Malam yang temaram, gemerlap lampu jalan dan kendaraan yang berkeliaran. Hamparan yang tidak terlalu luas berhias dua pohon tua yang kuat nan teduh. Tempat indah di tengah ramainya hiruk pikuk kota, dikelilingi bangunan lama penuh sejarah. Kami berdua berada disana. Duduk diatas jaketnya yang dilepas sebagai alas. Langit yang hitam, bintang sedikit malam ini tapi cerahnya terlihat jelas dalam binar matamu yang meneduhkan. Kacamata yang bersandar manja pada hidungmu membuat keinginan bersandar di punggungmu yang tampak nyaman. Dua pasang mata saling beradu pandang ke langit yang jauh, seberapa jauh bisa menatap menembus kesana. Seakan dua insan ini juga bisa menembus tembok selain kata teman atau entah seberapa hubungan yang sebenarnya. Tidak ada nyanyian atau alunan malam ini. Bukan seperti malam sebelumnya, bising radio mobilnya yang memberikan suasana berbeda. Menghapus sedikit canggung pertemuan pertama.
Adakalanya malam itu bila aku tidak ikut denganmu?
Apakah malam ini kita tetap akan bertemu?
Apakah mungkin bila tidak ada malam itu aku bisa dekat denganmu?Bila malam itu aku berani menolak, apakah lakumu akan sama kepadaku?
Berapa banyak tanda tanya yang sudah kuberi kepadamu, aku juga tidak akan tahu berapa banyak nanti jelasnya
Semalam rasa kantuk tidak kunjung muncul, tidak sabar menanti waktu bertemu
Pertemuan yang kusengaja tidak ada yang membuahkan hasil, siang itu aku berputar dalam labirin singgasanamu
Pertemuan yang tidak kusengaja malah kau menghampiri diriku yang sendiri di pucuk bangunan tua berbentuk yang tidak biasa
Semua yang tidak dapat aku jelaskan, dan nampaknya kejelasan perlu dibedah satu-persatu
Kamu menunggu, aku menunggu
Meski kita tidak tahu apa yang sebenarnya sedang ditunggu
Biar waktu yang menjawab, biar semua tanda arah bekerja dan kita tahu kemana harus melangkah
"Kamu tahu dua pohon besar itu? beringin tua yang besar. Serupa tapi tak sama. Hidup beriringan satu sama lain. Tidak sembarang ada yang berhasil melewatinya. Bila berhasil katanya apapun harapannya bisa terwujud. Bulannya juga indah bukan?" ucapnya kala kami berdua duduk menghadap lurus ke arah pohon itu, beralaskan jaketnya.
YOU ARE READING
Karuna dan Bhara
RomanceHubungan dan perasaan dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Bagai kereta dan peron-peron, stasiun ke stasiun lainnya. Sama halnya dengan kereta, setiap masa ada pemberhentiannya. Entah untuk yang terakhir atau untuk melaju lagi. Meski, terkadang laju...