18. G&W | Perjalanan Menuju Lebanon

426 33 0
                                    

Perjalanan Menuju Lebanon

"Kayaknya ini emang udah rencana Tuhan deh buat mempertemukan lo sama Al" ucap Amara dengan wajah yang mulai membayangkan sesuatu antara Al dan sahabat nya.

Pletak!
-----------------------------------

"Aduhh" ucap Amara sambil memegangi jidadnya yang sakit. "Apaan si, sakit nih jidad gue" tambah Amara.

"Ya makanya gausah ngomong kek gitu, aku juga gamau kali pergi ke daerah konflik apalagi sampai ketemu sama cowok kulkas itu" Diana begitu sewot, kenapa dirinya yang dipilih. Kenapa gak si Sella ajah? Biar disana ia bisa nempel terus sama Zulfan.

"Oh iya, apakah ada yang keberatan?" ucap dokter kepala itu.

Diana ingin mengacungkan tangannya dan menyampaikan rasa ketidakmauannya. Tetapi sebelum itu terjadi ia sudah ditahan oleh Faida.

"Saya pak!" ucap sesorang dari sudut ruangan.

"Saya juga ingin ikut andil dalam misi ini pak. Saya ingin jadi relawan di Lebanon bersama dokter yang lain. Saya juga ingin bisa melatih diri saya agar bisa jadi dokter profesional. Dan blablabla... " ucapnya. Sella berusaha meyakinkan para orang penting itu.

Setelah mengetahui siapa yang berbicara, dan setelah berdiskusi akhirnya dokter magang yang akan bertugas bertambah satu. Ya, Sella akan ikut dalam misi ini.

Senyum kemenangan tercipta di bibir Sella.

Rapat sudah selesai dan semua tenaga medis sudah keluar dari ruangan rapat.

Dengan berat hati Diana keluar dari ruang rapat, perasaan nya campur aduk. Sebenarnya ia keberatan untuk bergabung dalam misi itu. Tapi mau gak mau ini amanah dari pimpinan Rumah sakit dan dokter kepala. Diana harus menerima tugas ini dengan baik.

Beberapa menit berada dalam lamunannya, akhirnya Amara memecah keheningan.

"Yahh, pesaing nih! Kok gue jadi gak tenang ya kalau dia ikut." ucap Amara kepada kedua sahabatnya yang sekarang sedang berjalan disamping kanan dan kirinya.

"Hustt! Ndak boleh kaya gitu. Sella kan tadi niatnya mau ikut berpartisipasi ajah, yaa kita do'akan semoga dia istiqomah dan tidak berniat jahat kepada kita." ucap Faida berusaha meyakinkan Amara. Dirinya senang akhirnya ia akan menyusul Taufiq ke Lebanon.

***

Malam harinya, Diana tidur telentang di atas kasur yang ada di kost an nya sambil memandangi langit langit kost an, kemudian muncul beberapa pertanyaan dan keraguan yang sekarang memenuhi kepalanya. Semalaman Diana hanya bisa uring-uringan memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Terlintas pertanyaan haruskah dirinya mengundurkan diri? Tapi ini amanah dari orang-orang yang berjasa di hidupnya terutama di masa pendidikan nya ini.

Lama memikirkan hal yang membuat dirinya ragu, Diana beranjak bangun dari tempat tidur, mengambil air wudhu, dan melaksanakan sholat istikharah. Ia mengadukan dan memasrahkan semua nya kepada sang Khaliq. Dilanjut dengan membaca Al-Qur'an. Setelah merasa agak tenang Diana beranjak untuk tidur.

04.00 WIB
Diana bangun, ia memutuskan untuk duduk sebentar di ranjang sebelum bangun untuk melaksanakan sholat shubuh.

Entah ada angin darimana, Diana merasa ia sudah mendapat jawabannya. Ia akan menerima misi itu. Diana menganggap misi ini sebagai tantangan untuk dirinya, apakah dirinya bisa mengemban tugas dengan baik atau tidak. Karena jika dipikir-pikir ia akan mendapatkan banyak experience disana. Lagian semua tenaga medis akn bertugas dibawah pengamanan TNI, jadi untuk masalah keamanan sudah tidak di ragukan lagi apalagi dirinya yang bisa beladiri.

Green and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang