Chapter 23

7 1 0
                                    

Mereka semua sudah berada di lapangan, Flora bersama Nata pun menghampiri Kak Bima untuk melapor kepada pembina itu bahwa Flora sudah ditemukan.

“Permisi Kak, ini anggota saya yang tadi sempat hilang. Tadi dia kesasar di hutan. Maaf ya Kak, jadi menunggu lama karena saya sama anggota yang lain juga nyari dia.” Ucap Nata kepada Kak Bima dengan sangat hati-hati.

Mengetahui karakter Bima yang cukup tegas terhadap siswa-siswi yang dibimbingnya, jujur saja Nata sangat takut akan dimarahi oleh pembina itu.

“Iya, gak pa-pa, Nata.” Balas Bima.

Nata menghela nafasnya dengan lega saat mendengar bahwa Bima hanya mengatakan itu dan tidak marah sedikitpun kepadanya maupun Flora.

“Gimana keadaan kamu sekarang? Masih mau ikut jurit malam atau di tenda aja?” Tanya sang pembina itu kepada Flora.

“Saya gak kenapa-napa kok, Kak. Tidak ada yang luka juga, jadi saya tetap mau ikut jurit malam.” Jawab Flora dengan jelas kepadanya.

“Ya sudah kalau begitu. Kita jadikan jurit malamnya jam 01.30 dini hari. Nata, tolong berikan anggota kamu air hangat dulu, kemudian nanti sekitar jam 01:30 kita mulai jurit malam dan tolong berikan info kepada seluruh ketua kelompok mengenai hal tersebut, ya.” Ujar Bima.

“Baik, Kak. Terima kasih.” Balas Nata kepada lelaki itu, lalu ia segera membawa Flora menuju ke tenda untuk beristirahat sejenak sebelum jurit malam dilaksanakan.

***

“Nih minum dulu, Flo. Hangatin badan lo dulu.” Ucap Nata seraya membawa dan kemudian memberikan teh hangat yang tadi ia buat untuk Flora.

“Wih, makasih ya, Nat. Dapet double nih gue minum tehnya, abis minum teh dari Lova juga tadi.” Ucap Flora seraya meminum teh hangat yang Nata buat.

“Flora aja yang dibuatin? Kita enggak, Nat?” Kata Alora ketika melirik ke arah tangan Nata yang hanya membawakan satu cangkir teh hangat untuk Flora.

“Ya kagak lah. Emang kalo gue kasih ke kalian juga, kalian mau? Kalau beneran mau gue tuangin nih di cangkir lo pada,”

“MAUUU!” Ucap keempat siswi VIII.4 itu dengan serentak.

“Yaudah, iyeee! Bentar ya, gue ambilin dulu,” Ujar Nata kemudian mengambil empat cangkir dan menuangkan teh ke dalam masing-masing cangkir tersebut.

“Eh iya, tapi setelah gue pikir-pikir Flo, kok lo bisa sampe nyasar ke hutan gitu? Lo bosen apa gimana dah sampe jalan ke hutan?” Tanya Shireen kepada Flora sembari mengunyah cemilan dari kemasan yang baru ia buka.

Entah kenapa, netra Flora sontak melebar saat Shireen menanyakan hal itu, “H-hah? Ya- ya bisa aja. Soalnya 'kan toiletnya gelap, makanya gue gak liat apa-apa.” Ucap gadis itu dengan tergegap-gegap.

“Ya iya gue tau, tapi masa iya gak keliatan, sih? 'Kan depan toilet ada jalan, terus ada lampu yang terang banget gitu, Flo.” Ucap Shireen dengan kening yang mengerut.

“Yaaa, gak tau deh gue tadi lagi kenapa.” Ucap Flora kemudian meminum kembali teh di cangkirnya.

Dari raut wajahnya, ia sangat terlihat tidak nyaman saat pertanyaan tersebut dilontarkan kepadanya. Lova dan Nata mengernyitkan kening mereka bersamaan karena menyadari hal tersebut.

Kenapa gerak-gerik Flora aneh banget, dah? Apa itu bikin dia trauma karena nyasar sendiri di hutan yang gelap banget, atau ada alesan lain?
Pikir Lova di kepalanya.

Kok Flora jadi aneh gini sih sehabis nyasar dari hutan? Keliatannya dia gak nyaman banget setiap ditanya kenapa bisa nyasar di hutan. Apa gue nanti omongin aja ke Lova, ya?
Ucap Nata dalam hati.

Nata yang sedang menuangkan teh ke dalam cangkir itu pun melirik ke arah Lova yang duduk di depannya. Mereka saling bertatapan satu sama lain, dengan satu pikiran yang sama mengenai teman mereka.

Alora menepuk pipi Shireen dengan pelan, “Ah, lo kayak gatau Flora aja, Shi! Dia mah kalo bosen suka ngadi-ngadi emang,”

“Ya, iya sih. Tapi kok bisa gitu??” Balas Shireen.

“Santai aja apa mukanya. Jangan terlalu serius, bos!” Ucap Alora seraya menaikkan kedua alisnya.

Shireen memutar bola matanya, “Iye-iye!”

“Mana nih yang nuangin teh? Lama bener nuang teh doang, keburu gue tidur!” Alora melirik ke arah Nata, yang di mana gadis itu justru sedang bertukar pikiran secara batin dengan Lova.

“Sabarr, kenapa sih?? Heboh amat lo, nih ambil satu-satu!” Nata menaikkan nada bicaranya seraya memberikan satu-persatu cangkir berisikan teh itu kepada keempat orang temannya.

“Widih, ini dia yang gue tunggu-tunggu! Makasih, Nataa!” Ucap Nessa kepadanya. Nata hanya membalas dengan gumaman seraya memutar bola matanya.

Gadis itu kemudian mengingat bahwa ada sebuah pesan dari Bima untuknya agar ia memberitahukan informasi kepada kelompok-kelompok lain mengenai mulainya jurit malam, yaitu pada pukul 01.30 dini hari.

“Oh iya, gue mau infoin ke kelompok yang lain kalau kita mulai jurit malam sekitar jam 01.30. Sebentar ya, guys.”

“Ohh, okey, Nat. Hati-hati!” Ucap Nessa saat Nata beranjak dari duduknya.

“Nat, jangan lupa bawa senter! Takutnya lo nyasar terus hilang lagi kayak si Flo,” ujar Alora.

“Udah apa, Ra! Dibahas mulu, heran gue. 'Kan guenya udah ketemu.” Ucap Flora dengan sinis menatap ke arah temannya yang sedang memasang raut wajah sok tengil.

“Ya siapa tau gitu?”

“Iya-iya, gue bawa senter nih. Yaudah, gue infoin anak-anak yang lain dulu ya. Jangan kemana-mana lo pada!” Ucap Nata sebelum ia keluar dan menutup ritsleting tendanya dari luar.

“Siapp, Bu Ketua!” Ucap Shireen yang meletakkan tangan kananya di dahi, seakan berhormat kepada Nata.

***

Satu-persatu Nata mendatangi tenda kelompok lain hanya untuk memberikan informasi dari sang pembina kepada siswa-siswi lain. Saat ia sudah selesai berkeliling ke tenda siswi, tibalah saatnya ia juga harus mendatangi tenda para siswa untuk memberitahukan informasi yang sama kepada mereka.

“Aduh, ini harus gue banget nih ke tempat anak laki-laki buat ngasih info ini?” Keluh gadis itu.

Nata berdecak, “Mana gak ada anak laki-laki lagi di sini,” Ucap Nata seraya menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Namun nihil, ia tidak menemukan satupun siswa Raven di sana.

Di tengah kebingungannya itu, Nata merasakan sebuah tepukan di pundaknya. Ia sontak terdiam, pikirannya langsung tertuju pada makhluk tak kasat mata yang menepuk pundaknya. Karena jujur saja, Nata takut dengan hal-hal gaib.

Aduh, siapa ini yang nepuk pundak gue?
Ucap Nata dalam hatinya.

“Si-siapa??” Ucap Nata dengan sangat gugup, ia bahkan tidak berani menoleh ke belakang. Akan tetapi, tidak ada satupun yang menjawab ucapannya.

“I-ini siapa? Jangan ganggu gue please, gue cuma mau ngasih info doang ini ke anak laki-laki. Pergi-pergi, hush-hush!”

Nata menutup mata dengan kedua tangannya. Ia benar-benar tidak ada tenaga untuk berlari. Lemas dan takut, itulah perasaan Nata sekarang.

Sampai akhirnya, Nata yang masih memejamkan kedua matanya itu memberanikan diri untuk memutar badannya ke arah belakang.

“Woi? Kok diem aja sih?? Please, jangan ganggu gue, please. Ya Allah, MAMAAA!!”

Tanpa pikir panjang, Nata berbalik badan kemudian berlari ke arah tenda para siswi tanpa melihat siapa yang menepuk pundaknya tadi.

Gadis itu pun terus berlari sekencang mungkin tanpa menoleh ke belakang. Sesampainya ia di area tenda siswi, ia langsung membuka ritsleting tenda kelompoknya lalu masuk ke dalam sana.

“MAMAAAA! TOLONGGG! ADA SETAANNN!!!”

- Bersambung -

Middle School NightmareWhere stories live. Discover now