6

39K 4.2K 88
                                    

Waktu dini hari adalah waktu beraktifitas nya para penyihir, entah untuk menguji kekuatan mereka ataupun berburu makanan, makanan mereka adalah daging mentah dari spesies apapun. Banyak rumor berkata sarang dari semua penyihir berada di dalam hutan Ilusi yang tidak tersentuh oleh manusia ataupun makhluk hidup lain. Dikarenakan jika memasuki hutan tersebut konon tidak akan pernah bisa kembali lagi.

Para penyihir pemula yang kekuatan sihirnya masih lemah akan berusaha meningkatkan sihirnya dengan mengkonsumsi jantung bayi berusia muda dan ketika mereka sudah mendapatkan jantung untuk di konsumsi maka kekuatan mereka langsung meningkat drastis. Begitu pula sebaliknya, jika mereka tidak bisa mendapatkan jantung untuk di konsumsi maka mereka akan mencari penggati berupa jantung hewan, namun tetap tidak seampuh dan sekuat jantung murni dan suci seorang bayi yang baru lahir.

Biadap, pikir Cova.

Penyihir kebanyakan tidak berani menampakkan dirinya pada manusia, karena jika tertangkap, tubuh mereka akan di bakar. Kepercayaan penyihir, jika tubuh mereka di bakar maka mereka tidak akan bisa ber-reinkarnasi kembali. Hal itu lah yang membuat para penyihir yang berhasil di bunuh namun tidak sempat dibakar akan kembali hidup dalam tubuh seorang penyihir lainnya dan akan lahir dengan dendam yang berkelanjutan.

Maka dari itu, walaupun berhasil membunuh ratu penyihir sekalipun namun jika tubuhnya tidak di bakar maka tunggulah saat dimana dia akan terlahir kembali dan akan menuntut balas atas kematiannya terdahulu kepada orang yang sudah membunuhnya.

Wujud penyihir sama seperti manusia pada umumnya, namun tidak dengan kapasitas fisik dan pikiran. Para penyihir tidak bisa bertarung karena pikiran mereka dirangsang hanya untuk menciptakan kekuatan-kekuatan baru yang mematikan. Mutasi penyihir hanya pada kekuatannya yang dapat berkembang lebih kuat namun pikiran mereka tidak diperuntukkan untuk berani menghadapi secara langsung para musuhnya, karena jika kalah dan dibakar, maka mereka akan tamat.

Oleh sebab itulah para penyihir selalu bersembunyi dan melancarkan aksinya dari kejauhan.

Sedangkan fisik, mereka terlahir dengan fisik seperti manusia namun tidak dengan tampang manusia. Wajah mereka bermacam-macam rupa dan kulit mereka seperti retakan cat tembok rumah angker yang sudah ditumbuhi lumut.

Cova sempat menyentuh kulit penyihir itu, dari tekstur kulit yang sekasar kulit badak membuatnya berpikir akan sangat sulit untuk sekedar melukai mereka, hingga sudah pasti tangan-tangan lemah yang tidak terbiasa mengayunkan pedang akan kesakitan untuk sekedar menggores kulit penyihir.

Ya, seperti itulah yang Cova lihat dari tubuh tanpa kepala yang Shadow bawa sebelum mereka membakarnya saat ini.

Cova sudah memberitahukan informasi kepada Pangeran bahwa dirinya adalah anak dari tabib tua yang sedang dia cari dan ibu nya sudah meninggal beberapa minggu yang lalu, awalnya pangeran ragu namun Cova dengan lihai nya memberikan bukti bagaimana dia meracik obat untuk membalut luka kedua prajurit itu, karena itu lah Cova akan dibawa pergi bersama Pangeran menuju istana Akrasta pagi ini.

Dari penjelasan Pangeran tentang kondisi kekasihnya membuat Cova segera mengemas beberapa obat yang dia butuhkan.

Matahari sudah terbit, mereka pun memutuskan untuk pergi saat itu juga. Cova dan Pangeran akan menunggangi kuda yang sama dikarenakan jumlah kuda mereka saat ini hanya 2 ekor, mau tak mau Cova mengiyakan walaupun sebenarnya dia sungkan atau lebih tepatnya enggan.

Dia sudah menolak dengan berbagai alasan, dari dia yang akan menunggang Shadow sampai dia yang merasa rakyat jelata ini tidak pantas berkuda bersama orang terhormat seperti Pangeran Mahkota pun tetap gagal, jadi mau tak mau saat ini Cova pun mengalah.

Dia tidak mau menjadi bahan omongan, apalagi dia akan memasuki istana yang penuh dengan racun.

Hah, selesai ini aku akan pindah kerajaan, batin Cova.

Akrasta: The Return [Terbit]Where stories live. Discover now