Chapter 7

9 2 0
                                    

Karena hari itu hari Kamis, sesuai kesepakatan, Nata, Flora, Lova, dan Renza mengerjakan tugas kelompok di rumah Rexa.

Tante Renia, Mama Rexa menjemput Rexa bersama Nata, Flora, dan Lova terlebih dahulu saat jam pulang sekolah. Sedangkan Renza menyusul jika ia telah selesai mengikuti les.

"Mau mulai sekarang ngerjainnya apa tunggu Renza?" Tanya Rexa kepada ketiga teman perempuannya.

"Mulai aja kali. Lova nulis judul sama materinya setengah, nanti setengahnya lagi baru Renza. Dia nyusul aja." Balas Nata.

"Yaudah. Tolong ambilin kartonnya, gua mau nulis." Ujar Lova.

"Nih, Va. Mau make hand lettering ya?" Kata Flora seraya memberikan gulungan karton berwarna hitam itu ke tangan Lova.

"Yoi," balas Lova, kemudian ia mulai menulis apa saja yang harus ditulis di karton menggunakan brush pen serta pulpen gel putih. Dan pastinya, ciri khas dari tulisan tangan Lova adalah selalu memakai teknik hand lettering.

***

Tak terasa mereka sudah mengerjakan tugas kelompok tersebut sampai jam 5.45 sore, di saat mereka mendengar suara pintu mobil terbuka kemudian tertutup di depan pagar rumah Rexa.

"Assalamualaikum, Rexa!"

Itu adalah suara Renza yang memanggil Rexa dari luar pagar. Rexa membukakan pagar rumahnya kemudian mempersilakan Renza masuk.

"Maaf gue agak telat," ujar Renza.

"Iya gak pa-pa. Ren. Itu tadi kita udah mulai ngerjain. Lova udah nulis materinya setengah, lu tinggal tulis sisanya abis itu selesai deh." Ujar Rexa menjelaskan apa tugas yang harus dikerjakan oleh Renza kepadanya.

Baru sampai langkah mereka berdua ke teras rumah Rexa, terdengar azan maghrib berkumandang yang berasal dari masjid terdekat di komplek perumahan Rexa.

"Eh, azan. Lu mau sholat di masjid deket sini gak, Ren? Flora, Nata, sama Lova lagi gak sholat."

"Yaudah, boleh deh." Ujar Renza seraya meletakkan tasnya di sofa ruang tamu.

Mereka berdua masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil air wudhu kemudian pergi ke masjid yang tak jauh dari rumah Rexa.

"Huft, bosen." Ujar Nata saat membaringkan tubuhnya di sofa sembari menatap layar ponsel dan memakan brownies yang diberikan Tante Renia kepada mereka.

"Ini udah kan ya kerjaan kita? Tinggal si Renza doang 'kan?" Tanya Flora kemudian dibalas dengan anggukan kepala dari kedua temannya yang sedang asyik dengan ponsel mereka masing-masing.

"Loh? Rexa sama Renza bukannya ke masjid? Itu Rexa apa Renza? Kok balik lagi?" Ucap Flora.

Nata dan Lova berhenti memerhatikan ponsel mereka dan ikut melihat apa yang dilihat Flora dari luar gerbang karena keadaan pintu rumah Rexa yang terbuka.

"Lah iya, itu Rexa apa Renza? Mereka berdua mirip dah." Ujar Lova.

"Oh, Rexa itu. Kayaknya lebih tinggi daripada Renza deh." Ujar Nata.

Walaupun karena langit dan pencahayaan yang sudah mulai gelap, apa yang mereka lihat hanyalah bentuk tubuh seorang laki-laki yang menyerupai Rexa ataupun Renza.

Itupun hanya dapat mereka lihat dari dalam rumah. Pagar rumah Rexa juga sedikit menutupi pandangan mereka untuk melihat laki-laki itu lebih jelas.

"Eh, tapi kok dia ngebelakangin rumahnya? Itu beneran Rexa apa bukan dah?" Ucap Lova dengan kerutan di keningnya.

Nata dan Flora mencoba menghiraukannya, sedangkan Lova mencoba memerhatikan bentuk fisik pria itu lebih jelas.

"HAH?? COK!" Ucap Lova dengan netranya yang melebar.

"ITU BUKAN REXA! BUKAN RENZA! ADA PISAU DI TANGANNYA!"

"HAH??" Nata meletakkan ponselnya di meja ruang tamu Rexa dan tangannya refleks menutup pintu rumah tersebut.

"Bego! Make kagak rapet nutupnya!" Lova beranjak dari duduknya untuk berniat menutup pintu serapat mungkin.

Namun, langkahnya sesaat terhenti ketika piring berisi brownies terjatuh sebab ia menyenggolnya.

"ANJIR! KENAPA LO SENGGOL??" Ucap Flora dengan panik karena terlihat pria tidak dikenal itu menolehkan wajahnya ke arah mereka bertiga yang berada di rumah Rexa.

"Sumpah, gak sengaja gua! Tolong benerin itu, gak pecah 'kan?"

Flora menggeleng ke arah temannya sembari membereskan piring berisikan brownies yang tadi terjatuh.

"CEPET KUNCI PINTUNYA, LOV!" Ujar Nata saat matanya tertuju ke pria itu yang juga sedang menatapnya.

"IYA SABAR, GILA!"

Ucapnya seraya mengunci pintu tersebut dua kali agar semakin rapat, kemudian ia kembali duduk di karpet ruang tamu Rexa dengan nafas yang tidak teratur.

"Sumpah, itu siapa dah??" Ucap Lova.

"Gak tau, ege! Tapi ngapain bawa pisau gitu dah??" Balas Flora.

"Duduk manis lo berdua! Gue mau ngecek lewat jendela," ujar Nata.

Cewek itu kemudian berdiri dari sofa dan menggeser gorden rumah Rexa. Ia mencoba melihat ke luar, tepatnya ke arah pria tadi berdiri.

"ANJIR! MASIH ADA ORANGNYA!" Ucap Nata kemudian dengan cepat kembali menutup gorden.

"Flora, gue minta tolong telponin Rexa. Gue takut. Takut kita diapa-apain," ucap Nata.

Flora dengan cepat menekan ikon telepon WhatsApp di room chat-nya dengan Rexa, "Sebentar, Nat."

- Bersambung -

Middle School NightmareWhere stories live. Discover now