29

29.8K 3.4K 590
                                    

Setelah melakukan pemeriksaan dari tabib kandungan, Alana memang benar tengah hamil, usia kehamilannya sudah 6 minggu.

Alana sedari tadi hanya diam, dia tengah berpikir keras tentang ucapan Raja yang akan menurunkan pangeran dari tahta, itu artinya semua usaha nya sia-sia.

Kalau begini dari awal seharusnya dia mendekati yang mulia Grand Duke. Apa belum terlambat ? Batinnya.

Saat ini Alana sedang berada di salah satu ruang istirahat istana sedang menunggu keputusan Raja tentang nasib nya yang akan di ampuni karena tengah mengandung anak dari Pangeran Mahkota, atau tidak karena mereka meragukan anak itu adalah anak Pangeran Mahkota.

Beberapa menit setelah dinyatakan hamil, dari arah pintu datanglah seorang ksatria pribadi Pangeran yang Alana kenal bernama Sean.

Alana beranjak dari duduknya memasang senyum terbaik namun semua tidak bertahan lama karena Sean memerintahkan para prajurit untuk kembali memasukkan Alana ke dalam Penjara.

"Apa-apaan ini?! Lepaskan aku! Aku mengandung anak dari pangeran mahkota ! Beraninya kalian!!" Teriak Alana histeris.

"Ini Perintah dari yang mulia Raja, Lady. Beliau menetapkan anda tetap bersalah dan akan di eksekusi dua hari lagi" ucap Sean santai.

Ya, eksekusi Alana tetap di lakukan untuk menghindari masalah-masalah yang akan datang di kemudian hari jika benar anak itu adalah anak dari pangeran mahkota.

Kali ini Alana salah, bukannya mendapatkan apa yang dia inginkan dengan mengaku mengandung anak dari Pangeran Mahkota, justru karena hal itulah dia harus benar-benar mati. Karena Akrasta tidak mau menanggung masalah apapun yang akan berpotensi memecah belah kerajaan ini kemudian hari.

Istana mengeksekusi Alana dengan alasan karena dia telah berkerjasama dengan ayahnya yang gila untuk mencelakai Lady Zamberg. Istana tidak memberikan alasan yang spesifik tentang arti dari mencelakai untuk melindungi harga diri Katrina, itu perintah langsung dari Ratu. Sementara kabar kehamilan Alana akan menjadi rahasia gelap dari kerajaan untuk di kubur selamanya.

Sean pun seperti tidak memiliki rasa empati melihat Alana berontak dari seretan para prajurit, karena ini lah yang dia inginkan. Dia tidak mau Avez terjerumus dalam masalah pelik yang membuatnya menjadi pihak yang akan kalah di kemudian hari.

Avez adalah sahabatnya, dan dia akan melakukan apapun untuk sahabat nya agar dapat menduduki tahta itu, bahkan jika benar Alana di bebaskan dari hukuman karena mengandung anak dari pangeran, maka dia sendiri lah yang akan suka rela membunuh Alana dan janin itu malam ini juga.

"Aku ingin bertemu Pangeran, dia tidak akan membiarkanku seperti ini ! Pertemukan aku dengannya !"

"Pangeran akan menikah dengan putri bungsu Raja Druxena minggu depan dan saat ini beliau sedang dalam perjalanan untuk meminang sang putri bersamaan dengan para wakil petinggi kerajaan Druxena yang melakukan perjalanan pulang" jawab Sean datar.

Deg!

"Tidak! Tidak mungkin! Pangeran hanya mencintaiku! dia tidak mungkin membuangku! Aku mengandung anaknya!! Darah dagingnya! Raja dan Ratu tidak akan tega membunuh keturunan Akrasta!!"

Sean jengah dengan semua ocehan Alana, dia pun berbalik dan menatap Alana dingin.

"Pangeran memang mencintaimu, tapi beliau lebih mencintai posisinya, dan lagi Raja dan Ratu tidak sebaik itu mau mengakui janin dari seorang bangsawan rendahan seperti mu Lady. Jadi jangan terlalu besar kepala, tidak ada cerita upik abu yang berkuasa. Sadari posisimu"

Alana terdiam seribu bahasa mendengar ucapan Sean. Ini lah alasan mengapa dia tidak pernah puas dengan pangkat bangsawannya, dia ingin lebih, dia ingin serakah agar tidak ada lagi orang yang merendahkannya seperti suami dan mertuanya. Tapi semua sudah terlambat, kan ?

Akrasta: The Return [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang