Chapter 4

14 3 0
                                    

"Alora," Lova memanggil Alora yang berada di sampingnya.

Kedua cewek itu sedang berada di toilet sekolah saat bel masuk sekolah belum berbunyi. Mereka berdiri di depan wastafel dengan cermin besar di depannya.

Alora sedang merapihkan kerudung segitiga berwarna hitam yang ia kenakan, sedangkan Lova sedang menggenggam satu kemasan sunscreen di tangannya.

"Apaan?" Balas Alora.

"Menurut lu semenjak Mister Robert diganti sama Mister Alex, keadaan sekolah itu rada berubah gak?"

"Apaan yang berubah?" Tanya Alora dengan kerutan di keningnya.

"Ya berubah, rada aneh aja gitu. Emang lu gak ngerasa apa?" Ujarnya sembari meratakan sunscreen yang ia kenakan di wajahnya.

"Enggak, biasa-biasa aja. Lagian Mister Robert juga udah tua. 'Kan beliau juga sering gak masuk karena sering sakit, makanya gara-gara itu kali digantiin sama Mister Alex."

"Ya iya sih, tapi gimana ya? Maksud gua gini loh, kenapa Mister Robert gak pilih salah satu guru aja? Atau harusnya Mister Robert bisa aja dong ngangkat Mister Lee jadi kepala sekolah. Terus, sebenernya gua mau ngomongin sesuatu sama lu, tapi gua takut lu gak percaya ama gua."

"Apaan?"

"Gak jadi, ah." Ucapnya seraya menutup kemasan sunscreen tersebut dan meletakkannya ke dalam kantong seragam berlambangkan burung biru raven itu.

Alora menatap ke arah Lova dengan menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa ya orang tuh kalo ngomong selalu setengah-setengah?"

"Ya sebenernya gua mau ngasih tau lu ini! Tapi kayaknya gak boleh dah. Kata orangnya jangan kasih tau siapa-siapa."

"Dih?? Ya kalo kayak gitu mending lu gak ngomong ke gue dari awal, Lov!"

"Ya yaudah sihh, sorry." Ucap Lova.

"Yaudah, udah selesai kan? Ayo ke kelas, tadi kayaknya juga udah bel." Ujar Alora.

"Pelajaran siapa abis ini?"

"Ms. Disha kayaknya,"

"Ohh. Yaa bisa lah kali telat dikit, Ra."

"Sekarang aja, gue juga tadi belom nagih uang kas. Sekalian aja sebelum Ms. Disha dateng." Ucap bendahara kelas VIII.4 itu.

"Ohhh, yaudah deh."

Kedua anak itu kemudian berjalan menuju tangga untuk ke ruangan kelas VIII.4 yang berada di lantai satu. Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti karna Alora melihat Leon yang sedang berhadapan dengan Alex di lorong lantai dua.

"Eh eh, Lov. Liat deh," siku Alora menyenggol lengan Lova yang sedang memainkan ponselnya.

"Lu ngapain main hp? Liat dulu itu!" Tambahnya.

"Apaan sih, Ra?"

"Itu, liat! Kak Leon kayaknya lagi dimarahin dah sama Mister Alex." Ujar Alora seraya menunjuk ke arah mereka berdua.

Perhatian Lova sontak teralih ketika mendengar itu.

"Hah??"

Lova mematikan layar ponselnya kemudian ikut memerhatikan apa yang ditunjuk Alora.

"HAH?? KOK-"

Alora sontak menutup mulut Lova dengan tangannya, tepat sebelum cewek itu mengatakan sesuatu dengan suara yang keras sehingga besar kemungkinan Leon dan Alex bisa mengetahui bahwa mereka berdua ada di sana.

"Suara lu gede banget, Lov!"

"Oh, maaf," ucap Lova dengan sedikit merendahkan tempo suaranya.

"Shhtt, sini! Dengerin mereka ngomong apa,"

Alora menarik lengan Lova untuk bersembunyi di belakang tembok. Tujuannya yaitu agar mereka dapat mendengar percakapan Leon dan Alex tanpa diketahui dua cowok itu.

