12. Insting

4 3 0
                                    

Berlin makin canggung dibawa ke rumah Agha

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Berlin makin canggung dibawa ke rumah Agha. Gadis itu hanya diam melamun tanpa mengatakan apapun ke Agha.

Agha memerhatikan Berlin dari luar pintu, ia berjalan masuk dan duduk disebelah Berlin, "Lo udah sarapan?"

Berlin menoleh, "B-belum,"

"Sana sarapan, ada bibi di dapur." Agha mengajaknya sarapan

"G-gue gak laper, Gha." Berlin menunduk, benar-benar sulit melupakan kegelapan di dalam gudang.

"Masih ketakutan?" Agha mencoba bertanya agar Berlin tidak terus melamun.

Berlin menatapnya tak enak hati, "Maafin gue Gha, lo jadi nyusul ke rumah. Kenapa nggak berangkat aja?"

"Gak bisa. Kesepakatan itu ada lo," jujur Agha. Berlin diam dia kembali melamun.

Agha menatapnya tak suka, "Jangan ngundang setan di rumah gue."

***

"Kamu ganti cewek lagi?" Ayah Agha bertanya setelah tahu Agha membawa Berlin.

"Teman Agha," jawab Agha.

Oh dia keponakannya Citra, batin Ayah Agha yang mengintip dari luar. Berlin sedang memejamkan matanya mungkin sedang tidur.

"Kenapa bisa kesini?" Ayah Agha bingung dengan keberadaan Berlin di rumahnya yang mendadak.

"Agha udah nanya, katanya nunggu teman-teman dateng," jawab Agha seadanya.

"Berapa yang dateng?" Ayah Agha bertanya.

"Enam," jawab Agha

"Yaudah. Ayah mau pergi lagi, nyari cemilan buat mereka," pamit ayah Agha.

"Ayah belikan dia setel baju. Suruh dia ganti kalau udah bangun," ujar ayah Agha memberi tote bag pada Agha. Agha menerimanya.

"Kabari kalau teman-teman kamu udah datang," ujar ayah Agha.

Saya harus bicarakan ini dengan Citra, batin ayah Agha. Beliau segera berangkat ke rumah sakit itu.

***

Inke dan Citra sedang mengobrol santai diluar ruangan. Ayah Agha telah sampai menemui mereka. Beliau berjalan hingga keberadaannya dikejutkan oleh Citra dan Inke.

Citra sudah sebal melihatnya, wanita itu berdiri dan menatap Ayah Agha, "Kenapa anda datang kesini lagi?"

"Wah, wah, Citra. Bahkan masih bisa santai sementara keponakan mu itu ketakutan," bangga Ayah Agha berupa sindiran.

Inke tersentak. Wanita itu berdiri menghadapnya, "Bagaimana anda bisa tahu tentang Berlin?"

"Anak saya, Agha. Membawanya ke rumah. Anak perempuan itu seperti ketakutan," jawab ayah Agha.

"Jangan bicara omong kosong." Suara itu dari Veron. Ia berjalan dari luar ruangan menuntun tiang infus, "Berlin sedang pergi ke museum,"

"Veron kembali ke kamarmu," pinta Citra. Veron hanya diam memerhatikan mereka.

Abang Mantan!Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz