Chapter 13

44 5 9
                                    

I never meant to break your heart

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I never meant to break your heart

And I won't let this plane go down

I never meant to make you cry

I'll do what it takes to make this fly

Oh, you gotta hold on

Hold on to what you're feeling

That feeling is the best thing

The best thing, alright

I'm gonna place my bet on us

I know this love is heading

In the same direction

That's up

Olly Murs ft. Demi Lovato - Up

***

Matahari sudah menyapa, cahaya dari jendela kamar hotel yang akan kutinggalkan sebentar lagi. Semalam mungkin menjadi lembaran baru yang menyenangkan. Angan-angan yang memilukan seolah perlahan menghilang. Langit senja sebelumnya sudah mulai ada rasa yang berbeda. Masih ingin berjalan lebih jauh, melangkah yang dibersamai olehnya. Meski jarak ini tidak dekat, kami berdua sama-sama tahu. Ada rute yang selalu ingin dituju. Sama tidaknya, ini yang menjadi hiasan dari perjalanan panjang.

Aku dan dirinya, sama-sama tahu ingin sampai di tujuan yang sama. Sayangnya, jalan dan jarak tempuhnya mungkin sudah berbeda. Diriku yang terpaut usia enam tahun lebih muda darinya. Masih banyak yang perlu dijelajahi. Dirinya yang sudah mapan dan memiliki segalanya. Kami sama-sama tahu, ada tujuan pribadi yang ingin dicapai terlebih dahulu. Sempat menyinggung tentang kekhawatiranku mengenai statusku yang orang biasa. Tapi dirinya tidak mempermasalahkan itu.

"Seseorang itu bagaikan lembaran koran yang penuh tulisan. Tidak semua mata mau membacanya. Jadi hanya yang mau membacanya dengan jeli yang mampu mendapatkan nilainya."

Kalau membahas darah biru, sebenarnya ada saja garis itu padaku. Hanya saja terputus karena Eyangti tidak menikahi pria bergelar dan kesultanannya sudah dilumpuhkan dalam peperangan pada masanya. Kendati demikian, meski tanpa bergelar pun Eyangkung tetaplah pria terbaik sepanjang masa. Meski, aku belum sempat bertemu dengannya. Tidak perlu mencari garis biru yang ada padaku darimana. Lembaran masa lalu memang tidak boleh dilupakan, tetapi masa kini dan depan yang seharusnya ditatap lebih dalam.

Sore nanti aku harus kembali ke Semarang. Terlalu lama diluar kota akan menjadi pertanyaan bagi kedua orang tuaku. Lagipula, jarak Semarang-Solo bisa ditempuh satu sampai dua jam saja. Aku bisa mengendarai Iben alias mobil putih kesayanganku sendiri juga. Entah selepas kelas siang selesai atau ketika aku libur. Ini menyenangkan, pastinya akan menyenangkan. Aku tidak sabar untuk melakukan itu. Mulai semester depan juga beberapa hari dalam seminggu akan menginap di apartemen dekat kampus, tempat tinggal salah satu teman terdekatku. Jesi namanya, kami beberapa kali berada di kelas dan kelompok yang sama. Cukup unik dan lucu, sekarang hubungan lebih dekat dan aku memutuskan untuk sesekali menginap disana. Jesi menawariku, karena mengerti jarak antara rumah dan kampus bisa ditampung setengah jam jadi daripada terlalu malam aku bisa bermalam disana. Perihal ini juga, jarak antara apartemen dan tol juga sangat dekat apalagi cabang Shuttle Bus yang sering kugunakan.

Karuna dan BharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang