1

443 27 80
                                    


Loc, Italia

Mata berobsidian hitam itu hanya menatap dengan datar. Kecemasan yang telah lama ini menguasai dirinya tidak pernah membuatnya bernafas dengan baik. Penampilan-penampilan mengenai kekacauan yang akan didapatkannya, atau yang lebih buruknya, yang bisa dilakukannya, membuat setiap detik di dalam hidupnya dipenuhi dengan kekhawatiran.

Dirinya kembali mengamati jam tangan yang dikenakkannya. Mendekati tiga puluh menit, dan seseorang yang telah ditunggunya masih belum memperlihatkan dirinya. Menghela nafasnya, dirinya kembali mengamati aktivitas di dalam restaurant bernuansa Itali itu.

"Oh, maaf, aku membuatmu menunggu sangat lama. Ada hal penting yang tiba-tiba saja harus diselesaikan".

Suara tiba-tiba milik seorang pemuda bersurai hitam kecoklatannya berhasil mengejutkan Hyunjin. Melihat pemuda yang memiliki tubuh sedikit lebih kecil darinya telah mengambil duduk di hadapannya, membuat wajah tampannya begitu saja memperlihatkan senyuman.

"Tidak masalah. Aku bisa mengerti" ucap Hyunjin dengan senyuman.

"Kau sudah membuat pesanan?".

"Tidak. Aku menunggumu".

"Kalau begitu, kita pesan sekarang".

Keduanya mulai disibukkan dengan melihat buku menu. Tidak lama, dan Jisung mulai mengangkat tangannya untuk memanggil seorang pelayan.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" Pelayan pria itu bertanya dengan bahasa inggrisnya.

"Kami telah membuat pesanan" balas Jisung dengan bahasa yang sama seraya memberikan catatan kecil mengenai pesanan mereka.

"Baiklah. Silahkan menunggu sebentar, Tuan" ucap pelayan pria itu lagi dan melangkah pergi.

...

"Terimakasih untuk makanannya" Jisung berkata saat dirinya dan Hyunjin telah melangkah keluar restaurant.

"Kau menyukainya?".

"Ya. Itu sangat baik untuk makanan Itali".

Mendengarnya, Hyunjin tersenyum. Keduanya kembali melangkah menyusuri gedung-gedung bergaya elegan dengan banyaknya pohon yang memberikan hembusan angin menyejukkan. Menikmati waktu dengan matahari sore di tengah kota Turin adalah saat yang terbaik.

"Jam berapa kau akan kembali?" Hyunjin bertanya.

"Aku mengambil penerbangan pagi".

"Aku bisa mengantarmu".

"Tidak. Kau juga memiliki kesibukkan di perusahannmu. Jadi, tidak masalah" balas Jisung dengan senyuman.

Hyunjin hanya membalas dengan memberikan senyumannya juga. Keduanya kembali berjalan dalam diam. Cukup lama, hingga pertanyaan yang diberikan Jisung berhasil membuat langkah Hyunjin berhenti.

"Apa kau tidak ingin kembali ke Korea?".

Hyunjin diam. Pertanyaan itu seharusnya sangat mudah, hanya saja, hal besar yang ada di dalam hatinya membuat Hyunjin mendapatkan kesulitan untuk memberikan jawaban.

...

Memasuki apartemennya, Hyunjin begitu saja menjatuhkan tubuhnya pada sofa di ruang tamu. Mata bermanik memikat miliknya terpejam saat pikiran-pikiran yang sangat dibencinya terus berputar ulang di kepalanya.

"Tuan Muda, anda sudah kembali?".

Suara familiar milik seseorang yang telah bersamanya dalam waktu yang sangat lama berhasil mengejutkan Hyunjin. Membuka mata dan membenarkan duduknya, Hyunjin hanya menjawab dengan suara dehamannya.

Mengambil duduk di hadapan sang Tuan Muda, pelayan pribadi bernama Changbin itu kembali bersuara.

"Jadi, bagaimana pertemuan dengan Tuan Han? Apa berjalan dengan baik?" Tanyanya antusias.

IAM YOU Where stories live. Discover now