Chapter 14

37 5 12
                                    

And it took you five whole minutes
To pack us up and leave me with it
Holdin' all this love out here in the hall


I think I've seen this film before
And I didn't like the ending
You're not my homeland anymore
So what am I defending now?
You were my town
Now I'm in exile, seein' you out
I think I've seen this film before

Taylor Swift ft. Bon Iver - Exile

***

 Pikirku malam ini hanya akan berdebar saat dirinya menatapku dari kejauhan, atau saudara dan keluarganya yang lain menatap diriku. Ternyata tidak, perasaan ini berdebar oleh kejutan yang diciptakan entah oleh siapa. Malam ini sungguhan, undangan bukan hanya pada diriku saja. Ada perempuan itu, perempuan yang pernah menempati hatinya. Mataku yang sedari tadi menatap kesana kemari, menyisir segala pergerakan yang diciptakannya. Melihat lelaki itu yang sibuk menatap ke arahku beberapa kali sekian menit yang lalu, mungkin karena kejutan yang mengagetkan ini.

"Selamat malam," tanya perempuan itu dengan tutur kata yang halus pada Mbak Sasi.

Ada raut yang berbeda. Bukan dendam atau ketidaksukaan, wajah yang tidak menampakkan ekspresi apapun selain kaget.

"Malam juga, Kalia." jawab Mbak Sasi.

Aku hanya bisa tersenyum canggung, dirinya juga mungkin belum tahu diriku siapa. Lagipula diperkenalkan juga tidak ada gunanya. Memang diri ini bukan siapa-siapa, apalagi miliknya. Kecanggungan ini semakin merebak, setelah Kak Rani menggandeng tanganku. Tanpa kuketahui apa maksud dan tujuannya.

"Ini teman dekatku, Runa." seribu dewa membantu, Kak Rani mungkin memang perantaranya.

"Karuna, salam kenal." ucapku memberikan tanganku bermaksud menjabat tangannya. Mas Bhara hadir membawa suhu yang semakin mendingin.

"Kalia, salam kenal juga." jawabnya sambil membalas jabatan tanganku.

"Kalian nggak mau makan malam?" tanya Mas Bhara memecah kecanggungan.

Kami hanya menatapnya, Mbak Sasi bahkan tanpa disadari oleh Kalia memicingkan matanya ke perempuan tersebut bermaksud memberikan kode kepada Mas Bhara, mengapa perempuan ini berada disini. Aku hanya bisa terdiam di dalam balutan lengan Kak Rani.

"Mungkin Kalia mau makan dulu? kebetulan kami bertiga sudah makan. Oh ya, Bhara bisa kita ke samping sebentar? tadi dicari sama teman Mbak yang dari Jakarta." ucap Mbak Sasi.

Karuna dan BharaOnde histórias criam vida. Descubra agora