Chapter 19

47 3 5
                                    


I can't forget, the way it felt, when you walked out the door

So I don't wanna love you anymore

Lany - I Don't Wanna Love You Anymore

Lany - I Don't Wanna Love You Anymore

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Dalam keheningan ini aku bertanya

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Dalam keheningan ini aku bertanya. Mencari makna dari sebuah tanya yang tidak pernah bisa ku ucapkan sebelumnya. Dari yang tidak berani hingga entah dorongan apa yang membuatku melakukan ini. Setelah pesan yang dikirimkan kepada Mas Bhara. Balasan dari pesan yang kukirimkan merubah keadaan kami berdua. Penjelasan yang tidak kusangka keluar darinya. Tapi ragu melingkupi duniaku. Seseorang sepertinya, seseorang sepertiku. Penjelasan demi penjelasan yang dibutuhkan, hanya akan seputar itu. Sejak awal seharusnya aku tahu, jatuh cinta tiba-tiba tidak seindah film layar lebar. Perasaan mudah berpaling, entah sebaik apapun awalnya kalau belum tahu lebih lama memang sebaiknya jangan memberi perasaan terlalu dalam. Bahkan yang lama sekalipun kadang bukan jaminan. Harusnya aku tidak mudah jatuh cinta, disaat aku sebenarnya juga tidak tahu arah hubungan yang tepat untuk dijalani pada saat ini. Dia menunjukkan pada dunia sebagai teman saja tidak berani, rasanya menyesakkan sekali. Dan kenyataan bahwa dia tidak peduli tentang cerita darahku yang mengalir dan sakitku siang itu, juga merubah segala pandanganku padanya. Dia memang tidak peduli.

Kembali lagi pada ruangan yang hanya kami berdua. Kini bukan di kedai atau di ruang tunggu stasiun. Kini berada di ruangannya tepat di Solo. Tepat di kotanya yang tidak seberapa jauh dari kotaku. Kali pertama aku mendatanginya lagi setelah aku pergi dengan tangisan malam itu. Tanpa kusangka, malam-malam setelahnya mungkin aku yang membuatnya menangis tanpa benar tahu apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan Narhu. Kami sama-sama menoreh luka masing-masing. Meski menurutku, tidak ada yang salah diantara kami. Tidak ada jalinan hubungan yang pasti diantara segitiga ini. Tidak tahu intensi apa yang dimiliki Narhu dan entah apa yang direncanakan Mas Bhara untuk masa depan. Pada akhirnya aku mengawang sendirian.

"Aku nggak bisa kaya gini terus. Lebih baik kita nggak menghubungi satu sama lain seintens itu. Tidak perlu ada jadwal bertemu. Aku merasa itu terkadang menyulitkan, karena aku nggak tahu hubungan ini apa. Aku bingung menaruh diri didalamnya. Selama belum jelas, dan mungkin juga tidak akan pernah jelas. Aku tidak tahu. Lebih baik kita tetap mengatur jarak. Jangan bilang sayang sama aku, jangan bilang kangen sama aku, dan jangan bilang nantinya ada kita. Aku nggak mampu membayangkan itu semua kalau nggak ada kejelasan dari sekarang." Ucapku yang membuatnya terkejut. Matanya untung saja tidak keluar dari tempatnya. Perasaanku jelas tidak baik saja setelah membaca pesannya setelah permintaan maafku menutupi kejadian sebenarnya bersama Narhu hari itu. Sebelum mengirimkan pesan yang kupikirkan hanya tentang hubunganku dengan Mas Bhara. Bayanganku jika ada balasan mengenai hubungan yang jelas aku ingin bilang kepada Narhu bahwa aku tidak mau teralalu dekat dengannya apapun bentuknya, tapi ini akan sulit dilakukan jika aku tidak benar-benar dalam suatu hubungan. Aku tidak mau berbohong, tidak mau menutup pintu terlalu rapat sebelum benar-benar masuk dalam sebuah hubungan yang jelas. Tapi, melihat balasan Mas Bhara, aku jadi makin ragu. Sepertinya tidak akan ada kejelasan lagi.

Karuna dan BharaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