15

78 12 40
                                    

"Kau yakin, tidak ingin aku yang mengantarmu?".

Mendengar itu, Jisung yang tengah bermain dengan ponselnya dibuat mengalihkan matanya. "Tidak perlu" jawabnya meyakinkan "aku sudah memesan taxi untuk membawaku".

Hyunjin tidak lagi memaksa, dirinya telah mengatakan hal ini pada pemuda di hadapannya, tetapi, pemuda Han itu terus saja melakukan penolakkan. Saat ini, kedua pemuda itu tengah berada di depan mansion Hyunjin. Menunggu taxi pesanan Jisung yang akan mengantar pemuda bersurai hitam kecoklatannya itu ke tempat yang ditujunya.

"Ehm, Hyunjin?".

Suara Jisung yang memanggilnya menarik perhatian Hyunjin dari pemikirannya. "Ya?" Jawabnya.

Melihat Hyunjin, Jisung tidak segera mengeluarkan suaranya lagi. Keraguan yang memenuhi dirinya membuat pemuda Han itu sedikit tidak berani untuk memberikan pertanyaannya.

"Jisung, ada apa?" Lagi, Hyunjin bertanya dengan kebingungannya.

"Itu....." suara Jisung terdengar ragu "ke..... kenapa kau membutuhkan seorang psikiater?".

Tubuh Hyunjin sedikit terhentak mendengarnya. Meski tahu jika dirinya pasti akan mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Jisung, tetap saja, hal itu menghadirkan keterkejutan di dalam dirinya.

Menelan ludahnya, Hyunjin berkata, "ak..... aku memiliki banyak pekerjaan. Jadi, ku pikir...... aku membutuhkan seorang psikiater untuk sedikit membantu menenangkan ku".

Mendengarnya, Jisung hanya menganggukkan kepalanya. Pemuda yang berusia lebih muda itu tidak lagi memberikan pertanyaannya. Membuat Hyunjin yang melihatnya justru cukup merasa tidak percaya karena si pemuda Han yang dengan mudah tidak lagi ingin mempertanyakannya.

...

Memasuki kembali mansion miliknya, Hyunjin begitu saja mengambil duduknya di sofa tepat di hadapan Changbin yang tengah melakukan pekerjaannya.

"Kau sudah kembali?" Suaranya bingung "kenapa sangat cepat?".

Pasalnya, pemuda Seo itu tahu jika jarak mansion Hyunjin dengan perusahaan milik Jisung sangatlah jauh. Jadi, tidak mungkin pemuda Hwang itu akan kembali dalam waktu yang singkat.

"Aku tidak mengantarnya. Dirinya telah memesan taxi untuk membawanya".

Mendengar itu, manik Changbin sedikit membulat. "Bagaimana bisa kau tidak mengantarnya?" suaranya yang terdengar lebih seperti sebuah protes.

"Aku sudah mengatakannya, tetapi, dia menolaknya".

Mendapatkan wajah dan suara yang terdengar tidak baik dari pemuda Hwang di hadapannya, Changbin begitu saja seakan memahami keadaannya.

"Apa terjadi masalah? Kau terlihat sangat tidak baik" ucap Changbin.

Membenarkan posisi duduknya, manik Hyunjin menatap dalam si pemuda Seo. "Hyung, apa...... sebaiknya aku membatalkan saja semuanya?".

"Apa yang kau katakan?!".

Changbin dengan cepat memekik saat pikirannya dengan mudah memahami makna dari Tuan Muda Hwangnya. Sangat tidak percaya dengan perkataan Hyunjin yang tiba-tiba saja dikatakan olehnya.

Hyunjin yang dapat menebak bagaimana reaksi Changbin tidaklah dibuat terkejut. Menghela nafasnya, Hyunjin, "saat mabuk, Jisung meracau jika dirinya ingin membatalkan semuanya" jelasnya yang lagi-lagi berhasil sangat mengejutkan Changbin.

"Tapi..... kau..... kau sangat mencintainya" Changbin berkata ragu.

Hyunjin diam dan tidak segera menjawab. Changbin benar, dirinya sangatlah mencintai Jisung. Tetapi, pemuda Hwang itu tidak pernah mengatakannya. Hingga perjodohan yang tiba-tiba saja dilakukan seakan menjadikan waktu berpihak pada dirinya. Hanya saja, racauan Jisung yang terdengar sangat menyakitkan malam itu telah menjadi debur ombak yang terasa sangat menyiksanya. Dirinya tidak ingin menjadi orang yang justru akan menyakiti pemuda yang dicintainya.

IAM YOU Where stories live. Discover now