12

34.8K 3.9K 67
                                    

Ledakan itu terdengar tidak jauh dari posisi mereka sekarang.

Sean yang seorang ksatria langsung berlari menuju asal suara meninggalkan Cova yang terkejut dan Ben yang menatap tak minat kejadian ini.

Ben meminta Cova untuk membatu mengevakuasi rakyat yang sedang panik dan berlarian tidak menentu mengakibatkan banyak orang yang terluka. Sementara itu Ben langsung menyusul Sean.

Cova sebisa mungkin membatu para wanita, orang-orang tua dan anak-anak terlebih dahulu. Mengarahkannya untuk berkumpul di lumbung kota, tempat dimana persediaan bahan makanan untuk musim dingin dikumpulkan.

Para prajurit yang bertugas untuk berpatrolipun ikut membatu dan meredakan kepanikan rakyat, mereka semua menyebar untuk melindungi lumbung dari serangan-serangan yang mungkin akan menyusul.

Sementara Cova, dia kembali berkeliling untuk memastikan tidak ada yang tertinggal.

Sesampainya Sean disana, di sebuah rumah kecil terlihat seorang wanita yang menangis ketakutan memeluk bayi merah mungil nya yang baru saja lahir.

Di sudut kasur terlihat seorang tabib wanita yang lehernya sudah menganga mengeluarkan begitu banyak darah.

Di ujung ruangan tergeletak seorang pria yang sudah tidak bernyawa dengan keadaan perutnya yang sobek dan organnya berceceran.

Penyihir yang menyerupai kerangka tulang dan memiliki sayap seperti kelelawar itu akan meraih bayi yang ada di pelukan wanita itu namun usahanya gagal karena Sean datang tepat waktu.

Penyihir yang menyerupai kerangka tulang dan memiliki sayap seperti kelelawar itu akan meraih bayi yang ada di pelukan wanita itu namun usahanya gagal karena Sean datang tepat waktu

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Sean mengayunkan pedangnya berniat menyerang penyihir itu namun sedetik kemudian Sean merasakan kakinya lumpuh.

Brukk!

Sean terduduk dengan posisi bersujud menahan beban tubuhnya dengan kedua tangannya.

Sial, batunya sudah tidak berfungsi. Batinnya.

Dia merasakan kulitnya seperti terbakar perlahan, bahkan pendengarannya terganggu dan berakhir Sean tergeletak disana dengan kedua tangannya yang beralih menutup telinganya.

Telinganya berdengung hingga membuatnya kesakitan.

Syuuhh! Brukk!!

Ben berteleportasi tepat di belakang penyihir itu dan langsung menendangnya kuat.

Penyihir itu terlempar jauh hingga menembus tembok rumah kecil itu. Ben membopong tubuh Sean dan mendudukan nya di ujung ruangan.

Ben melangkah keluar dari sana untuk mencari penyihir yang sepertinya terpental terlalu jauh hingga memasuki kebun bambu.

Ben mengikuti jejak tanah yang hancur akibat pentalan penyihir itu dan berakhir pada sebuah batang pohon bambu yang hancur, namun disana tidak ada siapapun.

Disisi lain, Cova yang sedang berkeliling mencari warga yang mungkin terluka di sekitar pasar mendengar suara rintihan dari belakang pasar.

Suara minta tolong itu semakin jelas terdengar di telinganya saat dia sudah memasuki sebuah kebun bambu yang gelap temaram.

Akrasta: The Return [Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora