9. Meet you again

6 2 0
                                    

Lift rumah sakit terbuka di lantai 3, Berlin dan Faula segera berjalan keluar sebelum pintu otomatis tertutup. Kedua gadis itu menyusuri lorong rumah sakit, mereka sudah bertemu dengan beberapa suster yang lewat. Anehnya mata mereka seperti mengamati, terutama ke arah Berlin.

"Lo kesini sendiri?" Berlin bertanya sebelum lanjut ke ruangan rawat inap Veron.

"Orang tua gue masih dijalan," ujar Faula yang fokus membaca pesan di ponsel.

Berlin baru menyadari bingkisan yang ditenteng Faula. "Itu buah-buahan buat siapa?"

"Menjenguk orang nggak afdol kalau tangan kosong, Lin. Makanya gue bawa ini mewakili lo,"

"Ya ampun, Fau. Santai aja, saudara gue pasti bakal ga enak hati sama lo." Lagi-lagi Faula membuatnya tak enak hati.

"Lo berdua sama ya. Tipikal ga enakan," kekeh Faula. Gadis itu celingak-celinguk melihat dua lorong yang berbeda.

"Yaudah ayo ikut gue dulu," ujar Berlin. Keduanya lanjut berjalan.

***

Veron mencoba duduk agar punggungnya tidak terlalu kaku. Inke yang melihatnya langsung menghampiri untuk membantu keponakannya, "Nak Veron? Masih kram punggungnya?"

"Bibi, saya bukan kakek-kakek yang gampang encok." Inke tertawa pelan mendengar ucapannya.

Citra menutup pintu ruangan. Wanita itu menghampiri anaknya, langsung menyendok Veron dengan bubur, "Veron, ayo makan sedikit,"

Veron menurut saja, dia memang lapar. Meski dalam kondisi sakit, tidak ada kata kurang nafsu makan baginya. Oleh sebab itu imunitas tubuh Veron bisa pulih secara cepat.

Veron mencicipi rasa bubur, "Bu seharusnya diguyur santan yang penuh,"

"Kamu ini! Baru siuman udah memancing lambung," omel Citra menanggapi komentar Veron.

"Makan yang tawar dulu, nak. Baru kalau sudah bugar makan yang kamu suka," bujuk Inke.

Berlin terlebih dahulu membuka sedikit pintu ruangan. Barulah ia masuk ketika hanya ada mereka bertiga, "Assalamualaikum,"

Ketiganya menoleh dan menjawab salam Berlin, "Waalaikumsalam,"

Veron mengangkat sebelah tangannya yang diinfus, "Halo bro!"

Berlin melotot kaget setelah melihat selan infus itu menjadi tegang akibat tarikan dari Veron, "Lo mau tangannya bengkak lagi?"

"Nggak enak begini, Herlina. Gue pengen manjat pagar sekolah lagi," keluh Veron.

Berlin menyalami tangan Inke dan Citra. Inke sadar kalau ada bayangan perempuan diluar, "Kamu bawa temen ya?"

Berlin mengangguk, "Iya bunda,"

"Suruh masuk aja." Citra mempersilahkan.

Berlin menghampiri pintu ruangan. Gadis itu menarik pelan tangan Faula. Barulah wujud Faula bisa mereka lihat. Veron yang melihatnya langsung tersentak, ia menunduk sejenak untuk mengingat dahulu.

Ulaaa!

SuperEro!

Tiba-tiba sebutan itu terlintas di pikirannya. Veron membuyarkan lamunan dan kembali menatap Faula penuh harapan.

Faula menyalami tangan Inke dan Citra, barulah ia menatap Veron sambil tersenyum ramah. Gadis itu menaruh bingkisan buah-buahan di meja.

"Ini saudara lo ya, Lin?" Faula bertanya ke Berlin.

"Iya, La. Namanya Veron, biasanya gue sebut Si Kupret." Berlin tersenyum.

Veron menatap Berlin tak terima, "Eh Herlina, nama gue udah kebarat-baratan kenapa lo ganti?"

Abang Mantan!Where stories live. Discover now