#24

2.3K 223 202
                                    

"jayan ah... Aku menyukaimu"






Pertama, Zayyan punya seribu alasan untuk kesal. Kedua, ia juga punya seribu satu alasan untuk menahan rasa kesalnya. Jadi, diam dengan mimik tajam adalah hal yang paling tepat untuk di utarakan.

Zayyan hanya diam menilik sosok di depannya dengan tampang tanpa rasa bersalahnya itu, yang tertawa merespon cerita panjang lebarnya. Zayyan menghembus, bersamaan dengan kalimat 'aku menyukaimu' yang merngiang-ngiang di kepalanya. Mengitari pikirannya bagai kupu-kupu.



"Ayolah, ricky... aku tidak bercanda... Dia benar-benar mengatakan itu" Ungkap zayyan frustasi pada sobat_yang ia sebut teman seperjuangan_nya itu.

Ricky, sosok tinggi dengan bahu lebar, tampan tapi tak begitu menawan_kata zayyan yang pernah meroastingnya_itu lanjut tertawa meremehkan. Ia menggeleng-geleng kan kepalanya, berlagak seperti kesper cinta. Jika Ricky bukanlah sobat seperjuangannya sekaligus teman curhatnya, yang tahu tentang semua ceritanya, zayyan sudah mencak-mencak dan pergi saat itu juga.

"Zayyan, dia hanya mengatakan 'aku menyukaimu' satu kali. Itu tak lebih dari rasa suka ke seorang teman. Walaupun aku tak begitu dekat dengannya, aku tahu dia cukup gamblang untuk mengutarakan rasa sukanya terhadap orang-orang di sekitarnya"

"Tapi dia mengecup leherku"

"Dia mabuk"

"Ya, tapi dia melihatku dan mengingat kejadian itu"

"Hmm... Begitu ya" Ricky menyesap sisa minuman kaleng nya. Dan membuangnya dengan sedikit lemparan pada tempat sampah yang tak jauh di dekatnya.

"Dan dia punya pacar"

Zayyan mengangguk "ya"

Ricky bergeming paham, menyaksikan orang-orang yang lalu lalang di depannya, menerawang pada jalan besar yang di lalui mobil dengan kecepatan sedang.





Ricky itu adalah teman curhat yang pas. Selain bisa menjaga rahasia... tanggapan, respon dan reaksi yang Ricky utarakan tiap zayyan bercerita selalu membuat nya antusias.



Ricky berdecih saat sebuah lagu yang diputar dari kafe di dekat sana terdengar "aku sudah mendengar lagu ini berkali-kali sampai aku bosan". Ia bukannya mencela. Hanya saja, fakta bahwa lagu 3D dari Jungkook BTS terus di putar di setiap tempat dan waralaba, membuat otaknya kental terhadap lagu itu.

Sebaliknya, zayyan justru menikmati lagu tersebut dan itu bisa dilihat dari gerakan kepalanya yang menari mengikuti irama.

Kedua lelaki itu berdiri di sisi bulevar, menikmati waktu-waktu terakhir kebersamaan mereka setelah seharian panjang menghabiskan waktu bersama mengisi hari ke dua liburan Chuseok.

Tak ada yang lebih nikmat dari sore di musim gugur dengan segenggam cone ice cream coklat vanilla yang zayyan cicip sedikit demi sedikit. Angin hilir yang memisahkan tungkai dan daunnya yang sepuh. Pohon dengan beragam warna yang menyalakan kota. Diiringi lagu-lagu KPop yang sedang trend.



"Suatu saat, lagu xodiac akan menjadi lagu utama di kafe kafe dan mall besar. Aku bertaruh"

Ricky tertawa hingga matanya menyipit. Zayyan merasa tersindir dan menampakkan ekspresi seperti, kenapa kamu tertawa seperti itu?

"Aku suka sikap optimis mu. Yah... Aku juga yakin xodiac akan terkenal seperti BTS Sunbae Nim suatu saat nanti. Kalian semua hebat dan sangat berbakat"

Walaupun kalimat itu adalah kalimat panjang dengan unsur dukungan yang positif, zayyan tetap curiga.

"Kata-katamu sangat tidak sinkron dengan wajah jenaka itu. Kenapa? Kau mengolok ku ya?"

Ricky menggeleng-geleng dengan sisa tawanya. "Tidak... Hanya saja, sangat lucu ketika mengatakan hal serius seperti itu dengan ice cream yang menempel di hidungmu"

"jayan-ah"|| XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang