Chapter 9

27 4 4
                                    

Setelah malam itu berlalu, bayangannya bahkan tidak terlihat lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah malam itu berlalu, bayangannya bahkan tidak terlihat lagi. Pesan singkat hannya yang tersisa. Kemarin pertama kalinya aku benar-benar berkelana sendirian. Semua agenda yang tadinya sudah tersusun rapi terombang-ambing di babat habis dengannya. Perjalanan yang tidak akan pernah kuduga.

"Saya baru saja selesai rapat. Cukup intens tapi semuanya berjalan lancar." ucapnya dalam telepon. Siang bolong penuh dengan kesepian dan rasa jenuh. Tiada dia siang ini, berbeda dari siang kemarin yang tidak pernah lepas dari jarak yang dekat dengannya.

"Syukurlah, Saya baru saja selesai menulis. Mungkin akan diunggah nanti malam."

"Saya tidak sabar untuk membacanya, membahas tentang apa?" tanyanya dengan nada senang penuh penasaran.

Sunggingan kecil muncul dari ujung bibirku, "Tentang yang dekat tapi sulit untuk bersama."

"Seperti kita berdua?" tanyanya dengan nada memelan. Ada orang disana, entah siapa jelas tidak aku tahu.

"Seperti kita." balasku.

Dalam bisikanmu yang merdu, tidak ada yang boleh tahu

Derap langkah kaki itu, nun jauh disana tapi beradu padaku disini

Paduka yang tidak sembarang mata bisa bicara

Mengalungkan bahasanya pada mataku yang mudah peka

Danau hitam pada matamu yang lelah

Dan telingaku yang memerah

Suara pintu mobil tertutup terdengar, "Sudah makan?" tanyanya.

"Belum, Sudah makan memangnya?"

"Belum juga. Makan Runa."

Aku hanya mengiyakan, telepon itu tertutup. Hanya beberapa menit semuanya itu berlangsung.

***

Beberapa hal tampaknya sulit untuk diuraikan. Patah hati lalu jatuh hati lagi. Menutup hati lalu membukanya lagi. Bukan perkara mudah terutama bagi manusia yang punya segudang memori hitam tentang pengabaian dan ditinggalkan. Mungkin mereka yang tidak paham hanya akan mengatakan bahwa masalah itu tidak ada artinya dibandingkan perkara lain yang lebih jauh spesifik bahkan sampai ke fisik. Tapi, bukan pula artinya dapat disepelekan dan dianggap tidak ada. Luka batin yang menetap pada jiwa seseorang dapat berubah menjadi luka batin dan fisik terhadap orang lain, parahnya dirinya mampu membunuh dirinya sendiri bila secara tiba-tiba keinginan itu muncul. Naasnya, aku masih berputar pada roda yang tidak berkesudahan itu. Gadis kecil penuh kehampaan terkekang dalam tubuh yang beranjak dewasa. Anak laki-laki itu masih sering muncul dalam mimpinya, membuat menangis karena celotehannya yang menurunkan kepercayaan dirinya dan sosok pria dewasa yang meninggalkannya membuatnya makin merasa tidak berharga. Gadis itu menyukai, tidak membenci seorang pria. Hanya saja temboknya terlalu tinggi dan sulit ditepis, terkadang hatinya bagaikan mati. Tidak berperasaan, lain hari menangis menyesal tidak membalas perasaan. Mungkin tidak ada yang pernah bersedia untuk mengerti, barangkali adapun ragunya selalu mengikuti. Tiap malam ia hampir selalu menangis, tiap sebulan sekali dirinya terjatuh pada lubang depresi, dan lain hari seolah bahagia meliputi lalu hilang lagi. Siklus yang memusingkan, minta tolong juga tidak ada yang dengar. Bagai tenggelam kolam berkaca satu arah, teriak pada orang yang tidak akan mungkin bisa melihatnya.

Karuna dan BharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang