Chapter 2

29 4 0
                                    

"Nah, kalo itu gak tau dah. Ntar aja lanjut bahasnya, mau nyelesain makan dulu gua." Ucap Lova.

"Yaudah, gue juga. Sebetar lagi be-"

*Kriinngg*

Perkataan Nata terputus saat bunyi bel terdengar menggelegar di cafeteria.

"Nah iya bener, udah bel. Ayo cepetan, Nat!"

"Iye-iyee," ucap Nata sambil merapikan tempat bekal miliknya.

"Kok kerasa cepet banget deh belnya?" Ujar Shireen dengan kerutan di keningnya.

"Iya, perasaan cepet banget." Ujar Nessa.

"Buset dah, bel aja diributin. Ayo jalannya cepet, nanti dimarahin Mister Lee lagi kalo telat." Ucap Lova.

"Eh, kalian duluan aja ke kelas, gue mau ke toiler sebentar. Lova, gue nitip tempat bekal ya. Tolong taro di laci meja gue."

Ujar Nata seraya memberikan tempat bekal miliknya kepada Lova.

"Oke, Nat. Cepetan ya! Jangan lama-lama di toilet, ntar dimarahin Mister Lee lu!" Ucap Lova sambil berjalan menuju kelas.

"Iya, Lov!" Balas Nata lalu juga berjalan menuju toilet di lantai dua.

Sesampainya di toilet, Nata hanya berdiri di depan kaca wastafel seraya membenarkan rambut nya yang sedikit kusut.

Setelah selesai merapihkan rambutnya, Nata ingin segera bergegas pergi ke kelas. Namun tiba-tiba langkah Nata berhenti depan pintu ruangan kepala sekolah.

"Dengar ya, Robert. Rahasia saya harus anda jaga, jangan sampai rahasia saya bocor dan didengar guru-guru apalagi murid-murid di sini, paham??" Ucap Alex yang nampaknya sedang berbicara dengan Robert.

Pintu ruangan yang sedikit terbuka membuat Nata penasaran dan membuatnya memberanikan diri untuk melihat ke dalam ruangan tersebut.

"HAH??"

Nata terkejut dengan apa yang dilihat olehnya. Suatu hal yang tidak pernah terlintas di pikirannya.

Alex sedang berdiri, menggenggam sebuah pisau. Dan pria itu menodongkan benda tajam tersebut kepada orang yang merupakan sepupunya, yaitu Robert.

MISTER ALEX NODONGIN PISAU KE MISTER ROBERT?? Ucap Nata dalam hati.

"P-paham, Alex."

Nata dapat melihat ekspresi wajah Robert yang nampak ketakutan dari celah pintu.

Cewek itu berdiri di dekat lemari piala yang tidak tertutupi pintu kaca. Secara tidak sadar, tangan kanannya menyenggol salah satu piala yang membuat suara gaduh dari arah piala tersebut jatuh.

Refleks, Robert dan Alex pun menoleh ke arah pintu yang tidak tertutup rapat itu.
"SIAPA ITU??" Ucap Alex dengan lantang ke arah pintu.

"Aduh, make jatoh segala! Gue perlu ngumpet di mana ini??" Ujar Nata dengan panik kepada dirinya sendiri.

Alex berjalan ke arah pintu, ia berniat membuka pintu tersebut untuk melihat siapa yang menguping pembicaraannya dengan Robert.

*Miaww*

Belum sempat Alex membuka pintu, seekor kucing datang dari pintu tersebut.

Alex menghela nafasnya. Perasaannya menjadi lega karena berpikir tidak ada yang mendengar pembicaraannya dengan Robert.

"Ya ampun! Syukur lah, cuma kucing."
Ujar Alex kemudian menutup pintu itu dengan rapat.

"Ya Tuhan! Untungg aja gak ketauan!" Ucap Nata yang juga menghela nafasnya lega.

Cewek itu sedang bersembunyi tepat di samping lemari piala.

"Gue harus balik kelas cepet-cepet. Mister Lee pasti udah sampe di kelas."

Tok, tok, tok

Nata mengetuk pintu kelas dengan nafas yang masih terengah-engah karena sehabis berlari tergesa-gesa menuruni tangga.

"Permisi, Sir. Maaf telat masuk kelas."

Ucap Nata dengan senyuman yang terukir di wajahnya seraya menjulurkan tangan kanannya kepada Mister Lee.

"Ya, nggak apa-apa. Silakan duduk." Ujar Mister Lee yang juga menyambut tangan Nata dengan tangan kanannya.

"Terima kasih, Sir." Ucap Nata.

"Oke anak-anak, karena semuanya sudah di sini, kita langsung belajar tentang bab matematika sebelumnya, ya. Siapa tahu di antara dari kalian ada yang sudah lupa." Ucap Mister Lee sambil mengarahkan spidolnya ke papan tulis.

"Yah elah! Baru masuk kok langsung belajar sih, Sir?" Ucap Arkan, salah satu siswa dari kelas VIII.4.

"Loh, terus maunya apa?"

"Ya jamkos lah, make nanya lagi Mister Lee." Balas Lana. Cewek itu sedang menggambar di sketchbook miliknya. Pandangannya masih terarah ke buku tersebut.

"Enggak, tidak akan pernah ada jamkos di pelajaran Mister. Iolana, simpan dulu buku gambarnya, ya." Ucap Mister Lee.

"Oke, sambil Mister jelaskan, kalian buka buku halaman 103 ya." Ujarnya.

Lana menaruh buku gambar miliknya ke dalam tas kemudian mengeluarkan buku matematika dari dalam tasnya.

Itu beneran gak sih apa yang gue liat? Mr. Alex ngancem Mr. Robert sambil nodongin pisau? Ucap Nata dalam hati dengan banyak pertanyaan yang mulai muncul di kepalanya.

Pikiran Nata tidak fokus sepanjang pelajaran. Ia masih tidak dapat mencerna apa yang baru saja ia lihat di ruangan kepala sekolah.

"Oke, sudah paham semuanya? Apa ada pertanyaan tentang materi ini?" Tanya Mister Lee sambil menutup spidol yang tadi ia pakai untuk menulis di papan tulis.

"Gak ada, Sir." Ucap Rexa.

"Ya sudah. Kalo tidak ada pertanyaaan, sekarang Mister yang mau nanya. Kira-kira ke siapa ya?" Ucap Mister Lee seraya memandang ke seluruh murid di kelas VIII.4.

Matanya pun terhenti tepat di meja Nata yang sedang melamun. "Nata, sini."

"Hah? Kok saya?" Ucap Nata saat mendengar namanya disebut oleh guru matematikanya itu.

"Iya, kamu. Siapa lagi orang di sini yang namanya Nata selain kamu? Ayo maju ke depan, cuma satu nomor aja kok."

Nata bangun dari duduknya dengan menghela nafas.

"Iya, Sir." Nata maju ke depan kelas, melihat pertanyaan di papan tulis yang sama sekali tidak ia mengerti.

"Aduh, jawabannya apaan lagi ini?" Ucapnya dalam hati.

"Ah, udah lah jawabnya lima puluh aja."

Nata menulis angka 50 di papan tulis menggunakan spidol tersebut kemudian memberikannya kembali kepada Mister Lee.

"Ini, Sir. Udah selesai."

"Oke, silakan duduk kembali."

Mister Lee memerhatikan tulisan Nata di papan tulis dengan seksama. Ia mengernyitkan dahinya saat melihat jawaban yang diperoleh Nata.

"Loh? Kok lima puluh? Natasha Carolina, dari mana kamu dapet lima puluh ini?"

"Hehe, maaf, Mister Lee. Sebenernya saya masih gak paham." Ujarnya dengan senyuman kecil yang terukir di wajahnya.

"Hadehh, Nata, Nata. Ya sudah, kali ini semuanya perhatikan Mister biar paham caranya, ya?"

"Okey, Sir." Balas semuanya serentak.

Mister Lee pun kemudian menuliskan ulang materi pelajarannya di papan tulis dan kembali menjelaskannya ke siswa-siswi kelas VIII.4.

Kali ini, Nata mencoba fokus memerhatikan Mister Lee. Walaupun masih ada secercah pikiran di otaknya tentang apa yang baru saja ia lihat di ruang kepala sekolah.

Apa nanti gue ceritain aja ya tentang yang tadi ke temen-temen? Pikir Nata di kepalanya.

- Bersambung -

Middle School NightmareWhere stories live. Discover now