Chapter 15

12 2 0
                                    

"MS CELINE!!" Ujar Nata seraya berlari menghampiri Ms Celine yang baru keluar dari ruang bimbingan konseling.

"Ehh, kenapa Nata? Kok teriak-teriak?"

"Ms, itu CCTV di kelas kita siapa yang masang sih?"

Ms Celine sontak terkejut mendengar itu.
"CCTV apa??"

***

"Kok bisa ada CCTV ya?" Kata Ms Celine yang terkejut saat ia sampai di kelas dan melihat CCTV itu terpasang di sudut kelasnya.

"Mana itu ada sensor geraknya tau, Ms." Ujar Mona.

"Ini CCTV-nya baru atau lama ya? Kan Ms termasuk guru baru di sini, jadi Ms gak tau."

"Kayaknya baru minggu kemaren deh Ms," ujar Lova.

"Yaudah, nanti coba Ms tanya ke Mister Moosa ya,"

"Mister Moosa gak tau juga Ms kalo di kelas kita ada CCTV," Ujar Nata.

"Iya, terus CCTV nya cuma ada di kelas kita doang. Kelas VIII.1 sampe VIII.3 gak ada CCTV. Bener-bener di kelas kita doang Ms." Ucap Lova.

"Loh? Kok aneh sih? Nanti coba Ms tanyain ya, ini bahaya loh kalo gak ketemu siapa yang masang terus tau-taunya dipasang di kelas kita doang, pake sensor gerak soalnya. Yaudah kalian istirahat dulu ya, nanti abis istirahat kita cari tau siapa yang masang."

"Iya, Ms. Maaf ya Ms kalo ngerepotin, saya tau pasti Ms udah capek." Ujar Nata.

Ms Celine menghela nafasnya, "Emangnya siapa sih yang gak capek ngajar kelas kalian?"

***

Bel masuk sudah berbunyi. Di kelas VIII.4, di sana lah mereka semua tergabung.

Ms Celine melangkahkan kakinya masuk ke kelas yang menjadi tanggung jawabnya itu. Ia menempatkan posisi duduk di meja yang berada di paling depan kelas tersebut. Menghela nafasnya, lalu mulai bicara di depan 22 siswa yang berada di sana.

"Malvin, Regan, udah ke berapa kali kalian kayak gini? Kalian duduk di bangku kelas VIII SMP, bukan SD lagi. Gak mungkin dong kalian bakalan terus-terusan ngelakuin hal kayak gini selama di SMP?"

Mata wanita itu terarah penuh ke arah Malvin dan Regan yang duduk berdampingan.

Regan menunduk, tidak berani melihat ke mana pun selain ke bawah. Sedangkan Malvin, ia masih berani sesekali menatap mata Ms Celine dengan rasa bersalah di dalam hatinya.

"Besok papan tulisnya mau diganti yang baru. Untungnya orang tua kalian berdua kooperatif, jadi masalah ini bisa dengan cepat diurus dan papan tulisnya bisa langsung diganti. Tapi kenapa hal kayak gitu bisa kejadian?"

"Wah, parah sih! Minta maaf lu berdua sono sama Ms Celine!" Ujar Deo.

Cowok itu sengaja mengompor-ngompori Malvin dan Regan seraya mencolek punggung mereka berdua dari belakang.

"Ah, apaan sih lu De?" Malvin menepis tangan Deo yang mencoleknya.

"Lah, minta maaf lah!"

Suasana kelas pun jadi ramai, banyak yang berteriak kepada Malvin dan Regan untuk meminta maaf atas apa yang telah mereka lakukan.

Entah apa yang ada di pikiran Regan, cowok itu dengan cepat langsung beranjak dari duduknya untuk menghampiri Ms Celine di mejanya.

Regan berdiri di depan Ms Celine dengan kedua tangan yang ia letakkan di belakang. Kakinya terus bergerak ke kanan dan ke kiri. Tidak bisa diam, begitu lah Regan.

Semua mata orang di kelas itu tertuju padanya yang sedang menghadap Ms Celine. Beberapa ada yang tertawa karena kaki Regan yang tidak berhenti bergerak, terlebih lagi Mona yang sedang menahan tawa bersamaan dengan Nata, Lova, dan Lana.

Middle School NightmareWhere stories live. Discover now