Chapter 5

35 3 2
                                    

Perjalanan ini terasa sangat mendebarkan karena tidak ada pembicaraan diantara kami berdua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Perjalanan ini terasa sangat mendebarkan karena tidak ada pembicaraan diantara kami berdua. Aku masih diam duduk manis di kursi penumpang dan dia terlihat sangat fokus menatap jalanan di depan. Langit sudah menggelap mulai berganti malam, sempat kami berhenti sebentar di masjid terdekat untuk menunaikan ibadah lalu melanjutkan perjalanan lagi. Sebenarnya bisa saja aku memulai pembicaraan tapi jujur bingung harus mulai dari mana. Takut kalau mengganggu fokusnya tapi kalau diam saja juga takut kurang sopan. Dia kan bukan sopir, tapi dari tadi aku juga tidak memainkan ponsel jadi seharusnya dia tidak menganggapku sebagai perempuan yang menganggapnya supir karena sibuk sendiri dan membiarkannya menyetir.

"Saya harus panggil apa ya? biar sopan? Emm Gusti?"

Tawanya meledak sedikit mendengar perkataanku. Meski belum terlalu cair tapi hawa disekitar mobil ini sudah mulai menghangat.

"Mas aja lah, nggak usah pakai gelar itu kalau berdua."

"Idih, kaya bakal berdua mulu aja." ledekku.

Dia tertawa lagi, sungguhan mendengar tawanya itu sungguh candu. Jarang sekali aku memiliki waktu berdua untuk berbicara dengan seorang lelaki. Terakhir kali aku berteman dengan seorang lelaki memberikan cukup trauma padaku. Entah aneh atau tidak, jika ada seorang lelaki yang melabeli dirinya sebagai teman aku akan terus menganggapnya sebagai teman dan cenderung tidak mau menjadikannya pacar. Sayangnya, kita memang tidak bisa mengatur perasaan orang lain. Jika orang tersebut ternyata suka padaku tidak masalah juga sebenarnya yang menjadi masalah adalah ketika sudah melewati batas dan membuatku risih sendiri. Jadi, seringkali aku tidak mau terlalu dekat dengan lelaki.

	"Emangnya nggak mau banget ya ketemu saya lagi?" tuturnya lembut, pertanyaanya seolah benar-benar mencari jawaban

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Emangnya nggak mau banget ya ketemu saya lagi?" tuturnya lembut, pertanyaanya seolah benar-benar mencari jawaban.

"Kenapa pertanyaanya gitu?"

"Saya tahu kita memang baru bertemu tadi secara tidak sengaja. Tapi entah kenapa saya rasanya ingin ngobrol banyak sama kamu. Jadi saya berharap kamu nggak keberatan kalau kita bertemu lagi dilain kesempatan."

Seperti disambar petir di langit yang bahkan tidak hujan. Baru kali ini ada lelaki yang berani menyatakan perasaan yang sedang ia rasakan, ini bukan sekali atau dua kali tapi sejak tadi sudah begitu. Kami belum pernah bertemu sebelumnya. Jangan pikir ia merasa demikian karena kami pernah bertemu sebelumnya. Kalau ini hanyalah bualan belaka rasanya pasti akan sangat menyakitkan.

Karuna dan BharaWhere stories live. Discover now