"Leon! Tatap mata saya saat saya sedang bicara!"

Cowok itu sedang menunduk, tubuhnya bergetar karena bentakan dari kepala sekolah baru di Raven tersebut. Ia tidak mau menatap ke arah mata Alex yang sedang menatap tajam ke arahnya.

"LEON SERGIO! TATAP SAYA!"

Leon kemudian mengangkat kepalanya dengan perlahan, menatap ke arah pria yang berada persis di depannya.

"Sumpah, Mister Alex ngapain Kak Leon, cok? Ampe gemetaran gitu dah." Ujar Lova.

"Ya gak tau, ege! Makanya dengerin dulu!"

"Iya, gua juga lagi dengerin ini!"

"Sekarang kamu harus dengarkan ucapan saya. Kamu harus berjanji untuk tidak memberi tahu masalah ini ke siapapun. Paham?" Ucap Alex dengan nada yang sangat mengintimidasi.

"JANJI KE SAYA, LEON SERGIO!!" Bentaknya kembali karena lagi-lagi Leon tidak menanggapi ucapannya.

"Jika kamu tidak mau menjawab omongan saya, setidaknya kamu sudah mengetahui apa konsekuensinya."

Tatapan Leon refleks menajam ke arah pria itu.

"Berani-beraninya kamu menatap saya seperti itu, Leon! Berani sama saya?"

"Kenapa saya harus takut sama Anda?"

Alex terkekeh ketika mendengar itu.

"Bukankah seharusnya kamu sudah tahu apa jawaban dari pertanyaan kamu barusan?"

Tatapan Leon berubah. Matanya menjadi berkaca-kaca sekarang. Alex yang sadar akan hal itupun kembali menyeringai ke arahnya.

"Kasihan sekali ya, kamu? Ya sudah, kembali ke kelas sekarang. Dan jangan pernah lupa ucapan saya tadi."

"B-Baik, Sir." Ujar Leon kemudian mulai berjalan menuju ke ruangan kelasnya dengan tubuh yang terasa sangat lemas.

"Mampus! Mau ke sini dia!" Ucap Lova seraya menepuk punggung Alora dari belakangnya.

"Ya iya tau gue! Jangan berisik makanya!"

Leon kemudian mengurungkan niatnya untuk ke kelas. Ia memutuskan untuk ke toilet yang berada di lantai satu. Cowok itu berjalan menuruni tangga tanpa melihat kehadiran Lova dan Alora yang sejak tadi menguping pembicaraannya dengan Alex.

"Nah, udah! Cepetan, bel udah dari tadi!" Ucap Alora.

Mereka berdua menuruni tangga dengan tergesa-gesa sampai mereka berada di depan pintu kelas.

"Permisi, Ms! Maaf kita telat, tadi abis dari toilet bunyi bel gak kedengeran." Ucap Lova kepada Ms. Disha saat ia membuka pintu kelas.

Semua mata di kelas tertuju mereka berdua yang masuk ke kelas dengan nafas tidak teratur.

"Iya, gak pa-pa. Silakan duduk di tempatnya masing-masing ya." Ucap Ms. Disha dengan senyuman saat keduanya menghampiri wanita itu untuk mencium punggung tangannya.

"Terima kasih, Ms," ucap Alora dan Lova bersamaan kemudian kembali duduk ke tempat mereka masing-masing.

"Ngape lu? Dari mana sama Alora? Lama amat. Terus napa lo berdua kayak ngos-ngosan gitu? Abis liat setan ape gimane?" Tanya Nata dengan kerutan di keningnya kepada Lova yang duduk di sebelahnya.

Cewek itu sedang meminum air minum dari tumbler-nya karena kelelahan berlari.

"Nanti gua cerita." Ucapnya seraya menutup kembali tumbler miliknya.

Apa perlu ya gua cari jawaban dari semuanya? Ucap Lova kepada dirinya sendiri di dalam hati.

- Bersambung -

Middle School NightmareWhere stories live. Discover now