#16

2.4K 248 83
                                    

"Aku akan membeli minuman penghilang pengar"

Leo mengangguk, mengamati sing dengan T-shirt hitamnya keluar dari kamar.

Leo menghembuskan nafas berat. Memandang zayyan dari kasurnya. Lelaki itu terlelap. Pulas.

Leo sedikit lega, tak ada member yang datang hingga saat ini. Semuanya memilih istirahat di kamar masing-masing.

Awalnya ia khawatir, mengingat gyumin dan davin sangat sering berkunjung ke kamar mereka. Tapi untung saja dua member itu sedang pulang ke rumah masing-masing dan akan kembali besok, pagi dini hari.

Leo tersenyum melihat zayyan, dengan wajah innocent bercampur pengar nya.

Ia tak akan memaafkan ke-teledorannya yang membuat zayyan mabuk. Tapi ia tak berniat untuk memberitahu zayyan besok, atau secepatnya. Ia akan memberitahu zayyan tentang hal itu dengan waktu yang sedikit lebih lama. Jika ia sudah punya keberanian.

Kata sing, biarkan saja itu menjadi rahasia mereka berdua, untuk saat ini.



.




.




.




Sing kembali dengan sekantong minuman penghilang pengar dan beberapa jenis cemilan di tangannya. Ia meletakkan kantong itu di nakas.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Leo sudah terlelap dengan eyerphone di telinganya. Melihat itu, sing pelan-pelan mengambil eyerphone Leo_takut membuat anak itu bangun_dan meletakkannya di nakas, di samping kantung plastik belanjaannya.

Sing duduk di sofa. Memainkan ponselnya disana. Ia tak mengantuk. Dan Ia tak berniat untuk tidur, sampai zayyan terbangun dan ia harus memberi lelaki itu minuman penghilang pengar atau zayyan akan merasakan kepalanya berputar-putar. Dan hal itu akan membuat zayyan curiga. Atau mungkin tidak? Entahlah, sing hanya berinisiatif.

Zayyan terbatuk.

Sing lantas menoleh, mendapati zayyan yang mengganti posisi tidurnya agar lebih nyaman, sembari mengeluh dalam tidurnya.

"Sing sialan~"

Sing menautkan alisnya. Siapa yang sialan?

Sing pikir zayyan hanya akan meracau sebentar saja. Tapi sepertinya tidak, ketika melihat zayyan terus mengubah posisinya, berguling dan berguling lagi, sing jadi khawatir dan bangkit dari sofa, kemudian duduk di tepi kasur zayyan.

Sepertinya alkoholnya masih bekerja, pikir sing, memandang wajah zayyan yang cukup berbeda malam itu.

Ya, sing sering melihat zayyan ketika tidur. Zayyan sering tertidur lebih dulu darinya. Hal itu suatu waktu menjadi pemandangan sing untuk pengantar tidurnya. Ya, baginya, wajah zayyan ketika terlelap adalah bagian dari pemandangan indah.

Dan saat ini, duduk di tepi ranjang, di samping zayyan, melihat lelaki itu khidmat_sing jadi lupa kalau ia harus menghadapi hari yang mendebarkan esok.

Yang ia tahu, adalah bagaimana wajah itu seakan menantangnya untuk di kecup.

Zayyan bergerak lagi.

Mengubah posisinya menghadap samping. Menghadap sing yang duduk di tepi ranjang.

"Sing...." Gumamnya lembut melalui alam bawah sadarnya.

"Mianhe... " Imbuhnya, Dengan suara merdu yang sendu. Bak kaktus parodia yang tumbuh di padang pasir yang luas.

Indah, namun menyedihkan.

Sing terpukau. Zayyan sudah menyebut namanya beberapa kali dalam mabuknya.

"jayan-ah"|| XodiacWhere stories live. Discover now