26. Galau

2 1 0
                                    

Setengah jam sebelum bel masuk. Berlin sudah duduk bersikap di bangkunya. Matanya terus tertuju pada pintu kelas, sesekali terdengar suara langkah kaki. Gadis itu sudah mengira kalau orang yang dia cari datang, rupanya segerombol murid-murid. Teman-teman akrab dari ketua kelas, beberapa ada yang menatap heran karena ditatap Berlin segitunya.

Ketika sudah menuju bangkunya masing-masing, perhatian mereka teralihkan dan mulai mengabaikan tatapan melongo Berlin.

Barulah lima menit kemudian, teman-teman dari Agha baru memasuki kelas. Dari pertama pria yang masuk kelas, Geneva sampai yang akhir Erif.

Erif tak langsung melewati meja guru, ia meletakkan amplop putih sembari mencibir sendirian.

Berlin terus memerhatikan pria itu hingga langkahnya hampir berpapasan dengan barisan, "Siapa yang nggak masuk?"

Erif menoleh, "Agha,"

Meski sudah menduga, Berlin membulatkan mulut.

Erif meliriknya ketus, "Gegara kekasih gelap lo gue kebut malam nulis surat izin. Apalagi bagian meniru tanda tangan bokapnya,"

"Memangnya nggak izin lewat chat?"

"Justru itu, hapenya nggak aktif." Erif berjalan kembali menuju bangkunya.

***

30 menit sebelum bel, di hari ini seperti biasanya guru mata pelajaran sejarah mengadakan kuis. Bagi murid yang cepat menjawab, akan mendapat istirahat cepat plus bonus nilai tambahan.

"Ingat ya, setiap bapak bertanya kalian harus menjawabnya."

Semua murid memandang guru itu dengan raut fokus untuk cepat tanggap. Baru saja guru itu mengangkat bibir, murid-murid langsung memicing seksama kalau secara tiba-tiba beliau melontarkan pertanyaan.

"Sebutkan tahun generasi pertama perkembangan evolusi komputer?"

Moosi mengangkat tangan, lewat sedetik Erif mengangkat tangan juga.

Guru itu akhirnya menatap Moosi. Dengan sumringah Moosi menjawab, "Tahun seribu sembilan ratus empat puluh sampai seribu sembilan ratus lima enam!"

"Betul!" Riuh tepuk tangan dari seperempat murid.

Erif memerhatikan sebelah tangannya mengumpat dengan segenggam ponsel yang menyala, "Dih, pak! Dia menyontek jawaban dari internet!"

Moosi melotot, jempolnya menekan tombol off, lalu ia menoleh kebelakang, "Hape gue nggak ada kuota!"

"Jelas-jelas lo buka google," desak Erif.

Guru itu bertepuk tangan sambil tertawa, "Sudah-sudah."

Beliau menurunkan tangannya kembali dan menatap Moosi, "Moosi boleh diulang jawaban kamu barusan?"

Moosi tertegun, jawaban yang dilontarkannya barusan sekelebat sudah lewat dari ingatan. Gadis itupun cengengesan. Arah lirikannya menunduk, "Lupa pak,"

"Waduh, rupanya benar kamu menyontek." Guru itu menepuk kening.

Moosi dengan cengengesan menjawab, "M-maaf pak."

"Kualat lo," kekeh Erif memelankan suaranya. Namun, samar-samar terdengar oleh Moosi. Gadis itu berkecil hati hanya menghela napas.

"Baiklah, untuk soal pertama gugur. Sekarang soal yang kedua,"

"Sebutkan tiga negara blok Barat!"

"Belanda, Belgia, Britania Raya, Denmark, Islandia, Italia, Kanada, USA,"

"USA singkatan dari?"

Erif tiba-tiba terdiam, wajahnya tampak kebingungan. Beberapa murid menatap kebelakang untuk melihat keheningannya.

Abang Mantan!Where stories live. Discover now