#19

2.7K 276 282
                                    

"Sing, aku masih mencintaimu. Kuharap kau merasakan hal yang sama" Tutur gadis itu, di tengah hari bulan agustus. Di musim panas yang cerah.

Sinar matahari menerangi ruangan, mengintip dari celah-celah jendela. Membias melewati kaca warna warni yang menghiasi gereja.

Ditemani suara gemercik jangkrik musim panas.

Sing menghela. Menatap patung yang di pampang di atas sana. Memainkan jari jemarinya.


"Aku... " Ucapnya ragu.


Gadis itu menunggu jawaban. Tetap sabar.

"Kurasa terlalu cepat untuk membuat keputusan sekarang. Kita baru saja bertemu setelah sekian lama"

Gadis itu tersenyum kecil. Setelah menghabiskan beberapa waktu yang cukup lama, bercerita tentang masa lalu sambil duduk berdampingan, diaungi secercah harapan bahwa sing akan menggubris pengakuan cintanya yang tiba-tiba_gadis itu sedikit kecewa. Namun ia tak serta merta menyerah.

"Untuk saat ini kita berteman saja" Imbuh sing.

Gadis itu mengangguk.

Sing berdiri, meninggalkan rasa tak nyaman yang sejak tadi menggelayutinya.

"Ayo, zayyan sudah menunggu terlalu lama" Lanjutnya.

Ya, Zayyan menunggunya. Dan itulah alasan kenapa ia harus bergegas.

"Sing" Panggil gadis itu.

Sing berbalik dan mendapati gadis itu sudah berdiri di belakanganya, mengikuti langkahnya.

Mereka berhadapan. Diantara bangku panjang yang berbaris menghadap Tuhan mereka. Berdiri di tengah-tengah gereja yang megah.

Gadis itu tersenyum tipis. Memancarkan kecantikannya yang supel. Latar podium gereja dengan ke-aestetikan-nya yang khas membuat gadis itu terlihat seperti dewi.

"Boleh aku minta satu hal?"

Sing diam. Ia paham. Satu hal itu pasti bukan hal yang mudah.

Sing mengangguk. Apapun itu.

Gadis itu menarik napas.







"Cium aku"

Singkat. Padat. Dan jelas.

Tapi sing butuh pengulangan kata. Ia tak yakin dengan apa yang ia dengar.





"Kenapa?" Pertanyaan itu keluar dari mulut sing. Seolah-olah ia adalah pria bodoh dalam masalah percintaan.

Ia hanya tak suka terburu-buru.

"Kau harus tahu. Apakah jantungmu masih berdebar saat menciumku? Seperti saat itu"

Sing termangu. Bingung.

Ia tak ada niat melakukan itu sejak awal. Tapi mendengar gadis itu berkata begitu, Ia jadi berpikir rasional.

Ciuman mungkin bisa memperjelas perasaannya yang masih kelabu.

Sing melangkah maju. Mendekati gadis itu.

Gadis itu berdiri tegap saat tahu sing akan melakukannya. Tangannya mencengkram tali tas selempang nya. Merasakan jantungnya yang berdetak cepat, masih sama seperti dua tahun yang lalu.

Sing tak serta merta mencium gadis itu seperti pria hidung belang.

Ia melakukan tahap awal dengan baik_membelai rambut indah itu, menyelampirkannya ke belakangan telinga gadis itu, lalu tangannya merogoh masuk, memegang tengkuk gadis itu, menariknya mendekat, perlahan-lahan.

"jayan-ah"|| XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang