37

19.6K 2.1K 72
                                    

Srett!!!

Brukh!

"Aarrrgghhh!! Sialan!! Siapa yang-"

Deg!

Kepala Alana menggelinding terpisah dari tubuhnya, namun dia masih hidup, bahkan meneriaki kesakitannya. Matanya membola melihat sang pelaku yang kini berdiri tak jauh dari tubuh Katrina yang terbaring pingsan karena shock. Bahkan Alana dapat melihat bagaimana pria itu membopong tubuh lemah Katrina dan membaringkannya di dekat Max.

"A-avez ?"

Avez menoleh sinis mendengar suara yang tidak lagi membuatnya berdegup kencang karena cinta. Justru saat ini, hatinya sangat panas ingin sekali mencincang tubuh Alana.

"Jalang!" Desisnya ketika tubuh itu sepenuhnya menghadap Alana.

"A-avez, k-kau.. bagaimana ? Ke-kenapa Avez ? Bukannya kau mencintaiku ?" Alana tidak percaya dengan apa yang Avez lakukan padanya, Avez dengan sadar menyakitinya, hatinya lebih sakit daripada tebasan pedang Avez yang membuat kepalanya putus.

"Mencintaimu... adalah hal terhina yang pernah terjadi dalam hidupku" Alana tak kuasa menahan air matanya, dia terpaku melihat siratan benci dalam manik Avez yang terarah padanya.

Bagimana bisa Avez mengatakan hal semenyakitkan itu pada nya ? Dia hanya ingin membalas semua orang yang telah menghina dan menjelek-jelekannya. Dia hanya ingin sekali saja merasa diri pantas berada di kalangan bangsawan yang hidup dengan mewah penuh dengan kemudahan, rasa hormat, disegani dan di takuti.

Dia melakukan berbagai cara hanya agar dirinya menjadi bangsawan, bahkan dengan berkerja sama dengan Penyihir agar suaminya mau menikahinya. Namun seiring berjalannya waktu dia sadar, pencapaian ini tidak lah cukup.

Dia bahkan berkerja sama dengan Penyihir ular itu untuk dapat memantrai Avez dengan darahnya.

"Campurkan darahku dan darahmu pada makanan atau minumannya, pastikan sajian itu tertelan sepenuhnya, maka dia akan jatuh cinta padamu. Bahkan jika aku mati, matraku tidak akan pernah hilang dari tubuhnya, kecuali jika kau juga mati suatu hari nanti."

"Kau yakin ini akan berhasil ?!"

"Berhasil tidaknya hanya butuh pembuktian, kan ? Sebagai bayarannya, bawakan aku daging manusia atau ternak yang segar setiap minggu. Jangan bawakan yang tua seperti mertuamu, dagingnya sangat alot!"

Begitulah isi perjanjian Alana dengan Nakini, Alana saat itu rela menyamar menjadi tukang masak dan menyusup ke perkemahan para prajurit perang untuk mencampurkan darahnya dan darah penyihir ke minuman pangeran dan memastikannya dengan mata kepalanya sendiri bagaimana pangeran menenggak cairan itu hingga habis. Alana tersenyum puas dan langsung beranjak pergi, sisanya dia akan menunggu iring-iringin itu kembali ke Akrasta dan melancarkan niatnya.

Iya, sekarang dia ingat, mengapa saat ini Avez menjadi membenci nya. Itu karena dia sudah mati, dan saat ini dia hidup berkat darah Balrogs yang mengalir di tubuhnya. Tapi tetap saja, mengapa rasanya sangat sakit ?

"Kenapa ?!! Aku bahkan rela hidup kembali sebagai makhluk menjijikan seperti ini hanya agar kita bisa bersama !! Aku sangat mencintaimu !! Bahkan janin dalam perutku menjadi bukti cinta kita !!" Alana menangis sejadi-jadinya.

"Heh! Berhenti lah berpura-pura ! Janin itu bukan anakku, Sean sudah mencari tau segalanya tentang mu dan mengirim laporannya pada ku selama di perjalanan ke Druxena, kau tidur dengan ayahmu sendiri, kan ?! Bodohnya aku mempercayai semua sikap lemah lembutmu selama ini!

Bodohnya aku yang pernah sangat mencintai mu hingga telingaku tidak berfungsi untuk menerima segala berita buruk tentangmu! Bahkan aku menyakiti perasaan sahabatku sendiri karenamu, aku membuat kedua orang tua ku kecewa, bahkan adikku sendiri tidak menganggapku! Sekarang tidak lagi, tidak akan pernah lagi!! Kau mati di tanganku Alana, kau harus mati di tanganku!"

Akrasta: The Return [Terbit]Where stories live. Discover now