#30

2.5K 196 195
                                    


Senyuman sing melebihi indahnya bulan. Bersinar diantara bintang-bintang. Lubang di pipinya menghantarkan sinyal merah muda pada adrenalin tiap manusia yang melihatnya. Menyinari malam bak lampu-lampu jalan. Walaupun topi bucket menutupi setengah wajahnya, ketampanannya tak pudar.

Zayyan terpesona. Bahkan sebelum ia tahu bahwa sing kembali memakai kalung salibnya.

"Ayo"

Sing berjalan. Zayyan mengangguk sembari mengikuti langkahnya.

"Akhirnyaaa... Date yang kutunggu-tunggu..."

"Sudah kubilang ini hanya challenge!"


"Siapa peduli. Bagiku ini tetaplah date"

"Terserahmu deh..."

Mereka berjalan beriringan. Melewati lampu sorot dan taman kecil berdaun empat Semanggi. Sing mempaotkan bibirnya setelah menelisik outfit zayyan.

"Kau jahat sekali. Hanya aku yang memakai kalungnya? Bukankah hubungan kita spesial?"

Zayyan mengerling, "sejak kapan kalung itu menjadi signal seperti itu? Lagipula, kata spesial itu terlalu berlebihan"

Andai itu bukan zayyan yang terlalu menganggap remeh perasaannya, sing sudah pasti membatalkan challenge sepihak itu. "Kalau kau bersikeras tak akan memakainya lagi, maka kalung ini akan kuberikan ke may leen"

Zayyan memberengut. Ia baru saja terpanah dengan ketampanan sing dan outfit yang lelaki itu kenakan untuk challenge tukar baju, kenapa sekarang ia jadi kesal? Di momen seperti ini, zayyan justru menginginkan sing menjadi dirinya yang dewasa dan melankolis_yah, walaupun sisi sing yang itu mampu membuat hatinya sakit sih... Tapi setidaknya, ia tak membawa nama may leen detik ini.

"Kenapa kau hanya memakai Hoodie?" Tanya sing saat mereka menaiki bus kota.

"Memangnya kenapa?"

"Malam ini sangat dingin. Padahal aku sudah memakai berdobel-dobel pakaian karena takut kau akan kedinginan saat tukar baju nanti. Tapi kau hanya memakai Hoodie, kau tidak khawatir padaku ya?"

Zayyan bersedekap. Ia tak memikirkannya sampai sejauh itu. Tapi benar kata sing. Malam ini sangat dingin.

"Aku pakai t-sirt. Tapi tak mungkin kita tukar baju sampai dalam-dalamnya kan..."

"Tentu saja harus!"

"Tapi kan..."

"Kenapa? Kau malu kita bertukar baju di satu ruangan yang sama?"

"Tidak! Kenapa harus malu?"

Sing meliriknya sekilas. Tersenyum saat wajah merah zayyan terpantul oleh kaca jendela di sampingnya.

"Pikiranmu kotor sekali" kekeh sing.

Zayyan melotot. "A...apa sih? Aku gak mikir apa-apa", ucapnya sambil membuang muka, menatap jalan, dan menimbun pikiran-pikiran absurd nya yang akhir-akhir ini selalu mengiang di kepalanya.


.




"Sing... Cepat!!"



"Sabar... Aku kesulitan"



Pintu toilet itu terbuka. Menampakkan tubuh atletis sing dengan wajah dan rambut berantakannya.

"Sini" tukasnya seraya menyodorkan tangan ke arah zayyan.

"Kau ingin aku melepasnya disini?"

"Kenapa? Gak ada orang tuh... Lagipula ini toilet pria"

Zayyan menggeleng. Bukan itu masalahnya. Tapi, bukankah itu terlihat aneh saat melihat orang asing, berada di toilet umum, tak memakai baju...

"jayan-ah"|| XodiacWhere stories live. Discover now