17. G&W | Menjadi Dokter Magang

447 34 0
                                    

Menjadi Dokter Magang


Tak terasa tibalah waktu dimana para mahasiswa kedokteran harus menjalani masa Internship atau dokter magang selama 1 tahun. Masa Internship ini para dokter sudah boleh praktek di bawah pengawasan dokter senior dan juga memperoleh gaji walaupun hanya setengah dari gaji pokoknya. Tujuan dari Internship ini adalah untuk mendapatkan surat izin praktek (SIP) untuk mendirikan praktek dokter umum.

Di masa inilah para dokter muda sudah matang untuk menikah. Banyak dari dokter wanita seangkatan Diana yang menikah pada saat mereka Internship, mengingat umur para dokter yang sudah menginjak 23,5 tahun.
Tapi semua itu tidak menumbangkan niat Diana untuk tetap jomblo. Ia akan tetap fokus pada masa depannya. Dirinya berniat untuk menikah pada umur 25 atau 26 tahun. Ya, itupun kalau ada laki-laki yang mau dengan dirinya.

Beruntung sekali Diana,Amara,Faida dan para dokter lainnya ditempatkan dalam satu rumah sakit. Jadi mereka bisa setiap saat bertemu, dan melepas rindu.

Diana kini sudah bersama kedua sahabatnya yang tak lain adalah Faida dan Amara.

"Ehh, Fai. Pacar kamu si Taufiq sekarang lagi tugas di Lebanon ya?" Tanya Diana. Ia menanti jawaban dari Faida.

"Iya nih Na. Udah jalan 6 bulan dia bertugas di Lebanon. Jujur aku sedih karena harus berjauhan dengannya, ya walaupun aku masih bisa bertanya kabar lewat handphone tapi ya tetap ajah kangen. Kalau dia tugas di Indonesia kan aku jadi gak worry banget, karena kita masih berada di satu negara." Faida mengekpresikan wajah sedih. Tapi ia tetap berusaha kuat, karena sehabis pacarnya si Taufiq pulang tugas dirinya bakal ada acara resmi bersama keluarga Taufiq.
"Kenapa kok kamu tiba-tiba nanya gitu? Kamu kangen ya sama Al? Ciee" ucap Faida, disertai dengan senyum jahilnya.

Mendengar ledekan Faida Amara langsung merangkum wajah Diana dengan kedua tangannya sambil memandangi mata Diana dengan tatapan tajam.

"Serius lo kangen sama Al? Bukannya dia benci sama lo?" Amara begitu penasaran, ia menanti jawaban dari Diana.

"Ihh" Diana berusaha melepaskan rangkuman itu. "Apaan si! Ya enggak lah! Gak ada sejarahnya seorang Diana Hanifah kangen sama laki-laki galak kaya Al. Aku juga gak suka dan benci sama dia!" ucap Diana dengan berapi-api. Ia ingat dengan kejadian dirinya dimarahi Al.

"Hati-hati lohh! Nanti benci bisa jadi cinta." goda Amara kepada Diana.

"Kok kita jadi bahas yang gak penting si? Mending kita sekarang fokus deh sama tugas kita sekarang." ucap Diana. "Oh iya, Amara inget yah pasang wajah yang baik ketika ketemu pasien!" sambung Diana. Mengingat Amara itu anak yang tomboy dan berani. Amara bisa saja memasang wajar datar saat memeriksa pasien.

"Lo ngledek gue?" wajahnya berubah menjadi ketus, ya memang benar si dirinya memang jarang memasang wajah ramah.

Faida dan Diana tertawa dengan sikap Amara.

"Gak sahabat ku yang cantik! Mending kita fokus deh sama yang bakal kita hadapi sekarang." Diana tersenyum geli ke Amara.

"Amara doang nih yang cantik?"

"Ehh, maksudnya kedua sahabatku yang manis dan cantik. MasyaAllah."

Mereka bersiap untuk masa Internship nya. Berharap mereka bisa lancar dalam menangani pasien.

***

Beirut, Lebanon.

Pagi hari yang cerah menyambut hari para tentara. Setiap hari mereka selalu melakukan latihan fisik seperti lari pagi mengitari barak, senam, beladiri, sit up, back up, push up, pull up,dan pastinya berlatih menembak menggunakan pistol. Jika ada waktu luang mereka memutuskan untuk berolahraga pada sore hari sampai malam seperti main tinju bersama dengan anggota lain, futsal dan basket.

Green and WhiteOnde histórias criam vida. Descubra agora