Chapter 8

10 2 0
                                    

"Ohh, berarti tugas gue cuma sampe situ aja kan, Rex?"

"Yoi, Ren. Udah, tugas lu mah simple. Rada cepetin dikit jalannya, kasian yang cewek-cewek pada nunggu. Mama gue lagi pergi soalnya, mereka cuma bertiga doang di rumah."

Drttt..Drttt...

Ponsel Rexa berbunyi dari dalam saku. Cowok itu merogoh saku celananya, ia melihat nama Flora tertera di layar ponselnya.

"Eh bentar, Ren. Flora nelpon," ujar Rexa kemudian segera mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, Flo? Kenapa?"

"Rexaa, lu di mana?? Cepet pulang! Kita takut, Rex."

Rexa mengernyitkan dahinya. Apalagi, dari latar suara telepon Flora terdengar suara Lova dan Nata yang sedang berbicara seraya mengatur nafas mereka yang tidak teratur.

"Loh? Lu kenapa? Takut apa?? Kalian gak kenapa-napa kan?"

"Rex, itu siapa orang yang di depan rumah lu, gila??" Ujar Lova kepada Rexa yang berada di telepon, membuat Rexa semakin bingung dibuatnya.

"Hah?? Siapa yang di depan rumah gue?"

"Gak usah banyak tanya dulu, cepetan ke sini!"

"Iya-iyaa, gua ke sana sekarang." Ucap Rexa saat Flora memutus panggilan mereka.

"Kenapa mereka??" Tanya Renza.

"Gak tau, Ren. Tapi kita harus cepet ke sana. Tadi gue ada denger Lova bilang ada orang gitu di depan rumah. Gak tau itu siapa, tapi mereka takut katanya."

"Maksudnya? Ada orang di depan rumah lu?"

"Iya. Gak tau ah gua gak ngerti, ayo cepetan ke rumah!"

"Floraa! Lova! Nata! Ini gue sama Renza, tolong buka pintunya!" Ucap Rexa dengan suara cukup lantang sehingga suaranya terdengar ke dalam rumah.

Pintu rumah kemudian terbuka dan menampakkan Nata yang berada di sana.

"AKHIRNYA DATENG JUGA KALIAN!!" Ucap Nata. Perasaannya yang sudah cukup lega saat ia melihat kedua teman laki-lakinya masuk ke dalam rumah itu.

"Kalian semua kenapa?? Masuk dulu yok, ceritain di dalem."

Mereka berlima masuk ke dalam rumah Rexa, kemudian duduk di sofa seraya menenangkan diri mereka masing-masing.

"Kenapa sih? Kalian kenapa? Ada apa??" Tanya Rexa dengan seribu pertanyaan di kepalanya tentang apa yang terjadi kepada mereka bertiga.

"Gini," ujar Lova yang akan memulai pembicaraannya.

"Kenapa?" Tanya Rexa.

"Tadi pas kita lagi di ruang tamu, pintu rumah lu belom ditutup, terus kita ngeliat ada orang yang miripp banget sama lu berdua. Lu berdua kan mirip. Nah, kirain kita itu antara lu atau Renza 'kan. Tapi, lu tau apa?"

"Apa?"

"Tapi itu orang bawa pisau, Rex."

Ucapan Lova membuat Rexa dan Renza melebarkan netranya.

"HAH?? TERUS GIMANA? KALIAN GAK KENAPA-NAPA KAN?? GAK DIAPA-APAIN KAN??" Tanya Rexa panik.

"Untung kita langsung ngunci pintu! Terus orang itu gak ke sini," ujar Flora.

"Kita gak tau orang itu siapa, tapi gue takut banget anjir!" Ujar Nata masih mengatur nafasnya yang tidak teratur karena masih panik.

"Tunggu, dia gak ke sini?? Berarti emang targetnya bukan kalian atau orang yang ada di rumah gua dong?"

"Kayaknya emang bukan, tadi dia berdiri di rumah depan sana," Ucap Nata seraya menunjukan jari telunjuknya ke arah jendela.

"Hah? Yang mana? Coba sini liat,"

Rexa mengajak ketiga temannya itu untuk menuju jendela, meminta mereka menunjukan rumah mana yang dimaksud.

"Ituu!!" Kata ketiga temannya bersamaan seraya menunjuk salah satu rumah di depan rumah Rexa.

Bukan di depan rumah Rexa, lebih tepatnya di depan rumah tetangga depan Rexa.

Netra Rexa melebar, ia tidak mengucapkan apapun. Cowok itu menutup kembali gorden jendelanya dengan perlahan.

Nata, Lova, bahkan Flora pun juga tidak mengetahui apa maksud dari tatapan Rexa, hingga cowok itu bicara.

"Flo, Va, Nat, rumah itu..."

Ketiga cewek itu menaikan alis mereka penasaran.

"Rumahnya Kak Leon."

- Bersambung -

Middle School NightmareWhere stories live. Discover now