33. G&W | Satgas ke Papua

509 34 4
                                    

Hargai story dwiriyani yang tidak nyambung ini dengan klik star dong!

Oh iya, panggil saya riyani saja yaaa, agak gimana gitu kalau thor thor haha...

Happy Reading.
.
.
.

Pada dasarnya takdir Allah itu baik. Walau terkadang perlu air mata untuk menerimanya.

~ Umar bin Khatab ~

Satuan Tugas ke Papua.

Pukul 07.00 pagi, Diana bergegas menuju ke perumahan keluarga pak Har untuk memberikan sesuatu ke Al. Mengingat Diana tidak bisa mengiyakan ajakan bu hamidah untuk menemani Al karena ia harus bekerja.

Kini Diana sudah sampai di depan gerbang mewah komplek perumahan itu. Disana ia langsung dihampiri oleh 2 tentara yang sedang bertugas menjaga keamanan. Tak heran jika rumah pak Har dijaga, toh dia memang orang penting. Lagian, saat dirinya diminta untuk menginap juga kan dia sudah mengetahui kalau ada beberapa tentara yang berjaga.

Diana berjalan, langkah kakinya terhenti oleh dua lelaki tegap di depannya. Jika Diana ingat-ingat, mereka bukan orang yang sama saat kedatangan nya dulu. Andai saja tentara ini masih sama kayak yang dulu pasti ia langsung diperbolehkan masuk. Tapi, gapapa lah mungkin mereka belum tahu kalau dia kenalan dari keluarga ini.

"Permisi," ucap Diana dengan sopan.

"Ya, anda siapa? Ada perlu apa anda datang kesini?"

"Saya mau ketemu kapten Al, apa bisa?"

"Anda siapanya kapten Al?"

"Mmm, lebih tepatnya sih saya temennya Alesha. Saya bukan siapa-siapa nya kapten Al," jawab Diana.

"Kalau begitu, apa anda sudah mendapat izin dari kapten Al? Kalau ada, mana buktinya?" tanya tentara itu, karena dia tahu kapten Al tidak suka dengan pesan chat, dia lebih suka berbicara lewat telpon.

"Hmm, sebentar," ucap Diana sambil membuka tas yang digendong dipunggungnya. Ia mengeluarkan sebuah kertas dan pulpen. Saat mengeluarkan pulpen, tentara itu heran karena melihat perempuan itu memegang stetoskop.

Apa dia dokter? tanya salah satu tentara didalam hati.

Diana menulis sebuah pesan di kertas, ia lebih baik menitipkan sesuatu itu kepada tentara ini. Daripada ia harus repot dengan izin tentara yang ribet, bisa-bisa dia telat ke rumah sakit.

Setelah selesai, dia menitipkan sebuah kantong kresek berwarna putih lengkap dengan surat tadi di dalamnya.

"Tolong, berikan ini ke kapten Al. Praka Iksal sama Pratu Farid tidak perlu meragukan isinya. Karena ini cuma amanah bukan barang haram yang berbahaya seperti narkoba," ucap Diana sambil tetap tersenyum simpul. Sedangkan kedua lelaki itu kaget ketika perempuan didepannya paham pangkatnya.

Mereka berdua menerima bungkusan itu. Diana pun beranjak pergi menggunakan ojek online yang tadi, ia sengaja meminta ojek itu untuk menunggu dirinya.

Saat berjalan pergi, Diana mengambil Jaz putih di tasnya dan memakai nya.

"Waduhh, ternyata benar dia dokter." ucap Pratu Farid.

Green and WhiteWhere stories live. Discover now