15. Meet you again 2

4 2 0
                                    

Berlin melihat gedung-gedung tinggi di pinggir jalan. Memperhatikan sepanjang trotoar terdapat pejalan kaki yang dominannya orang kantoran. Waktu ini sudah memasuki jam-jam orang pulang kerja. Sebelum ke tujuan, mereka berputar arah mengikuti bundaran jalan.

Veron menatapnya jengkel, "Mall yang mana, Herlina? Udah delapan kali kita muterin bunderan,"

Berlin cengengesan, "Nggak papa biar grogi lo berkurang nanti,"

"Lo kali ah yang grogi," timpal Veron tampak biasa saja.

Berlin menatap wajah dari jendela mobil, "Iya ya. Kenapa jadi gue yang grogi?"

Veron menghembus napas pelan, "Emang nggak salah gue manggil lo haji bolot."

Mereka sekilas menatap ponsel yang berdering. Buru-buru Berlin menjawab telepon dari Faula.

Faula bertanya ditelepon, "Udah sampe belum?"

"Hehehe, share lokasi dong, La." Berlin cengengesan sembari melihat ekspresi wajah Veron.

"Oalah, lo lupa? Tutup ya teleponnya, gue kirim nih," jawab Faula mengakhiri panggilan.

HAJII BOLOTTTTT, batin Veron ingin berteriak langsung di telinga Berlin.

***

Sesampai di mall besar dan ramai pengunjung, keduanya berjalan masuk dari lobby. Berlin mencari tempat yang sama persis dikirim oleh Faula. Sementara Veron hanya mengikuti gadis itu pergi.

Melihat tempat yang mirip. Lagi-lagi Berlin menatap ponsel dan menatap tempat itu, "Tuh dia, Pret!"

Veron tersentak, pria itu melihat Faula yang duduk sendirian di restoran. Berlin menarik tangannya agar tidak menunggu lama.

"Faula," panggil Berlin.

Faula menolehkan kepala, "Berlin! Sini, sini,"

"Dah sana lo. Gue mau main Timezone." Berlin menadah sebelah tangan.

Veron menggaruk tengkuknya, "Yaelah! Memangnya lo nggak bawa uang lebih?"

"Nggak usah banyak tanya. Bagikan sedikit kekayaanmu, Baginda," ucap Berlin masih menadah sebelah tangan.

Veron membalas tepukan pada telapak tangan Berlin, "Astaghfirullah. Nanti, temenin gue. Kalau diculik tante-tante gimana?"

"Ish! Yaudah ayo," sebal Berlin. Keduanya menghampiri Faula.

"Faula, hai!" sapa Berlin. Faula pun sekilas melambai ke Berlin.

Berlin menyikut lengan Veron. Ia gregetan lalu berbicara pelan, "Buru say hello!"

"H-hai." Baru pertamakali Veron bertemu Faula seperti orang asing.

Faula tertawa, gadis itu berdiri dan mendongak sedikit agar bisa melihat Veron yang lebih tinggi darinya, "Ero, ula kangen!"

Berlin membulat mata. Begitupun Veron. Kedua saudara itu sekilas bertatapan.

"Se-serius ini?" Veron memastikan Faula kembali, "Ula?"

"Ero!" Faula menjawabnya dengan panggilan khas dulu.

Veron memegang tangan Faula sambil memastikan lagi, "Ula!"

"Super Ero!" Faula pun mengambil sebelah tangan Veron. Keduanya tertawa girang.

Berlin terharu melihat keduanya bahagia. Kini dua masa lalu bertemu kembali dan saling mengingat apa saja yang dulu dilewati.

"Silahkan duduk, gue udah pesan makan untuk kalian." Berlin mengangguk saja lalu duduk di sebelah tempat Faula.

"Makasih ya, Herlina. Lo udah bantu gue," ujar Veron benar-benar berterimakasih pada Berlin. Berlin membalas senyum kecil, merasakan kelegaan hati.

Abang Mantan!Where stories live. Discover now