28. G&W | Timbul Rasa Khawatir

473 29 0
                                    


"Aku merasa Aman jika laki-laki ini berada didekatku dan aku juga merasa Nyaman karena sekarang aku sedang berada didalam pelukannya."

~ Diana Hanifah ~

Timbul Rasa Khawatir

Al dan pasukan khususnya sudah berada di barak. Letnan Khaidar sedang memarkirkan helikopter dengan fokus dan hati-hati.

Al merasakan kalau wajah Diana semakin pucat dan badannya juga dingin. Di dalam helikopter ia mengulurkan tangan kanannya untuk memeluk Diana. Meskipun ia hanya menyampirkan lengan kanannya dan tidak memeluk Diana sepenuhnya.

Pandangan mata Al beralih ke luka yang sudah membiru di sudut bibir Diana. Ia juga melihat ke arah pelipis mata Diana, disana ia melihat ada dua goresan dengan panjang kurang lebih 2 cm.

Melihat itu semua, membuat Al merasa bersalah. Jika dipikir-pikir kejadian ini bukan sepenuhnya salah Diana. Kalau saja dirinya dan anggotanya tidak mengambil kotak itu pasti malam ini Diana sedang tidur nyenyak.

"Sudah sampai sun." ucap Khaidar yang berada di kursi pilot. Perkataan Khaidar menyadarkan lamunan Al.

"Siapp sun!" ucap Al dengan suara rendah tapi tetap tegas yang mengkhaskan suara tentara. Al memposisikan dirinya untuk menggendong Diana, kemudian sersan Adi bergerak membukakan pintu helikopter.

Al keluar dengan disambut para tentara yang sedang berdiri menunggu Al dan Diana. Saat sudah berada di luar, Letnan Taufiq menyelimuti tubuh Diana dengan mantel tebal, karena udara malam ini begitu dingin hingga mencapai 5° C.

Al berjalan paling depan dengan diikuti anggotanya di belakang, sedangkan disamping kanan dan kirinya ada komandan pasukan khusus dari matra Laut dan Udara.

Ekspresi wajah Al sangat serius, pandangan matanya tertuju ke depan, wajahnya tidak menunjukkan kalau dirinya sedang menahan beban tubuh Diana. Entah kenapa, tubuh Diana ini sangat ringan.

Setelah sampai di depan barak tenaga kesehatan, kehadiran Al disambut oleh tentara yang lain dan beberapa orang penting yang menjadi pemimpin misi mereka di Lebanon dan juga di Kongo. Mereka di sambut oleh Jenderal, Letnan Jendral dan Mayor Jenderal.

Al sedikit terkejut ketika mendapati ada Mayjend Didi ditempatnya bertugas, karena seingatnya Mayjend Didi bertugas di Kongo.

Langkah Al dan lainnya berhenti di depan barak kesehatan, karena pimpinan mereka berdiri tepat di depan barak tenaga kesehatan. Semua tentara yang bertugas di Lebanon berkumpul menjadi satu tanpa terkecuali.

Taufiq melihat Faida bersama beberapa tenaga kesehatan yang lain sedang berdiri di belakang para komandan mereka. Taufiq mengerutkan matanya ketika ia bertemu pandang dengan Faida. Ia juga melihat kalau mata Faida itu sembab, sepertinya dia habis menangis?

Para tentara berbaris rapi, serta tubuhnya sedang sikap ssempurna. Pandangan mata mereka fokus kedepan. Kemudian semua anggota nya memberikan hormat, kecuali Al karena kedua tangannya yang sedang menggendong tubuh Diana.

"Siapp lapor Komandan! Kita berhasil menyelamatkan anggota kita dan juga melumpuhkan para mafia itu!" ucap Letnan Khaidar dengan tegas.

"Siapp Izin Komandan! Bisakah saya membawa Diana masuk ke barak?!" ucap Al, awalnya ia tidak ingin berbicara karena wajah para pimpinan itu sangat marah seperti singa yang siap melahap mangsanya. Tapi karena melihat wajah Diana yang sangat pucat, jadi ia memberanikan diri.

Ucapan Al dan Khaidar tidak digubris oleh mereka. Suasana seperti inilah yang membuat mereka kesusahan mengambil nafas.

Mendengar ada suara dari luar, Sella terbangun. Ia juga membangunkan teman perawatnya itu. Mereka berjalan keluar dan melihat Faida bersama yang lain sedang berdiri di depan barak. Setelah melihat keadaan yang ada, Sella berdecak kesal. Ekspresi wajahnya pun menandakan kalau ia tidak suka.

Green and WhiteWhere stories live. Discover now