17. Salah target

4 3 0
                                    

Di latar yang sama, ia hanya menatap Geneva dan Berlin. Pria itu kembali berjalan ke tempat lain. Tak guna tetap disini, ia persis seperti nyamuk. Berlin masih diam menatap Geneva, setelah beberapa detik canggung gadis itu tertawa pelan.

"Lo muji begini agar tugas kita gue yang kerjain semua kan?"

"Bukan tentang tugas, Lin tapi fakta dari lo. Gue heran, kenapa perempuan secantik lo disia-siakan," ucap Geneva. Tidak habis pikir, perilaku orang-orang kerap meremehkan Berlin.

"Heran atau kasihan sama gue?" Berlin mencari-cari kemustahilan tentangnya setelah dipuji. Gadis itu susah mempercayai apa yang jarang dibahas.

"Kalau gue kasihan kenapa baru sekarang, Lin? Harusnya dari awal lo putus," jawab Geneva. Baru berani berkomunikasi yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran.

"Jangan, Va." Berlin mencegah harapan baru dari Geneva.

Gadis itu melirik kanan-kiri. Bibirnya ragu mengatakannya tapi ia terpaksa jujur, "Perasaan gue masih kalut,"

"Lo paling ceria diantara teman-teman, Lin. Nggak ada yang tau tentang isi hati lo. Bahkan gue mengira lo udah move-on,"

"Lebih baik berdamai." Berlin seadanya menjawab. Separuh dari isi hatinya, ingin bersama Agha lagi.

"Apa lo nggak punya penyesalan memilih putus?" Pertanyaan Geneva hampir menggoyahkan komitmen lama Berlin bersama diri sendiri.

Berlin tertawa culas, "Anggap itu permainan asah otak. Yang kalau dilanjut nambah susah berpikir rasional."

***

Tessa berjalan sendirian ke kantin, gadis itu lagi percaya diri memutuskan jajan sendirian. Sebelum masuk ke lorong kantin, terlebih dahulu ia melewati kumpulan siswa-siswa yang berdiri di ruas jalan koridor.

Tessa biasa saja melewati mereka. Meski tahu dirinya tersorot tatapan jail dari siswa-siswa itu.

Salah satu siswa bertindik melepas hisapan putung rokok. Dengan sembarang arah, putung rokok mendarat tepat di sepatu Tessa.

Tessa berhenti melangkah, lalu menatap intens satu persatu. Gadis itu menginjak sisa putung rokok. Bara yang menghanguskan setengah dari putung rokok, malah menjadi percikan api. Bertahap menjadi api kecil, Tessa terkejut. Api kecil itu akan menggerogoti sepatunya. Jika dibiarkan secara singkat akan melukai kakinya.

Buru-buru Tessa melepas sebelah sepatunya berserta kaus kakinya. Sementara siswa-siswa jail ini berteriak panik.

"APIIII, APIII!" Tessa menyaksikan sepatunya yang lenyap dilahap api. Mulai tercium aroma karet meleleh di sekitaran lorong kantin ini.

Satu persatu murid akan melewati jalan ini, setelah tahu kepulan asap serta aroma aneh dari sana, mereka jadi mengurung niatnya. Ada juga yang berlarian menuju toilet.

"EMBER-EMBER!" Seorang murid berhasil membawa air seember.

"Eh, siapa sih itu? Jauh-jauh dari api!" Salah satu siswa jail itu melihat Tessa yang bengong sekitar titik kebakaran.

Zack yang berada di tempat itu, menarik tangan Tessa dan berlari kecil menjauhi api.

Zack melepas tangan Tessa kemudian, menegur gadis itu, "Lo bosen hidup?"

"Sepatu Gucci gue," beo Tessa, tatapannya kosong memikirkan sepatu mahalnya yang kebakar.

***

Berlin, Moosi dan Yoosi masing-masing serius berkutat pada ponselnya. Kecemasannya kerap muncul menonton video kiriman dari grup seangkatan. Klip video menunjukkan kejadian kebakaran kecil di lorong kantin, durasi 2 menit muncullah sosok Tessa. Yang disana ia berdiri mematung di dekat titik kebakaran.

Abang Mantan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang