memprihatinkan seumur hidupnya.

Hal itu turut membuat hati Pangeran teriris melihat wanitanya berlarut dalam kesedihan tentang keadaan fisiknya sekarang, padahal dia sudah meyakinkan Alana bahwa dirinya tetap akan menerimanya dengan apa adanya tapi Alana tetap tidak percaya diri. Segala pengobatan sudah tabib istana usahakan namun tetap nihil.

Hingga sang Tabib memberikan informasi pada Pangeran kalau dia pernah mendengar di tengah Hutan Kospia hidup seorang tabib tua yang mengandalkan pengobatan herbal yang sangat manjur untuk menyembuhkan segala penyakit.

Pangeran yang mendengar itu pun merasa lega karena mendapatkan secercah harapan yang lain setelah 2 minggu Alana di rawat. Luka bakarnya sudah kering namun bercak merah di rubuh Alana masih tetap ada bahkan saat ini sudah di tahap meradang yang membuat kulitnya rusak.

Pangeran langsung memerintahkan Sean mempersiapkan kuda dan beberapa prajurit, dia akan mencari tabib tua itu hari ini juga. Sean melarang karena hari sudah sore akan banyak bahaya yang datang jika malam hari, namun Pangeran menulikan pendengerannya dengan alasan dia akan membawa banyak Batu Sodalite untuk berjaga-jaga.

Sore itu pangeran pergi dari istana menuju hutan Kospia yang berada di perbatasan kerajaan. Perjalanan kesana memakan waktu 2 hari jika berjalan kaki dan bisa memakan waktu sekitar 16 jam jika menggunakan Kuda.

Pangeran pergi tanpa istirahat, dia terus memacu kudanya tanpa lelah.

Sesampainya di hutan Kospia, hari sudah tengah malam hingga suasana sunyi hutan itu begitu mencekam ditambah udara yang dingin membuat pangeran dan 2 prajurit kerajaan merinding.

Pangeran dan para prajurit mulai memperhatikan sekitar untuk meningkatkan kewaspadaan, karena jika sudah memasuki hutan, musuh mereka bukan lagi hanya manusia tapi juga hewan liar yang buas.

Selama perjalanan mereka terus merasa sedang di awasi oleh begitu banyak mata namun gelapnya malam membuat mereka kewalahan melihat.

"Sebaiknya kita berpencar untuk mencari kediaman tabib itu" perintah pangeran

"Ampun pangeran, hamba rasa itu terlalu berbahaya" sahut salah satu prajurit

"Jika kita terus seperti ini maka tidak akan menemukan apa pun, berpencarlah ini perintah" tegas pangeran

"Siap pangeran" sahut mereka berdua serempak

Di lain sisi terdapat Cova yang sedang tertidur pulas di atas kasur dan ada Shadow yang tidur di pojok ruangan. Cova membeli bantalan duduk yang cukup besar di pasar untuk menjadi alas tidur Shadow, karena pertumbuhan Shadow sangat cepat, bahkan tingginya sekarang sudah mencapai dada Cova. Dia membelinya bersama Ben di hari dimana Ben berpamitan dengannya dua hari yang lalu, bahkan Ben yang membayar tagihan nya.

Ggrr! Ggrrr! Guk! Guk!

Mata Cova langsung terbuka mendengar geraman Shadow, matanya mulai menelisik ke seluruh penjuru ruangan. Cova sedikit beranjak dari kasurnya, mengintip keadaan di luar gubuk melalui jendela kecil di samping kasurnya.

Malam yang sunyi, batinnya.

"Terlalu sunyi" monolognya lagi.

Seketika Cova beranjak dan meraih belatinya, memasang penutup wajahnya dan melepaskan rantai pengikat Shadow agar Shadow bisa melindungi dirinya sendiri dan Cova.

Akrasta: The Return [Terbit]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن