Chapter 9

27 2 0
                                    

Ponsel pria itu berdering dari dalam saku. Ia merogoh saku celananya dan mendapati panggilan telepon dari seseorang.

Di layar ponselnya, tertera nama Batara di sana.

"Shit. It's Batara."

Ia mengangkat panggilan itu, dan meletakkan ponsel tersebut ke telinganya.

"Gimana? Beres?" Tanya seorang pria dari telepon.

"I'm sorry, bro. Mission failed."

Sesaat setelah ia mengatakan itu, dari ponselnya terdengar suara pria itu memukul sebuah meja yang ada di dekatnya.

"What the fuck you mean failed?? Ah, gak berguna lo, Ga! Kenapa bisa gagal?"

"Gue bener-bener minta maaf. Tapi kalo pun gue lanjutin, itu udah pasti ketauan, Bat."

"Ketauan apa sih?"

"Rumah target kita, di depannya ada rumah yang pintunya kebuka lebar banget. Gue yakin mereka tadi ngeliat gue lagi bawa benda tajam. Soalnya mereka langsung panik dan nutup pintunya."

"Bodoh! Sampai kapan lo bakalan ceroboh gini, Ga? Masalah ginian aja gak beres! Tai! Lo emang gak bisa diandelin!"

Ia mengepal tangannya dengan sangat kencang, sampai-sampai ia dapat merasakan kuku-kukunya menusuk daging telapak tangannya.

"Ini kan masalah lo, Bat! Dan kalo lo inget, gue udah bantuin lo banyak. Gue udah berhasil bantuin lo buat ngehabisin si tua renta itu, suaminya mantan lo, Erick, bahkan Lio. Banyak yang udah gue lakuin buat lo. Kita masih bisa susun plan B tentang ini."

"Fuck. Gara-gara lo kita harus bikin plan B? Plan A udah kesusun rapih banget, anjing! Just another step and we're done, but we failed all of this because of you!"

Ia menajamkan tatapan matanya. Menatap ke langit malam yang dipenuhi bintang-bintang serta bulan sabit yang menghiasinya.

"I'm really sorry, Batara. Tapi harusnya lo tau gimana resikonya kalo gue sampe ketauan. Lain kali, lakuin aja semuanya sendiri kalo gak mau gagal."

"Emangnya siapa sih orang-orang yang ngeliat lo? Sampe lo takut banget kena resikonya,"

"Gua gak tau mereka siapa. Kayaknya mereka anak-anak yang baru pulang sekolah. Ada tiga orang cewek. Satu pake kacamata, duanya lagi gak pake kacamata tapi salah satu dari mereka pake pashmina navy blue."

Pria itu menghela nafasnya, "Ya ampun, anak sekolah doang lo takut! Mereka pake seragam apa emangnya?"

"Seragamnya? Ya, yang gue liat sih tadi kayak kemeja putih, terus mereka pake vest warna biru muda sama rok navy blue gitu."

Pukulan di meja kembali terdengar dari tempat pria di telpon itu berada.

"AH! SIAL!!"

"Hah?? Kenapa, Bat?"

"THAT IS THE UNIFORMS THAT RAVEN'S STUDENTS WEAR ON THURSDAY, GA!"

Netranya melebar. Ia tidak tahu harus mengatakan apa di tengah kemarahan pria itu.

"Tunggu, jadi itu anak-anak Raven?? Bat, sorry. Gue-"

"DIEM! Jangan ngomong sama gue sampai lo nemuin siapa anak-anak itu!"

***

Lova's POV:

Lova's POV:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Middle School NightmareWhere stories live. Discover now