22. G&W | Terjebak Berdua di Gudang

472 35 1
                                    

⋇⋆✦⋆⋇ 
Kadang kita terlalu sibuk memikirkan kesulitan-kesulitan sehingga kita tidak punya waktu untuk mensyukuri rahmat Tuhan.
⋇⋆✦⋆⋇ 

~ Diana Hanifah ~

Terjebak Berdua di Gudang


Diana masih mengikuti langkah Alghifari dari belakang.

Sampai akhirnya Al berhenti di depan sebuah ruangan. Ia memasuki ruangan itu dengan santai nya tanpa memperdulikan wanita yang sekarang berada di belakangnya.

Detak jantung Diana berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, dada sebelah kiri nya yang mulai merasakan sakit walaupun sedikit dan ia masih mampu untuk menahannya, Diana takut kalau semakin sering dibentak ataupun di kagetin seperti itu jantungnya akan bermasalah mengingat sejak SMA kondisi jantung nya yang sudah lemah.

Mengingat kejadian saat Al membentak dirinya didepan sahabat dan para tentara lain yang menjadikan dirinya sebagai objek dari perhatian mereka.

Jujur saja, perasaan Diana sekarang sangat malu seakan dirinya ingin menghilang dari bumi.

Alghifari sudah memasuki ruangan itu yang tak lain adalah ruangan kesehatan yang terdapat komandan peleton kesehatan didalamnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Lettu CKM dr. Dika Hendrianto.

Al berjalan ke sudut ruangan dan duduk di kursi yang ada disana.

Mau tidak mau Diana ikutan masuk dan berjalan ke arah Al. Ia tidak mau membangunkan singa yang sedang tertidur alias membuat Al marah.

Kini Diana sudah berada di dalam ruangan dengan badan sedikit gemetar dan memegang erat novel yang ia bawa. Diana melihat ada dokter Dika yang sedang memeriksa beberapa data pasien tadi pagi.

"Tunggu apalagi, cepat obatin!" perintah Al dengan nada yang rendah tapi mampu memecah keheningan di ruangan itu.

Dengan segala keberanian, akhirnya Diana angkat bicara.

"Maaf Let, lebih baik dokter Dika saja yang mengobati Letnan. Dia dokter tentara dan juga dokter yang hebat" ucap Diana sambil tetap menundukkan kepalanya, ia tidak berani menatap wajah Al ia takut tidak bisa menjaga pandangan nya dari laki-laki yang bukan mahramnya dan juga karena kejadian tadi malam.

"Saya maunya kamu!"

DEG...

Refleks Diana mendongakkan kepala dan berusaha mencerna perkataan Al.

Pernapasan Diana mulai tidak teratur, detak jantung nya pun ikut berdetak dengan nyaring. Ia semakin erat memegang novelnya.

Menyadari akan dua manusia yang sedang berbeda keinginan membuat dokter Dika memilih pergi dari ruangan itu tanpa berpamitan kepada Al dan Diana.

Diana melihat dokter Dika berjalan keluar, ia ingin sekali memanggilnya dan meminta bantuan. Tapi, apalah daya ia sudah berjalan jauh, bahkan punggungnya saja sudah menghilang dari pandangannya.

"Duduk." perintah Al dengan wajah datarnya.

"Eumm maaf let, saya lupa kalau saya itu tidak membawa kotak kesehatan" ucap Diana, dirinya ingin sekali pergi dari ruangan ini.

Bodohnya Diana berbicara seperti itu, ruangan yang sedang ia kunjungi adalah ruangan kesehatan dan sudah pasti ruangan ini ada alat kesehatan nya.

Haduhh Diana, kok kamu bego banget sii! Udah tahu ini tempat pemeriksaan kesehatan ya sudah pasti ada alat kesehatan disini. Gerutunya dalam hati

"Kamu gak lihat tuh di samping meja dokter Dika ada apa?" ucap Al, dagunya terangkat sekarang menunjukkan letak kotak itu.

Diana menghembuskan nafas pasrah, ia pun mengambil kotak bertanda + itu dan mulai duduk pada kursi di sebelah Al sambil menaruh kotak dan buku novel yang tadi dirinya baca diatas meja.

Green and WhiteDonde viven las historias. Descúbrelo ahora